Mengantisipasi terjadinya erupsi Gunung Agung di Karangasem, Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI menyiapkan antisipasi evakuasi pengungsi lewat jalur laut.
Selaku koordinator unsur laut, Bakamla RI telah menyiagakan kapal Negara (KN) Gajah Laut-4804 di Dermaga Timur Pelabuhan Benoa. Seperti apa?
DIDIK DWI PRAPTONO, Denpasar
SEJAK pagi kapal bercat bodi warna putih dengan panjang 48 meter sudah bersandar di Dermaga Timur, Pelabuhan Benoa.
KN Gajah Laut kapal dengan nomor lambung 4804, sebelumnya sempat tercatat pernah melaksanakan operasi bersama dengan kapal patroli dari Australian Border Force
dan Kementerian Kelautan dan Perikanan di Laut Timor, ini merupakan salah satu kapal yang nanti digunakan untuk
salah satu alat transportasi sekaligus kendaraan evakuasi para pengungsi ketika Gunung Agung meletus melalui jalur laut.
Dikomandani Mayor Laut (P) Beni Hermawan dan diawaki oleh 24 personel, kapal dengan kemampuan mengangkut penumpang antara 80 hingga maksimum 100 orang,
inilah yang nantinya akan dipakai tim evakuasi dari dua dermaga di Karangasem (Dermaga Tanah Ampo dan Padang Bai) menuju Pelabuhan Lembar, Lombok, NTB.
Deputi Operasi dan Latihan Bakamla RI, Laksamana Pertama TNI Semi Djoni Putra disela kunjungan dan pengecekan kapal di Pelabuhan Benoa, menyatakan,
selain kapal milik Bakamla RI, evakuasi jalur laut nanti juga akan mengerahkan kapal-kapal lain di bawah koordinasi Bakanla RI.
Di antaranya kapal perang milik TNI AL, Polairud dan KKP. KN Gajah Laut -4804 merupakan salah satu kapal patroli Bakamla yang memiliki kemampuan patroli dan SAR di wilayah teritorial Indonesia dan Zona Tambahan.
“Sesuai rencana sementara kami minta untuk masing-masing menurunkan dua armada,” terang Djoni didampingi Komandan Lanal Denpasar
yang juga Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Penanggulangan Evakuasi Pengungsi Gunung Agung Jalur Laut Kolonel Laut (P) IB Oka Tapa Yasa
Dijelaskan Djoni, soal teknis evakuasi, pertama dilakukan di darat, dimana para pengungsi akan diarahkan menuju Pelabuhan Padang Bai
dan Pelabuhan Tanah Ampo Karangasem dengan dibantu personel Angkatan Darat dari Kodim setempat dan dibackup oleh Kodam.
Selanjutnya setelah tiba di Dermaga Padangbai dan Tanah Ampo di Bali, kemudian para pengungsi dan barang bawaan akan diangkut dengan kapal menuju Pelabuhan Lembar, Lombok.
“Bakamla sendiri akan menyiapkan sebuah kapal, yakni KN Gajah Laut. Nanti kalau butuh kapal banyak, bisa dari AL (TNI Angkatan Laut)
sudah ada dua kapal jenis LST (Landing Ship Tank) dan LPD (Landing Platform Dock) dengan masing-masing dua yakni KRI Tajung Pinang dan KRI Teluk Ende, “jelasnya.
Untuk spesifik kapal jenis LST dan LPD, Djoni menjelaskan jika dua kapal tersebut mampu untuk mengangkut minimal seribu orang.
“Jadi, kalau benar terjadi erupsi, kami sudah rencanakan membawa para pengungsi ke jalur yang aman. Apabila itu akan melewati jalur laut paling aman adalah ke Lombok, “tambahnya.
Danlanal Denpasar Kolonel Laut (P) IGB Oka Tapa Yasa menambahkan, selaku Dansatgas pihaknya juga telah berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait.
“Sesuai yang disampaikan Deputi bahwa kami akan libatkan banyak kapal sesuai yang dibutuhkan, “terangnya.
Bahkan khusus untuk evakuasi, kata Tapa Yasa, khusus untuk mengevakuasi wisatawan yang saat ini terdata sebanyak 5.000 orang,
pihaknya akan menyiapkan kapal jenis LPD, sedangkan untuk pengungsi lokal akan disiapkan kapal LST dengan masing-masing kapal diawaki sekitar 80 personel.
“Sesegera mungkin kapal-kapal tersebut akan disiagakan di sini (Pelabuhan Benoa), “pungkasnya.