28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:23 AM WIB

Awali Karir dari Penyanyi Kafe, Sempat Tak Punya Uang untuk Bayar Kos

Nama Ni Luh Putu Suciyantini jadi salah satu peserta yang lolos babak knock out The Voice Indonesia 2019.

Dari cantik asal Dusun Galiran, Desa Baktiseraga Singaraja ini berhasil mencuri perhatian empat juri pada babak blind audition beberapa waktu lalu. Siapa dia?

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

SUARA dengan karakter serak dan berat menjadi karakter yang kuat Suci sebagai seorang penyanyi. Saat wartawan Jawa Pos Radar Bali

mencoba menghubungi lewat sambungan telepon, dia dengan ramah menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Menceritakan awal mula berkarir di dunia hiburan hingga kini menjadi penyanyi tetap di salah satu tempat hiburan paling hit di kawasan Canggu, Kuta Utara.

“Saya baru sampai di Singaraja, baru pulang dari Denpasar setelah tiga hari lalu datang dari Jakarta usai mengikuti babak blind audition The Voice Indonesia,” ujar Suci mengawali obrolan.

Suci menjadi satu-satunya wakil dari Bali yang melenggang ke babak knock out. Rencananya dia akan berangkat kembali ke Jakarta mengikuti audisi pada 12 Oktober mendatang.

Saat babak knock out, dia membawakan lagu Give Me One Reason milik Tracy Chapman. “Saya sempat deg-degan juga. Tapi, setelah penampilan itu, keempat juri membalikkan kursi tanda semuanya tertarik,” ujarnya.

Empat juri sekaligus sebagai coach ini antara lain Isyana Sarasvati, Vidi Aldiano, Titi DJ, dan Armand Maulana.

Namun sebelum tampil, penyanyi kelahiran 12 Juli 1992 silam itu berharap banyak agar ditangani oleh Armand Maulana.

“Aku berharap dia (Armand) memutar kursi, ternyata keempatnya. Aku memilih Armand karena dia mengerti banget karakter suara dan genre yang aku bawakan,” terangnya.

Hingga akhirnya, hal tersebut terwujud. Kini Suci mempersiapkan diri untuk tampil lebih maksimal. Terlebih kata dia, saingan di The Voice ini cukup berat.

Semua peserta yang lolos memiliki kualitas yang bagus. “Isitirahat yang cukup, banyak minum alir putih, olahraga, dan yang terpenting dalam sehari itu

ada latihan olah vokal. Setiap penampilan saya, saya hanya pasrah saja dengan memberikan penampilan yang terbaik,” katanya.

Dengan memiliki karakter suara yang berat dan serak, ia sangat cocok memainkan lagu-lagu dengan genre blues.

Mengikuti ajang pencarian bakat, menjadi pengalaman pertama bagi Suci sepanjang berkarir di dunia musik.

Padahal sejak dulu, ia diminta oleh temannya untuk mengikuti ajang pencarian bakat, namun baru kali ini dia mau.

“Aku direkomendasikan oleh Ava, finalis The Voice 2018 asal Bali juga. Akhirnya aku di email pihak The Voice, jadi undangan. Tanpa antre. Akhirnya lolos,” ucap Suci.

Ia pun tidak ingin mengecewakan orang yang telah mendukungnya. Termasuk masyarakat Bali yang sudah memberikan dukungan secara moril selama ia mengikuti blind audition.

Namun di balik itu semua, perjalanan karir seorang Suci dalam dunia tarik suara ia lewati dengan penuh perjuangan.

Sebagai orang daerah asal Buleleng, Kota Denpasar menjadi tempatnya untuk meniti karir menyanyi. Tepatnya di tahun 2011, ia merantau menuju Denpasar.

Jauh dari orang tua, tinggal di kos-kosan seorang diri. Hobinya menyanyi, sudah muncul sejak ia menginjak sekolah dasar.

“Awalnya saya kerja sebagai waitress. Dari sana, saya mulai kenal dengan teman-teman musisi. Mulai bernyanyi di kafe-kafe kecil,” kenang anak perempuan Kepala Dusun Galiran ini.

Bekerja ngamen dari kafe-ke kafe, dan juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang waitress, dia mengaku memiliki penghasilan yang tak seberapa.

Karena untuk hidup di kota Denpasar, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Sempat nggak punya uang buat bayar kos, karena kehabisan uang.

Nggak bisa pulang ke kampung (Singaraja) karena kehabisan uang. Mau minta ke orang tua malu, karena saya sudah kerja. Kondisi kehidupan yang susah di Denpasar itu saya jalani cukup lama,” ujarnya.

Hingga akhirnya, beberapa kafe dan tempat hiburan membutuhkan jasanya karena kepiawaiannya melantunkan lagu, membuatnya memiliki penghasilan lebih besar.

Dari keahliannya itu, anak pertama dari empat bersaudara ini diundang untuk bernyanyi ke beberapa tempat hiburan di Filipina, Maldives, dan Macau.

“Saya sudah menjadi penyanyi tetap, dan diberikan fasilitas private vila agar lebih dekat ke tempat kerja,” terangnya.

Ia berharap, melalui ajang ini karir dalam dunia tarik suara bisa lebih meningkat lagi. Selain itu, dalam ajang ini ia tidak ingin terlalu ambisius untuk bisa menjadi seorang pemenang.

“Saingannya benar-benar berat, aku ingin menampilkan yang terbaik di panggung dan tidak mengecewakan mewakili Bali dan secara khusus Singaraja,” tandas perempuan yang kini berusia 27 tahun itu. (*)

 

Nama Ni Luh Putu Suciyantini jadi salah satu peserta yang lolos babak knock out The Voice Indonesia 2019.

Dari cantik asal Dusun Galiran, Desa Baktiseraga Singaraja ini berhasil mencuri perhatian empat juri pada babak blind audition beberapa waktu lalu. Siapa dia?

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

SUARA dengan karakter serak dan berat menjadi karakter yang kuat Suci sebagai seorang penyanyi. Saat wartawan Jawa Pos Radar Bali

mencoba menghubungi lewat sambungan telepon, dia dengan ramah menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Menceritakan awal mula berkarir di dunia hiburan hingga kini menjadi penyanyi tetap di salah satu tempat hiburan paling hit di kawasan Canggu, Kuta Utara.

“Saya baru sampai di Singaraja, baru pulang dari Denpasar setelah tiga hari lalu datang dari Jakarta usai mengikuti babak blind audition The Voice Indonesia,” ujar Suci mengawali obrolan.

Suci menjadi satu-satunya wakil dari Bali yang melenggang ke babak knock out. Rencananya dia akan berangkat kembali ke Jakarta mengikuti audisi pada 12 Oktober mendatang.

Saat babak knock out, dia membawakan lagu Give Me One Reason milik Tracy Chapman. “Saya sempat deg-degan juga. Tapi, setelah penampilan itu, keempat juri membalikkan kursi tanda semuanya tertarik,” ujarnya.

Empat juri sekaligus sebagai coach ini antara lain Isyana Sarasvati, Vidi Aldiano, Titi DJ, dan Armand Maulana.

Namun sebelum tampil, penyanyi kelahiran 12 Juli 1992 silam itu berharap banyak agar ditangani oleh Armand Maulana.

“Aku berharap dia (Armand) memutar kursi, ternyata keempatnya. Aku memilih Armand karena dia mengerti banget karakter suara dan genre yang aku bawakan,” terangnya.

Hingga akhirnya, hal tersebut terwujud. Kini Suci mempersiapkan diri untuk tampil lebih maksimal. Terlebih kata dia, saingan di The Voice ini cukup berat.

Semua peserta yang lolos memiliki kualitas yang bagus. “Isitirahat yang cukup, banyak minum alir putih, olahraga, dan yang terpenting dalam sehari itu

ada latihan olah vokal. Setiap penampilan saya, saya hanya pasrah saja dengan memberikan penampilan yang terbaik,” katanya.

Dengan memiliki karakter suara yang berat dan serak, ia sangat cocok memainkan lagu-lagu dengan genre blues.

Mengikuti ajang pencarian bakat, menjadi pengalaman pertama bagi Suci sepanjang berkarir di dunia musik.

Padahal sejak dulu, ia diminta oleh temannya untuk mengikuti ajang pencarian bakat, namun baru kali ini dia mau.

“Aku direkomendasikan oleh Ava, finalis The Voice 2018 asal Bali juga. Akhirnya aku di email pihak The Voice, jadi undangan. Tanpa antre. Akhirnya lolos,” ucap Suci.

Ia pun tidak ingin mengecewakan orang yang telah mendukungnya. Termasuk masyarakat Bali yang sudah memberikan dukungan secara moril selama ia mengikuti blind audition.

Namun di balik itu semua, perjalanan karir seorang Suci dalam dunia tarik suara ia lewati dengan penuh perjuangan.

Sebagai orang daerah asal Buleleng, Kota Denpasar menjadi tempatnya untuk meniti karir menyanyi. Tepatnya di tahun 2011, ia merantau menuju Denpasar.

Jauh dari orang tua, tinggal di kos-kosan seorang diri. Hobinya menyanyi, sudah muncul sejak ia menginjak sekolah dasar.

“Awalnya saya kerja sebagai waitress. Dari sana, saya mulai kenal dengan teman-teman musisi. Mulai bernyanyi di kafe-kafe kecil,” kenang anak perempuan Kepala Dusun Galiran ini.

Bekerja ngamen dari kafe-ke kafe, dan juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang waitress, dia mengaku memiliki penghasilan yang tak seberapa.

Karena untuk hidup di kota Denpasar, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Sempat nggak punya uang buat bayar kos, karena kehabisan uang.

Nggak bisa pulang ke kampung (Singaraja) karena kehabisan uang. Mau minta ke orang tua malu, karena saya sudah kerja. Kondisi kehidupan yang susah di Denpasar itu saya jalani cukup lama,” ujarnya.

Hingga akhirnya, beberapa kafe dan tempat hiburan membutuhkan jasanya karena kepiawaiannya melantunkan lagu, membuatnya memiliki penghasilan lebih besar.

Dari keahliannya itu, anak pertama dari empat bersaudara ini diundang untuk bernyanyi ke beberapa tempat hiburan di Filipina, Maldives, dan Macau.

“Saya sudah menjadi penyanyi tetap, dan diberikan fasilitas private vila agar lebih dekat ke tempat kerja,” terangnya.

Ia berharap, melalui ajang ini karir dalam dunia tarik suara bisa lebih meningkat lagi. Selain itu, dalam ajang ini ia tidak ingin terlalu ambisius untuk bisa menjadi seorang pemenang.

“Saingannya benar-benar berat, aku ingin menampilkan yang terbaik di panggung dan tidak mengecewakan mewakili Bali dan secara khusus Singaraja,” tandas perempuan yang kini berusia 27 tahun itu. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/