32.4 C
Jakarta
12 September 2024, 17:23 PM WIB

Rekam Aktifitas Lewat Video, Penilaian Dilakukan Secara Daring

Masa pandemi mengubah hampir seluruh kebiasaan masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan baru pun harus dilakukan.

Termasuk dengan kegiatan lomba-lomba. Lomba yang biasanya dilakukan secara tatap muka, kini dilakukan secara daring.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

SETIAP tahun, Museum Gedong Kirtya selalu menggelar lomba yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian terhadap bahasa, aksara, serta sastra Bali.

Biasanya lomba selalu digelar dengan cara tatap muka. Namun, tahun ini lomba dilakukan secara daring (dalam jaringan).

Jumlah materi yang dilombakan pun lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini hanya digelar lomba sambrama wacana dan melukis wayang kaca.

Sedangkan pada tahun sebelumnya, lebih dari 5 jenis mata lomba digelar. Masing-masing peserta yang mewakili kecamatan, melakukan proses perekaman video di tempat yang berbeda.

Untuk peserta dari Kecamatan Seririt, misalnya. Mereka mengikuti lomba dan melakukan perekaman dari aula kantor camat.

“Kami berupaya memfasilitasi tempat dan perangkat untuk merekam. Kemudian saat mengunggah juga menggunakan jaringan internet di kantor.

Supaya peserta tidak terbebani lagi dengan masalah teknis,” kata Camat Seririt Nyoman Agus Tri Kartikayuda.

Sementara peserta dari Kecamatan Buleleng, mengikuti lomba dari rumah Kasi Sosial dan Budaya Kecamatan Buleleng, Ni Ketut Suryantini.

Suryantini menyebut pihaknya memfasilitasi kegiatan di rumahnya, agar proses perlombaan memenuhi protokol kesehatan.

Lomba secara daring, diakui memberikan tantangan tersendiri. Salah seorang peserta sambrama wacana, Ketut Aris Setiawati mengaku tantangan lomba secara daring dan langsung, sangat berbeda.

Lomba secara langsung misalnya, tantangan terbesar ialah dari sisi audiens. Belum lagi rasa grogi dan gelisah yang muncul, saat menunggu nomor undian dipanggil.

“Kalau daring begini, ada juga tantangannya. Bagaimana mengatur mimik, intonasi, dan gesture biar bisa terlihat seutuhnya.

Karena kan juri tidak melihat secara langsung. Jadi bagaimana caranya biar di kamera itu bisa tampil sebaik mungkin, biar dapat nilai yang tinggi juga,” kata Aris.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma mengungkapkan, pada perencanaan awal, lomba tadinya akan dilaksanakan secara tatap muka.

Dengan tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Namun, karena terjadi fluktuasi kasus, maka pihaknya memutuskan melaksanakan lomba secara daring. Tanpa menghilangkan esensi lomba.

“Awalnya kami rencanakan lewat zoom meeting. Tapi karena pertimbangan masalah jaringan, kami batalkan. Akhirnya kami putuskan masing-masing peserta tetap berkegiatan di kecamatannya.

Nanti mereka saat melakukan sambrama wacana dan melukis wayang, direkam secara utuh. Kemudian diunggah di YouTube. Nanti link-nya akan kami kirim ke dewan juri untuk selanjutnya dilakukan penilaian,” kata Dody.

Lebih lanjut Dody mengatakan, karena lomba dilakukan secara daring maka akan ada tantangan yang berbeda bagi para peserta.

“Mereka dituntut tampil secara optimal di depan kamera. Tapi, sisi positifnya kan, rasa grogi mereka bisa dikurangi. Karena kalau secara langsung, pasti rasa groginya besar,” imbuhnya.

Rencananya hasil lomba itu akan diumumkan pada medio November mendatang. Sebab dewan juri membutuhkan waktu untuk menyaksikan video yang diunggah, satu persatu. (*)

 

Masa pandemi mengubah hampir seluruh kebiasaan masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan baru pun harus dilakukan.

Termasuk dengan kegiatan lomba-lomba. Lomba yang biasanya dilakukan secara tatap muka, kini dilakukan secara daring.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

SETIAP tahun, Museum Gedong Kirtya selalu menggelar lomba yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian terhadap bahasa, aksara, serta sastra Bali.

Biasanya lomba selalu digelar dengan cara tatap muka. Namun, tahun ini lomba dilakukan secara daring (dalam jaringan).

Jumlah materi yang dilombakan pun lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini hanya digelar lomba sambrama wacana dan melukis wayang kaca.

Sedangkan pada tahun sebelumnya, lebih dari 5 jenis mata lomba digelar. Masing-masing peserta yang mewakili kecamatan, melakukan proses perekaman video di tempat yang berbeda.

Untuk peserta dari Kecamatan Seririt, misalnya. Mereka mengikuti lomba dan melakukan perekaman dari aula kantor camat.

“Kami berupaya memfasilitasi tempat dan perangkat untuk merekam. Kemudian saat mengunggah juga menggunakan jaringan internet di kantor.

Supaya peserta tidak terbebani lagi dengan masalah teknis,” kata Camat Seririt Nyoman Agus Tri Kartikayuda.

Sementara peserta dari Kecamatan Buleleng, mengikuti lomba dari rumah Kasi Sosial dan Budaya Kecamatan Buleleng, Ni Ketut Suryantini.

Suryantini menyebut pihaknya memfasilitasi kegiatan di rumahnya, agar proses perlombaan memenuhi protokol kesehatan.

Lomba secara daring, diakui memberikan tantangan tersendiri. Salah seorang peserta sambrama wacana, Ketut Aris Setiawati mengaku tantangan lomba secara daring dan langsung, sangat berbeda.

Lomba secara langsung misalnya, tantangan terbesar ialah dari sisi audiens. Belum lagi rasa grogi dan gelisah yang muncul, saat menunggu nomor undian dipanggil.

“Kalau daring begini, ada juga tantangannya. Bagaimana mengatur mimik, intonasi, dan gesture biar bisa terlihat seutuhnya.

Karena kan juri tidak melihat secara langsung. Jadi bagaimana caranya biar di kamera itu bisa tampil sebaik mungkin, biar dapat nilai yang tinggi juga,” kata Aris.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma mengungkapkan, pada perencanaan awal, lomba tadinya akan dilaksanakan secara tatap muka.

Dengan tetap memperhatikan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Namun, karena terjadi fluktuasi kasus, maka pihaknya memutuskan melaksanakan lomba secara daring. Tanpa menghilangkan esensi lomba.

“Awalnya kami rencanakan lewat zoom meeting. Tapi karena pertimbangan masalah jaringan, kami batalkan. Akhirnya kami putuskan masing-masing peserta tetap berkegiatan di kecamatannya.

Nanti mereka saat melakukan sambrama wacana dan melukis wayang, direkam secara utuh. Kemudian diunggah di YouTube. Nanti link-nya akan kami kirim ke dewan juri untuk selanjutnya dilakukan penilaian,” kata Dody.

Lebih lanjut Dody mengatakan, karena lomba dilakukan secara daring maka akan ada tantangan yang berbeda bagi para peserta.

“Mereka dituntut tampil secara optimal di depan kamera. Tapi, sisi positifnya kan, rasa grogi mereka bisa dikurangi. Karena kalau secara langsung, pasti rasa groginya besar,” imbuhnya.

Rencananya hasil lomba itu akan diumumkan pada medio November mendatang. Sebab dewan juri membutuhkan waktu untuk menyaksikan video yang diunggah, satu persatu. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/