Ibarat pasukan tempur. Kapan pun waktu dan dimanapun dipanggil untuk melakukan pemeriksaan tes rapid dan tes swab PCR kepada masyarakat yang kontak erat dengan pasien positif Covid-19 harus bersedia.
Itulah yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan (Nakes) Tabanan yang bekerja khusus melakukan pemeriksaan sampel tes rapid dan tes swab
di tengah pandemi Covid-19. Mereka bekerja di lapangan selama 24 jam dan harus meninggalkan keluarganya.
JULIADI, Tabanan
PAGI buta tim nakes Tabanan yang bekerja sebagai tim tes Rapid dan Swab PCR tergabung dalam Satgas Covid-19 sudah berada di Kantor DPRD Tabanan.
Tim rapid dan swab PCR beranggota 6 orang tampak menyiapkan segala peralatan uji sampel sembari menunggu staf DPRD Tabanan dan staf Dinas Pertanian
yang akan melakukan pemeriksaan swab PCR setelah ada staf dari dua OPD tersebut terkonfirmasi positif Covid-19.
Tim nakes rapid dan swab PCR Satgas Covid-19 hampir setiap hari melakoni pekerjaan mengambil sampel swab bagi orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19. Bahkan mereka berpotensi besar tertular.
“Kami begini setiap hari di lapangan. Khusus bertugas mengambil sampel air liur pada bagian hidung dan tenggorokan untuk diuji terhadap mereka (warga) yang
kontrak erat dengan pasien Covid-19, setelah dilakukan tracing atau penelusuran,” kata Koordinator Tim Nakes Rapid dan Swab Satgas Covid-19 Tabanan dr. Desiana Kartifa Dewa didampingi dengan anggotanya Wayan Winasa.
Dia menuturkan, bekerja di tim nakes rapid dan swab PCR sejak mulai pandemi Covid-19 mewabah pada bulan Maret 2020 lalu hingga sekarang.
Sebagai tim nakes rapid dan swab PCR ibarat pasukan Kostrad TNI yang setiap saat dibutuhkan oleh negara harus bersedia.
Begitu pula dengan tim ini bila mana Satgas Covid-19 kabupaten membutuhkan untuk melakukan rapid dan swab PCR kepada warga. Baik itu kelompok atau massal, maka harus siap sedia.
Sebagai anggota tim rapid dan swab, handphone harus tetap on. Karena Satgas Covid-19 sewaktu-waktu menghubungi untuk melakukan tes rapid dan swab dadakan.
Apalagi saat operasi yustisi dari tim gabungan selalu diminta untuk melakukan tes rapid antigen secara mendadak. Baik kepada pengunjung pusat perbelanjaan, café, warung kopi dan lokasi keramaian lainnya.
“Kami kadang kala diperbantukan ke puskesmas kecamatan. Bila petugas rapid dan swab di kecamatan kewalahan menangani tes swab PCR,” ungkap dr. Desiana.
Bekerja sebagai tim rapid dan swab memang penuh resiko dan berpotensi tertular. Maka kelengkapan alat pelindung diri (APD) menjadi penting ketika bekerja di lapangan.
Sebelum APD digunakan secara lengkap dan sesuai SOP protap penanganan Covid-19 baru pihaknya bersama tim melakukan pemeriksaan tes swab PCR.
Menurut tim nakes yang bertugas dalam penanganan Covid-19 kebanyakan yang tertular lantaran salah cara membuka APD saat menangani pasien dan pemeriksaan tes swab.
Sebelum memakai APD untuk melakukan pemeriksaan swab kepada orang kontak erat pasien Covid-19, desinfektan disemprotkan terlebih dahulu.
Setelah itu menggunakan APD disemprot disinfektan kembali. Begitu pula kondisi lokasi pemeriksaan tes swab PCR harus disterilkan.
Usai pemeriksaan APD yang tidak gunakan tidak sembarangan harus dilepas ada urutan-urutannya. Nah petugas nakes biasanya lalai dengan hal itu.
Karena kelelahan dan lepas APD dilakukan serampangan, sehingga membuat kerap kali tertular. Apalagi saat usai pemeriksaan swab PCR, makan dan minum berbarengan dengan petugas lainnya.
“Hal ini meskipun sepele, namun menjadi perhatian serius mengingat virus Covid-19 bisa menular dimanapun,” terang dokter berusia 55 tahun ini.
Diakuinya selama bertugas sebagai tim rapid dan swab sudah barang tentu suka dan duka selalu ada. Dukanya jarang bertemu keluarga, diusir warga juga pernah pihaknya alami dan warga menolak untuk di tes swab juga pernah.
“Pengalaman duka yang masih teringat. Soal pekerja migran Indonesia (PMI), waktu itu tim kami yang akan melaksanakan pemeriksaan tes swab kepada PMI Tabanan yang dikarantina di salah satu hotel di Denpasar, kami di usir warga,” ungkapnya.
Dia menyebut untuk menjaga kondisi tubuh fit, selain harus mengonsumsi vitamin juga mengatur pola makan. Sekarang makanan apa saja pasti akan dikonsumsi.
“Maka bagi tim kami tidak ada diet. Kalau hilangkan stres, ya pekerjaan tidak dijadikan beban dan selalu saling support dengan tim,” bebernya.
Da selalu menekankan kepada rekan kerja, berusaha untuk memproteksi diri karena potensi penularan Covid-19 bisa saja terjadi saat bertugas.
Lain cerita dr. Desiana lain pula cerita dari Wayan Winas, 50 yang juga sebagai tim nakes rapid dan swab Satgas Covid-19 Tabanan.
Setiap kali bertugas melakukan pemeriksaan bekal yang harus ia bawa selain perlengkapan APD juga minyak kayu putih.
Mengawali pemeriksaan tes swab PCR dan usai pemeriksaan minyak kayu putih selalu ia hirup. Bukan tanpa sebab ia harus membawa minyak kayu putih.
Wayan Winasa mengaku minyak kayu putih dari beberapa penelitian memang memiliki potensi dalam mencegah virus corona. Karena dalam minyak kayu putih memiliki kandungan eucalyptus.
“Ini yang selalu saya bawa dan berikan kepada teman-teman,” ucapnya.
Sebagai petugas rapid dan swab yang hampir setiap hari bersentuhan dengan orang yang tracing kontak dengan pasien Covid-19. Kekhawatiran tertular pasti ada.
Apalagi sudah ada 2 orang timnya yang dinyatakan positif Covid-19. Satu sudah dinyatakan sembuh dan satu orang lagi masih dalam menjalani isolasi.
“Jujur saya yang kepikiran dan tidak nyaman bilamana mereka yang kami ambil sampel swabnya terkonfimasi positif. Otomatis kami pun bisa tertular.
Kami selalu berdoa dan mudah-mudahan saat mengambil sampel dan hasil pengujian sampel negative,” ungkap pria asal Desa Tibubiu, Kerambitan ini.
Dia menambahkan saat ini Tabanan lonjakan kasus Covid-19 terus terjadi penambahan berada pada klaster keluarga dan upacara adat.
Sehingga pihaknya sejak bulan Januari ini rata-rata setiap hari ada sekitar 20 orang lebih warga yang diambil sampel swab PCR. “Yang tertinggi kami ambil sampel swab kasus Poltrada Bali sebanyak 200 orang,” pungkasnya. (*)