DENPASAR – Blunder ucapan Nas Bedag dan meremehkan perjuangan rakyat Bali menolak reklamasi seperti yang dilontarkan calon Gubernur Bali I Wayan Koster sejak beberapa hari terakhir menjadi viral di media sosial.
Bahkan, tagar Nas Bedag menjadi trending topic mengungguli isu-isu politik, hukum, dan kriminal yang terjadi sepekan terakhir.
Kondisi ini mengundang komentar Budayawan Bali dan Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti I Gusti Ngurah Harta.
Kepada Jawa Pos Radar Bali, Ngurah Harta menilai Cagub Koster telah meremehkan perjuangan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa sejak 5 tahun lalu.
“Saya sangat menyayangkan pernyataan seorang politisi senior seperti Wayan Koster yang kelihatan meremehkan perjuangan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa.
Perjuangan sudah sangat lama. Lalu dengan entengnya seorang Koster mengatakan kalau soal reklamasi Teluk Benoa dia bisa melakukannya sendiri. Ini meremehkan segala sesuatu yang sudah diperjuangkan selama ini,” ujar Ngurah Harta.
Menurutnya, bila Koster dengan enteng mengatakan bisa memperjuangkan sendiri reklamasi Teluk Benoa, maka publik akan bertanya ke mana saja Koster selama ini di DPR.
“Koster itu berkarir di Jakarta. Tetapi sejak isu reklamasi Teluk Benoa, kita di Bali tidak pernah mendengar perjuangan itu. Malah kalau saya tidak salah ingat, dulu Koster malah mendukung
agar reklamasi Teluk Benoa segera terwujud. Sekarang malah terbalik dengan nada yang meremehkan. Ini apakah hanya keceplos atau pembisiknya yang oon atau goblok. Karena isu ini sangat sensitif di Bali,” ujarnya.
Menurutnya, dalam video yang viral dan tersebar di berbagai media sosial, Koster juga meremehkan salah satu aktor bernama I Wayan Gendo Suardana.
“Kalau Koster paham, sebenarnya perjuangan itu bukan hanya Gendo sendiri. Orang-orang di belakang Gendo itu banyak.
Mereka itu berasal dari para bendesa adat, budayawan, tokoh agama, seniman, akademisi, aktivis lingkungan hidup dan sebagainya.
Jadi begitu Koster meremehkan Gendo, yang lainnya akan ikut diremehkan dan ikut terluka,” papar Ngurah Harta lagi.
Karena itu, dia meminta Koster paham dengan hal tersebut karena reklamasi Teluk Benoa itu tidak hanya soal ancaman terhadap lingkungan hidup di Bali, tapi juga ancaman terhadap tatanan dan budaya Bali.
Ada 80 persen orang Bali yang kalau ditanya dipastikan akan menolak reklamasi Teluk Benoa. Ada puluhan dan bahkan ratusan desa adat di Bali juga sudah jelas memberikan pernyataan sikap tegas menolak reklamasi Teluk Benoa.
“Apalagi desa adat yang ada di Kuta, Kuta Selatan, Kuta Utara, Denpasar Selatan, yang semuanya menolak reklamasi Teluk Benoa. Belum lagi semua desa adat lain yang menolak.
Jumlahnya sangat banyak. Desa adat itu benteng terakhir adat dan budaya Bali. Jadi Koster jangan main-main dengan hal tersebut,” tandasnya.
Ngurah Harta menilai tindakan Koster kontra produktif dengan janji-janji politik yang disampaikan selama ini.
“Katanya mau membangun wantilan, pura, dan sebagainya. Yang dibangun fisiknya saja. Reklamasi Teluk Benoa sikapnya tidak jelas.
Itu juga menyangkut esensi budaya Bali. Kalau sikapnya tidak jelas seperti itu, bagaimana nasib Bali ke depannya,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, saat mencermati rekaman Koster yang viral, semestinya publik Bali tahu bahwa sikapnya terhadap reklamasi Teluk Benoa yang diperjuangkan selama ini sesungguhnya tidak jelas. “Sikapnya abu-abu,” pungkasnya.