28.2 C
Jakarta
17 September 2024, 2:43 AM WIB

Belajar Otodidak, Karya Seni Kerap Kali Tampil di Festival Buleleng

Kegelisahan Taufiqur Rahman siswa MAN Buleleng, Patas, Gerokgak dengan begitu banyaknya sampah plastik di Pantai Pejarakan dan desanya berbuah manis.

Pasalnya, limbah sampah plastik dia pungut sehari-hari dijadikan aneka miniatur robot dan mobil-mobilan anak. Maka tak heran hasil karyanya pun sering ditampilkan dibeberapa pagelaran festival di Buleleng.

 

JULIADI, Gerokgak

TUTUP botol plastik bekas, tutup bolpoint, korek api, tutup odol, tempat minyak rambut plastik, sisa kawat, dan berbagai jenis limbah plastik biasanya dibuang. Karena tidak berguna lagi.

Namun, tidak bagi Taufiqur Rahman, pelajar Kelas XI IPS 2 MAN Buleleng. Dari tangan inovatif dan kreatifnya mampu mengubah limbah sampah plastik tersebut menjadi aneka miniatur robot dan mainan anak.

Taufik – panggilan akrab disela kegiatannya di sekolah dan di rumah menyempatkan waktu untuk memumungut sampah plastik yang ada di desanya dan pantai.

Hal itu dia lakukan sejak masih duduk di bangku SD hingga sekarang. Sampah plastik tersebut yang dia kumpulkan nantinya akan dijadikan karya seni bernilai ekonomis.

Taufik yang ditemui di sekolahnya didampingi Kepala MAN Buleleng Markhaban menuturkan, pembuatan aneka miniatur robot, motor, dan mobil dan mainan anak lainnya.

Bermula sejak kelas 6 SD. Belajar membuatnya dengan cara otodidak. Taufik yang sering kali ikut ayahnya ke pantai untuk pergi melaut.

Selalu disuguhkan dengan tumpukkan sampah plastik dan barang bekas di pantai. Kemudian sampah plastik tersebut ia pungut. Sehari bisa 2 kampil karung sampah plastik dia dapat.

Saking banyak sampah plastik yang dia kumpulkan di rumah. Dan, sayang terbuang begitu saja. Membuat Taufik bingung kala itu.

“Ketimbang saya buang kembali sampah tersebut. Muncul idenya untuk membuat aneka miniatur robot, mobil dan mainan anak,” ungkap siswa yang berasal dari Desa Pejarakan, Gerokgak.   

Menuangkan ide membuat aneka miniatur dan mainan, dikatakan siswa berusia 17 tahun, hanya muncul sesat, tanpa pikir panjang mengalir apa adanya.

Untuk satu mobil dan motor dia buat dalam satu hari. “Sementara untuk miniatur robot yang saya buat butuh waktu selama tiga hari. Karena robot lebih detail, dan rumit cara pembuatannya,” kata Taufik.

Lanjutnya, dalam membuat miniatur robot, motor, mobil, pesawat dan mainan anak lainnya. Bermodal dari lem fok dan lem G.

Kemudian bahan dari sampah plastik berupa tutup botol plastik bekas, tutup bolpoint, korek api, tutup odol, tempat minyak rambut plastik, sisa kawat dan berbagai jenis limbah plastik.

Untuk pembuatan sebuah mobil dan motor harus dibuat body terlebih dahulu, baru mengikuti rangka lainnya. Sama hal juga membuat miniatur robot. Badan yang dibuat terlebih dahulu.

Diakui Taufik, berbagai karya sudah dia buat dari hasil limbah sampah plastik. Mulai dari robot dinasaurus, motor harley, mobil, kapal, burung garuda dan lainnya.

Agar hasil karyanya menarik dia memolehkannya dengan cat. Dia tak menyangka jika hasil karya memiliki nilai ekonomi.

“Banyak yang sudah beli. Mulai dari masyarakat di desa, wisatawan, bahkan ibu Bupati Buleleng juga membeli hasil karyanya.

Kalau motor dan mobil mainan anak saya jual Rp 50 ribu. Sedangkan miniatur robot Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu,” ungkap

Kerisauan Taufiq juga berbuah manis. Kini Taufik sering dilibat dalam festival di Buleleng. Dalam waktu dekat di Festival Lovina dan Festival Bay Pemuteran

hasil karya berupa miniatur robot dan aneka mainan anak yang dibuat dari limbah sampah plastik akan ditampilkan.  

Taufik  berharap hasil karya seni ini dari limbah sampah plastik, juga dapat diikuti siswa-siswi di Bali.

Sementara itu Kepala MAN Buleleng Markhaban mengatakan, hasil karya Taufik seperti ini nantinya dapat diangkat dalam bentuk karya ilmiah dengan mengikuti lomba Madrasah Young Reasercher (MYRES) tingkat nasional.

Selain itu, hasil karya Taufik mampu menjadi motivasi siswa MAN lainnya. “Agar dapat membuat sebuah prakarya seni. Namun bentuk lainnya,” tandasnya. (*)

Kegelisahan Taufiqur Rahman siswa MAN Buleleng, Patas, Gerokgak dengan begitu banyaknya sampah plastik di Pantai Pejarakan dan desanya berbuah manis.

Pasalnya, limbah sampah plastik dia pungut sehari-hari dijadikan aneka miniatur robot dan mobil-mobilan anak. Maka tak heran hasil karyanya pun sering ditampilkan dibeberapa pagelaran festival di Buleleng.

 

JULIADI, Gerokgak

TUTUP botol plastik bekas, tutup bolpoint, korek api, tutup odol, tempat minyak rambut plastik, sisa kawat, dan berbagai jenis limbah plastik biasanya dibuang. Karena tidak berguna lagi.

Namun, tidak bagi Taufiqur Rahman, pelajar Kelas XI IPS 2 MAN Buleleng. Dari tangan inovatif dan kreatifnya mampu mengubah limbah sampah plastik tersebut menjadi aneka miniatur robot dan mainan anak.

Taufik – panggilan akrab disela kegiatannya di sekolah dan di rumah menyempatkan waktu untuk memumungut sampah plastik yang ada di desanya dan pantai.

Hal itu dia lakukan sejak masih duduk di bangku SD hingga sekarang. Sampah plastik tersebut yang dia kumpulkan nantinya akan dijadikan karya seni bernilai ekonomis.

Taufik yang ditemui di sekolahnya didampingi Kepala MAN Buleleng Markhaban menuturkan, pembuatan aneka miniatur robot, motor, dan mobil dan mainan anak lainnya.

Bermula sejak kelas 6 SD. Belajar membuatnya dengan cara otodidak. Taufik yang sering kali ikut ayahnya ke pantai untuk pergi melaut.

Selalu disuguhkan dengan tumpukkan sampah plastik dan barang bekas di pantai. Kemudian sampah plastik tersebut ia pungut. Sehari bisa 2 kampil karung sampah plastik dia dapat.

Saking banyak sampah plastik yang dia kumpulkan di rumah. Dan, sayang terbuang begitu saja. Membuat Taufik bingung kala itu.

“Ketimbang saya buang kembali sampah tersebut. Muncul idenya untuk membuat aneka miniatur robot, mobil dan mainan anak,” ungkap siswa yang berasal dari Desa Pejarakan, Gerokgak.   

Menuangkan ide membuat aneka miniatur dan mainan, dikatakan siswa berusia 17 tahun, hanya muncul sesat, tanpa pikir panjang mengalir apa adanya.

Untuk satu mobil dan motor dia buat dalam satu hari. “Sementara untuk miniatur robot yang saya buat butuh waktu selama tiga hari. Karena robot lebih detail, dan rumit cara pembuatannya,” kata Taufik.

Lanjutnya, dalam membuat miniatur robot, motor, mobil, pesawat dan mainan anak lainnya. Bermodal dari lem fok dan lem G.

Kemudian bahan dari sampah plastik berupa tutup botol plastik bekas, tutup bolpoint, korek api, tutup odol, tempat minyak rambut plastik, sisa kawat dan berbagai jenis limbah plastik.

Untuk pembuatan sebuah mobil dan motor harus dibuat body terlebih dahulu, baru mengikuti rangka lainnya. Sama hal juga membuat miniatur robot. Badan yang dibuat terlebih dahulu.

Diakui Taufik, berbagai karya sudah dia buat dari hasil limbah sampah plastik. Mulai dari robot dinasaurus, motor harley, mobil, kapal, burung garuda dan lainnya.

Agar hasil karyanya menarik dia memolehkannya dengan cat. Dia tak menyangka jika hasil karya memiliki nilai ekonomi.

“Banyak yang sudah beli. Mulai dari masyarakat di desa, wisatawan, bahkan ibu Bupati Buleleng juga membeli hasil karyanya.

Kalau motor dan mobil mainan anak saya jual Rp 50 ribu. Sedangkan miniatur robot Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu,” ungkap

Kerisauan Taufiq juga berbuah manis. Kini Taufik sering dilibat dalam festival di Buleleng. Dalam waktu dekat di Festival Lovina dan Festival Bay Pemuteran

hasil karya berupa miniatur robot dan aneka mainan anak yang dibuat dari limbah sampah plastik akan ditampilkan.  

Taufik  berharap hasil karya seni ini dari limbah sampah plastik, juga dapat diikuti siswa-siswi di Bali.

Sementara itu Kepala MAN Buleleng Markhaban mengatakan, hasil karya Taufik seperti ini nantinya dapat diangkat dalam bentuk karya ilmiah dengan mengikuti lomba Madrasah Young Reasercher (MYRES) tingkat nasional.

Selain itu, hasil karya Taufik mampu menjadi motivasi siswa MAN lainnya. “Agar dapat membuat sebuah prakarya seni. Namun bentuk lainnya,” tandasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/