34.7 C
Jakarta
30 April 2024, 13:20 PM WIB

Diadukan ke Bawaslu, Caleg Nasdem Somvir Anggap Bagian Manuver Politik

SINGARAJA – Calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Nasdem, Somvir, memilih bersikap santai terhadap aduan money politic yang dilayangkan ke Bawaslu Buleleng.

Somvir menilai laporan tersebut merupakan hal yang wajar dalam pesta demokrasi. Ditemui di Lovina kemarin (23/4), Somvir menyebut laporan money politic itu sudah melalui saluran yang tepat.

“Ada Bawaslu, jadi silakan saja dilaporkan. Nanti mereka (Bawaslu, Red) yang menyatakan salah atau tidaknya,” kata Somvir.

Ia menilai tuduhan dan laporan tersebut merupakan dinamika dalam dunia politik. Pria yang juga sempat maju sebagai caleg pada tahun 2014 lalu itu, menduga ada manuver politik terkait hal tersebut.

Sebab itu ia kini memilih menunggu hasil klarifikasi dari Bawaslu Buleleng, terkait aduan money politic yang juga mencatut namanya.

“Namanya politik itu kepentingannya berbeda-beda. Ada yang kecewa, kurang puas, cemburu, itu biasa,” imbuhnya.

Kalau toh nantinya ia diminta memberikan klarifikasi pada Bawaslu Buleleng, Somvir mengaku siap memberikan keterangan.

Ia juga menyanggupi bertemu dengan para pengurus Partai Nasdem, menyusul santernya informasi terkait money politic yang menyeret namanya.

Disisi lain, Bawalu Buleleng kemarin masih terus melakukan proses klarifikasi terkait laporan money politic yang disampaikan Nyoman Redana.

Siang kemarin Bawaslu Buleleng mengundang seseorang yang bernama Subrata asal Desa Banjar Tegeha.

Subrata disebut-sebut sebagai salah satu orang yang turut menyalurkan dana dalam transaksi money politic itu.

Hingga sore kemarin belum ada keterangan resmi dari Bawaslu Buleleng terkait proses klarifikasi tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, Nyoman Redana mengadukan kasus dugaan money politic ke Bawaslu Buleleng. Uniknya Redana merupakan salah satu orang yang terlibat aktif dalam peristiwa tersebut.

Redana menerima uang sebanyak Rp 5 juta dari Subrata. Uang itu digunakan untuk “membeli” suara 50 orang warga.

Namun, Redana hanya sempat menyalurkan uang pada 10 orang warga di Banjar Dinas Munduk Uaban, Desa Pedawa. Masing-masing menerima Rp 100 ribu.

Belakangan Redana mengadukan kasus tersebut karena merasa lelah diteror via telepon. Teror itu ia terima lantaran perolehan suara tak mencapai target. 

SINGARAJA – Calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Nasdem, Somvir, memilih bersikap santai terhadap aduan money politic yang dilayangkan ke Bawaslu Buleleng.

Somvir menilai laporan tersebut merupakan hal yang wajar dalam pesta demokrasi. Ditemui di Lovina kemarin (23/4), Somvir menyebut laporan money politic itu sudah melalui saluran yang tepat.

“Ada Bawaslu, jadi silakan saja dilaporkan. Nanti mereka (Bawaslu, Red) yang menyatakan salah atau tidaknya,” kata Somvir.

Ia menilai tuduhan dan laporan tersebut merupakan dinamika dalam dunia politik. Pria yang juga sempat maju sebagai caleg pada tahun 2014 lalu itu, menduga ada manuver politik terkait hal tersebut.

Sebab itu ia kini memilih menunggu hasil klarifikasi dari Bawaslu Buleleng, terkait aduan money politic yang juga mencatut namanya.

“Namanya politik itu kepentingannya berbeda-beda. Ada yang kecewa, kurang puas, cemburu, itu biasa,” imbuhnya.

Kalau toh nantinya ia diminta memberikan klarifikasi pada Bawaslu Buleleng, Somvir mengaku siap memberikan keterangan.

Ia juga menyanggupi bertemu dengan para pengurus Partai Nasdem, menyusul santernya informasi terkait money politic yang menyeret namanya.

Disisi lain, Bawalu Buleleng kemarin masih terus melakukan proses klarifikasi terkait laporan money politic yang disampaikan Nyoman Redana.

Siang kemarin Bawaslu Buleleng mengundang seseorang yang bernama Subrata asal Desa Banjar Tegeha.

Subrata disebut-sebut sebagai salah satu orang yang turut menyalurkan dana dalam transaksi money politic itu.

Hingga sore kemarin belum ada keterangan resmi dari Bawaslu Buleleng terkait proses klarifikasi tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, Nyoman Redana mengadukan kasus dugaan money politic ke Bawaslu Buleleng. Uniknya Redana merupakan salah satu orang yang terlibat aktif dalam peristiwa tersebut.

Redana menerima uang sebanyak Rp 5 juta dari Subrata. Uang itu digunakan untuk “membeli” suara 50 orang warga.

Namun, Redana hanya sempat menyalurkan uang pada 10 orang warga di Banjar Dinas Munduk Uaban, Desa Pedawa. Masing-masing menerima Rp 100 ribu.

Belakangan Redana mengadukan kasus tersebut karena merasa lelah diteror via telepon. Teror itu ia terima lantaran perolehan suara tak mencapai target. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/