DENPASAR – Cawagub dari Koalisi Rakyat Bali (KRB) Ketut Sudikerta mengklaim pembangunan jalan tol di atas laut Teluk Benoa merupakan idenya.
Ide itu kemudian dibawa ke pusat lalu disetujui. Benarkah? “Jalan tol di perairan Teluk Benoa itu adalah ide saya. Setelah disetujui dan dibangun,
baru Pemkab Badung dan Pemprov Bali menanamkan masing-masing Rp 100 miliar. Tapi, idenya itu ide saya,” klaim mantan Wabup Badung itu.
Dia mengatakan, ketimpangan antara Bali Selatan dengan Bali Utara, Bali Barat (Jembrana) dan Bali Timur (Karangasem, Bangli) memang cukup jauh.
Bali Selatan seperti Badung dan Denpasar memiliki APBD besar karena investasi dari investor yang besar.
Pembangunan akomodasi wisata seperti hotel sangat masif di Bali Selatan. Investasi besar di Bali Selatan bisa masuk lantaran adanya infrastruktur yang memadai.
“Kalau ini (bandara dan jalan tol) terwujud, keseimbangan Bali bisa tercapai. Nanti bapak-bapak yang punya hotel kan bisa ikut menikmati juga,” selorohnya.
Sementara itu, Sekretaris DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry membenarkan apa yang disampaikan Sudikerta.
Menurut Sugawa, kesenjangan antara Bali Selatan, dengan Bali Timur, Bali Barat dan Utara karena masalah infrastruktur.
Karena itu infrastruktur harus disambungkan agar bisa membuka investasi. “Infrastruktur jalan bebas hambatan seperti jalan tol adalah solusi jangka panjang antara Bali Utara
dengan Bali Selatan dan Bali Barat. Untuk Bali Timur, kami harapkan pembangunan jalan bypass bisa dilanjutkan sampai ke Karangasem,” kata Sugawa.
Jalan tol juga menjadi sarana pendukung rencana pembangunan bandara di Buleleng. “Dengan jalan tol, begitu keluar dari bandara, mau menuju Denpasar dan daerah lain bisa cepat. Paling lama ke bandara 45 menit,” tukas Sugawa.(