26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:01 AM WIB

Online Learning di Tengah Pandemi Covid-19

PANDEMI Covid-19 ini mengakibatkan terjadinya perubahan kebijakan secara mendasar dalam dunia pendidikan tanah air.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelaran selama masa pandemi ini.

Hal tersebut dikeluarkan melalui Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), tertanggal 24 Maret 2020.

Tepatnya ada 6 (enam) kebijakan yang dipaparkan dengan jelas. Namun, yang paling mendasar ialah

merubah cara belajar mengajar siswa dan guru adalah kebijakan belajar dari rumah.

Kebijakan belajar dari rumah ini sangat merubah kebiasaan, ataupun prilaku guru dan siswa selama ini.

Bagaimana tidak, selama ini guru mengajar di kelas dalam artian mengajar di sebuah banguanan sekolah yang memiliki fungsi belajar mengajar, dengan didukung oleh sarana penunjang proses belajar mengajar tersebut.

Dengan kebijakan baru ini guru dibuat kelimpungan karena masih mencari pola yang tepat bagaimana pembelajaran dari rumah itu bisa dilakukan.

Jalan terbaik yaitu melakukan atau mengupayakan pembelajaran berbasis dalam jaringan. Nama lainnya adalah pembelajaran daring (online learning).

Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang terjadi di sekolah. Guru dan siswa tidak berhadapan langsung, melainkan terjadi secara jarak jauh yang memungkinkan guru dan siswa berada pada tempat yang berbeda.

Secara positif pembelajaran ini sangat membantu keberlangsungan pembelajaran di masa pandemi ini.

Guru dan siswa akan tetap aman berada pada tempat atau rumahnya masing-masing tanpa harus keluar rumah dan bertatap muka secara langsung.

Namun, merubah pola atau kebiasaan sangatlah sulit, dan merupakan hal wajar ketika terjadi perubahan yang sangat cepat dan tidak terduga.

Kebiasaan yang berubah secara signifikan ini misalnya, guru dan siswa sangat mengandalkan perangkat komputer dan jaringan internet, itu yang pertama.

Kedua, Guru dan siswa harus mampu merubah gaya, strategi atau metode mengajar dan belajar. Ketiga, guru dan siswa harus mampu merubah gaya komunikasinya selama pembelajaran daring ini.

Banyak guru yang tidak memperhatikan bagiaan yang ketiga ini, yaitu kurangnya pemahaman dan penerapan guru dalam berkomunikasi dengan siswanya.

Guru biasanya berkomunikasi satu atau dua arah di sekolah, dengan bertatap muka secara secara langsung melakukan diskusi dan latihan secara bersama – sama.

Guru akan lebih mudah memberikan pemaparan dan penjelasan suatu materi, sedangkan siswa akan lebih mudah dalam memahami dan berdiskusi langsung kepada gurunya.

Dengan kejadian pandemi ini, hal ini menjadi sangat sulit untuk tetap mempertahankan kebiasaan gaya komunikasi guru tersebut.

Maka dari itu, perlu adanya perubahan gaya komunikasi guru selama atau saat pandemi Covid-19 ini.

Komunikasi yang dipakai tetunya, yang bersifat jarak jauh dalam hal ini dikenal sebagai komunikasi daring.

Komunikasi ini, memungkinkan guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan melakukan komunikasi melalui jaringan internet atau dunia maya (cyberspace).

Tujuannya ialah, bisa dikendalikan secara jarak jauh, efisiensi waktu jadi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam menaggulangi penyebaran pandemi ini. Di samping itu terdapat hal positif lainnya yang bisa didapatkan, seperti efisiensi biaya, sumber belajar yang luas, pengelolaan yang mudah, dan integrasi data.

Namun, masih banyak yang belum menyadari kemudahan komunikasi daring ini. Ada dua jenis komukasi daring bisa dilakukan oleh guru dan siswa.

Pertama, Komunikasi Daring Sinkron (bersamaan) ialah komunikari dengan jaringan internet yang terjadi secara bersamaan dan waktu yang nyata (real time).

Contohnya, teks chat dan video chat (Whatsaapp, Messenger, Hangouts, dll). Jenis komunikasi yang kedua adalah Komunikasi Daring Asinkron.

Komunikasi daring jenis ini merupakan

kebalikan dari jenis yang pertama, yaitu komunikasi dengan jaringan internet namun dilakukan secara tunda atau tidak bersamaan.

Tentu komunikasi daring ini banyak mempunyai kelemahan juga selain hal positif yang ditawarkan tadi.

Pertama, tidak mewakili emosi pemakainya dalam hal ini guru dan siswa. Sehingga guru sangat sulit dalam memberikan pemahaman kepada siswa, dan guru tidak mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya.

Kedua, terdapat informasi yang tidak penting, atau informasi yang didapat akan sangat banyak dan sulit untuk disaring dan dikontrol, sehingga penerima informasi akan menjadi bingung.

Ketiga, sangat menyita konsentrasi karena tidak sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga time

management harus dikedepankan.

Guru sebagai fasilitator informasi semestinya mampu membangun komunikasi daring yang efektif. Komunikasi yang efektif di sini adalah komunikasi yang senantiasa terjalin antara guru dan siswa sehingga nantinya dapat menimbukan perubahan sikap atau karater kearah yang lebih baik bagi siswa.

Ketepatan informasi menjadi kunci dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Hal ini terjadi jika persamaan pengertian, sikap, dan bahasa.

Pesan atau informasi dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh komunikator (guru).

Pesan yang disampaikan dapat disetujui oleh komunikan (siswa). Tidak adanya hambatan yang berarti dalam menndaklanjuti pesan atau informasi.

Nah tiga hal tersebut adalah unsur terjadinya komunikasi yang efektif. Maka dari itu, untuk memenuhi unsur-unsur komunikasi efektif dalam pembelajaran daring ini, guru harus melakukan bebagai hal.

Pertama, membuat aturan kelas daring, termasuk waktu dan aplikasi yang digunakan.

Kedua, membangun suasana yang baik dalam berdiskusi dalam kelas daring, walaupun agak susah dilakukan namun usahakan siskusi dilakukan baik secara sinkron atau asinkron.

Jangan sampai siswa yang bertanya atau membutuhkan penguatan tidak dilayani. Ketiga, walaupun dalam pembelajaran daring,

guru semestinya tetap menggunakan ekpresi-ekpresi verbal maupun non-verbal dalam memberikan feedback, reward dan punishment.

Di sini bisa menggunakan emoticon, sticker, atau kalimat yang memotivasi siswa. Keempat, guru harus mampu mengaitkan materi dengan situasi terkini atau kekinian, sehingga akan mudah dipahami oleh siswa.

Kelima, menggunakan video atau animasi yang yang mendukung materi sehingga tidak membosankan.

Disamping itu juga, di dalam membangun sebuah komunikasi, guru juga perlu memperhatikan beberapa hal seperti berikut.

Pertama, menggunakan bahasa yang simple, yang mudah dipahami dan juga dapat memotivasi psikis siswa. Kedua, guru harus mampu memahami kondisi atau keadaan siswanya.

Ketiga, makna dari pesan atau informasi haruslah jelas dan bermanfaat. Keempat, guru harus mampu menanamkan sifat respek dan saling menolong apabila ada siswa lain yang mengalami kesulitan.

Bisa saja dalam situasi ini siswa yang menolong guru dalam berbagai hal, misalnya kesulitan dalam menggunakan aplikasi.

Kelima, guru juga harus menanamkan jiwa demokratis kepada siswanya. Demokratis ditunjukkan dengan memberikan kebebasan saling memberikan masukan selama pembelajaran daring,

saling mendengar atau mengerti dengan keadaan dan mampu meberikan solusi dari setiap masalah yang dialami dalam pembelajaran daring saat pandemi Covid-19 ini. (I Putu Yoga Purandina MPd/Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)

 

 

 

 

PANDEMI Covid-19 ini mengakibatkan terjadinya perubahan kebijakan secara mendasar dalam dunia pendidikan tanah air.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelaran selama masa pandemi ini.

Hal tersebut dikeluarkan melalui Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), tertanggal 24 Maret 2020.

Tepatnya ada 6 (enam) kebijakan yang dipaparkan dengan jelas. Namun, yang paling mendasar ialah

merubah cara belajar mengajar siswa dan guru adalah kebijakan belajar dari rumah.

Kebijakan belajar dari rumah ini sangat merubah kebiasaan, ataupun prilaku guru dan siswa selama ini.

Bagaimana tidak, selama ini guru mengajar di kelas dalam artian mengajar di sebuah banguanan sekolah yang memiliki fungsi belajar mengajar, dengan didukung oleh sarana penunjang proses belajar mengajar tersebut.

Dengan kebijakan baru ini guru dibuat kelimpungan karena masih mencari pola yang tepat bagaimana pembelajaran dari rumah itu bisa dilakukan.

Jalan terbaik yaitu melakukan atau mengupayakan pembelajaran berbasis dalam jaringan. Nama lainnya adalah pembelajaran daring (online learning).

Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang terjadi di sekolah. Guru dan siswa tidak berhadapan langsung, melainkan terjadi secara jarak jauh yang memungkinkan guru dan siswa berada pada tempat yang berbeda.

Secara positif pembelajaran ini sangat membantu keberlangsungan pembelajaran di masa pandemi ini.

Guru dan siswa akan tetap aman berada pada tempat atau rumahnya masing-masing tanpa harus keluar rumah dan bertatap muka secara langsung.

Namun, merubah pola atau kebiasaan sangatlah sulit, dan merupakan hal wajar ketika terjadi perubahan yang sangat cepat dan tidak terduga.

Kebiasaan yang berubah secara signifikan ini misalnya, guru dan siswa sangat mengandalkan perangkat komputer dan jaringan internet, itu yang pertama.

Kedua, Guru dan siswa harus mampu merubah gaya, strategi atau metode mengajar dan belajar. Ketiga, guru dan siswa harus mampu merubah gaya komunikasinya selama pembelajaran daring ini.

Banyak guru yang tidak memperhatikan bagiaan yang ketiga ini, yaitu kurangnya pemahaman dan penerapan guru dalam berkomunikasi dengan siswanya.

Guru biasanya berkomunikasi satu atau dua arah di sekolah, dengan bertatap muka secara secara langsung melakukan diskusi dan latihan secara bersama – sama.

Guru akan lebih mudah memberikan pemaparan dan penjelasan suatu materi, sedangkan siswa akan lebih mudah dalam memahami dan berdiskusi langsung kepada gurunya.

Dengan kejadian pandemi ini, hal ini menjadi sangat sulit untuk tetap mempertahankan kebiasaan gaya komunikasi guru tersebut.

Maka dari itu, perlu adanya perubahan gaya komunikasi guru selama atau saat pandemi Covid-19 ini.

Komunikasi yang dipakai tetunya, yang bersifat jarak jauh dalam hal ini dikenal sebagai komunikasi daring.

Komunikasi ini, memungkinkan guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan melakukan komunikasi melalui jaringan internet atau dunia maya (cyberspace).

Tujuannya ialah, bisa dikendalikan secara jarak jauh, efisiensi waktu jadi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.

Sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam menaggulangi penyebaran pandemi ini. Di samping itu terdapat hal positif lainnya yang bisa didapatkan, seperti efisiensi biaya, sumber belajar yang luas, pengelolaan yang mudah, dan integrasi data.

Namun, masih banyak yang belum menyadari kemudahan komunikasi daring ini. Ada dua jenis komukasi daring bisa dilakukan oleh guru dan siswa.

Pertama, Komunikasi Daring Sinkron (bersamaan) ialah komunikari dengan jaringan internet yang terjadi secara bersamaan dan waktu yang nyata (real time).

Contohnya, teks chat dan video chat (Whatsaapp, Messenger, Hangouts, dll). Jenis komunikasi yang kedua adalah Komunikasi Daring Asinkron.

Komunikasi daring jenis ini merupakan

kebalikan dari jenis yang pertama, yaitu komunikasi dengan jaringan internet namun dilakukan secara tunda atau tidak bersamaan.

Tentu komunikasi daring ini banyak mempunyai kelemahan juga selain hal positif yang ditawarkan tadi.

Pertama, tidak mewakili emosi pemakainya dalam hal ini guru dan siswa. Sehingga guru sangat sulit dalam memberikan pemahaman kepada siswa, dan guru tidak mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya.

Kedua, terdapat informasi yang tidak penting, atau informasi yang didapat akan sangat banyak dan sulit untuk disaring dan dikontrol, sehingga penerima informasi akan menjadi bingung.

Ketiga, sangat menyita konsentrasi karena tidak sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga time

management harus dikedepankan.

Guru sebagai fasilitator informasi semestinya mampu membangun komunikasi daring yang efektif. Komunikasi yang efektif di sini adalah komunikasi yang senantiasa terjalin antara guru dan siswa sehingga nantinya dapat menimbukan perubahan sikap atau karater kearah yang lebih baik bagi siswa.

Ketepatan informasi menjadi kunci dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Hal ini terjadi jika persamaan pengertian, sikap, dan bahasa.

Pesan atau informasi dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh komunikator (guru).

Pesan yang disampaikan dapat disetujui oleh komunikan (siswa). Tidak adanya hambatan yang berarti dalam menndaklanjuti pesan atau informasi.

Nah tiga hal tersebut adalah unsur terjadinya komunikasi yang efektif. Maka dari itu, untuk memenuhi unsur-unsur komunikasi efektif dalam pembelajaran daring ini, guru harus melakukan bebagai hal.

Pertama, membuat aturan kelas daring, termasuk waktu dan aplikasi yang digunakan.

Kedua, membangun suasana yang baik dalam berdiskusi dalam kelas daring, walaupun agak susah dilakukan namun usahakan siskusi dilakukan baik secara sinkron atau asinkron.

Jangan sampai siswa yang bertanya atau membutuhkan penguatan tidak dilayani. Ketiga, walaupun dalam pembelajaran daring,

guru semestinya tetap menggunakan ekpresi-ekpresi verbal maupun non-verbal dalam memberikan feedback, reward dan punishment.

Di sini bisa menggunakan emoticon, sticker, atau kalimat yang memotivasi siswa. Keempat, guru harus mampu mengaitkan materi dengan situasi terkini atau kekinian, sehingga akan mudah dipahami oleh siswa.

Kelima, menggunakan video atau animasi yang yang mendukung materi sehingga tidak membosankan.

Disamping itu juga, di dalam membangun sebuah komunikasi, guru juga perlu memperhatikan beberapa hal seperti berikut.

Pertama, menggunakan bahasa yang simple, yang mudah dipahami dan juga dapat memotivasi psikis siswa. Kedua, guru harus mampu memahami kondisi atau keadaan siswanya.

Ketiga, makna dari pesan atau informasi haruslah jelas dan bermanfaat. Keempat, guru harus mampu menanamkan sifat respek dan saling menolong apabila ada siswa lain yang mengalami kesulitan.

Bisa saja dalam situasi ini siswa yang menolong guru dalam berbagai hal, misalnya kesulitan dalam menggunakan aplikasi.

Kelima, guru juga harus menanamkan jiwa demokratis kepada siswanya. Demokratis ditunjukkan dengan memberikan kebebasan saling memberikan masukan selama pembelajaran daring,

saling mendengar atau mengerti dengan keadaan dan mampu meberikan solusi dari setiap masalah yang dialami dalam pembelajaran daring saat pandemi Covid-19 ini. (I Putu Yoga Purandina MPd/Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/