26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 5:19 AM WIB

Prajuru Adat Tak Dapat Insentif Covid-19, Krama Adat Sukarela Ngayah

Selain tenaga kesehatan, desa adat juga garda depan dalam penanganan Covid-19. Prajuru adat yang terdiri dari bendesa hingga

pecalang ngayah atau gotong royong secara sukarela. Tanpa insentif. Fakta itu dituturkan langsung bendesa adat Beng, Ida Bagus Putu Bawa.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

KEHEBOHAN terkait penanganan Covid-19 pertama kali di Kabupaten Gianyar berawal dari kelurahan Beng.

Meski saat itu pasien dinyatakan negatif Covid-19, namun se-Gianyar sempat heboh lantaran banyak petugas berpakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap berdatangan.

“Pertama kali heboh Covid-19 itu dari Beng awalnya, tanggal 20 Maret. Petugas pakai APD lengkap datang,” ujar Bendesa Adat Beng, Ida Bagus Putu Bawa yang juga Pelindung Satgas Covid-19 Kelurahan Beng kemarin.

Mengantisipasi Covid-19, desa adat bersama Kelurahan kemudian membentuk Satgas Covid pada 1 April. Satgas langsung mendapat heboh susulan.

“Ada orang telantar kabur ke Beng saat dia mau di-rapid tes di RSUD Sanjiwani. Kami Satgas di sini membuntuti dia melamun di balai banjar,” jelasnya.

Akhirnya, Satgas bersama Lurah Beng mengamankan orang telantar tersebut. “Orang itu sudah diserahkan lagi ke RSUD Sanjiwani. Dia dijemput ambulance,” ungkapnya.

Bendesa yang menjabat di Beng sejak 2,5 tahun lalu itu mengaku telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi Covid-19.

Mulai dari penyemprotan. Hingga kebijakan pedagang luar tidak boleh jualan di pasar tradisional Beng.

“Desa kami diapit sama Desa Abuan, Bangli. Jadi pedagang Bangli, Bitra, Selat kami larang jualan di sini. Yang jualan hanya dagang lokal saja,” ungkapnya.

Selain itu, masyarakat Beng yang berjumlah 1073 Kepala Keluarga (KK) telah diberikan pemahaman mengenai bahaya Covid. “Masyarakat kami rutin melakukan penyemprotan,” ungkapnya.

Kata bendesa, berbagai upaya dan kegiatan penanggulangan Covid tersebut dilakukan secara sukarela. “Semua Satgas di desa ini tak ada insentif,” ujarya.

Saat berjaga di wilayah Beng dan bertugas menyemprot, Satgas yang terdiri dari masyarakat Beng hanya diberikan makanan. “Dari Satgas cuma sediakan konsumsi kecil sampai saat ini. Itu kegiatan sukarela,” ujarnya.

Bendesa Ida Bagus Bawa menambahkan, imbauan dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) juga dengan ketulusan dijalankan.

“Imbauan PHDI dan MDA, kami laksanakan. Bahkan sebelum ada imbauan, kami sudah ikuti arahan pemerintah,” jelasnya.

Kerja sosial tanpa pamrih itu dilakukan karena pihaknya mengaku tunduk dengan aturan pemerintah. “Apapun imbauan pemerintah kami ikuti. Karena kami sadar ini negara hukum,” ungkapnya.

Yang terpenting dari tindakan sukarela warga ngayah, karena warga sadar dengan bahaya Covid yang masih mengintai. “Karena kapan berakhirnya belum tahu. Semoga wabah agung ini berakhir,” pintanya.

Selain semangat warganya dalam bekerja sukarela, juga banyak perusahaan di Beng memberikan donasi.

“Kami berterima-kasih sumbangan banyak. Ada yang nyumbang masker, obat disinfektan, sanitizer dan lainnya. Dari desa adat, kami minta ke donatur kalau mereka ada rezeki lebih,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Desa Adat Beng, Jro Mangku Nyoman Mega, juga mengucapkan terima kasih atas banyak pihak yang terlibat dalam penanganan Covid.

“Kami melibatkan STT (Sekaha Teruna Teruni) dan masyarakat,” ungkapnya. Ketulusan desa Beng dalam menangani Covid juga mendapat bantuan dari relawan Bali MX.

Terdiri dari atlet PON Bali, relawan Bali MX menyemprotkan wilayah Beng dari bahaya Covid-19. (*)

Selain tenaga kesehatan, desa adat juga garda depan dalam penanganan Covid-19. Prajuru adat yang terdiri dari bendesa hingga

pecalang ngayah atau gotong royong secara sukarela. Tanpa insentif. Fakta itu dituturkan langsung bendesa adat Beng, Ida Bagus Putu Bawa.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

KEHEBOHAN terkait penanganan Covid-19 pertama kali di Kabupaten Gianyar berawal dari kelurahan Beng.

Meski saat itu pasien dinyatakan negatif Covid-19, namun se-Gianyar sempat heboh lantaran banyak petugas berpakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap berdatangan.

“Pertama kali heboh Covid-19 itu dari Beng awalnya, tanggal 20 Maret. Petugas pakai APD lengkap datang,” ujar Bendesa Adat Beng, Ida Bagus Putu Bawa yang juga Pelindung Satgas Covid-19 Kelurahan Beng kemarin.

Mengantisipasi Covid-19, desa adat bersama Kelurahan kemudian membentuk Satgas Covid pada 1 April. Satgas langsung mendapat heboh susulan.

“Ada orang telantar kabur ke Beng saat dia mau di-rapid tes di RSUD Sanjiwani. Kami Satgas di sini membuntuti dia melamun di balai banjar,” jelasnya.

Akhirnya, Satgas bersama Lurah Beng mengamankan orang telantar tersebut. “Orang itu sudah diserahkan lagi ke RSUD Sanjiwani. Dia dijemput ambulance,” ungkapnya.

Bendesa yang menjabat di Beng sejak 2,5 tahun lalu itu mengaku telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi Covid-19.

Mulai dari penyemprotan. Hingga kebijakan pedagang luar tidak boleh jualan di pasar tradisional Beng.

“Desa kami diapit sama Desa Abuan, Bangli. Jadi pedagang Bangli, Bitra, Selat kami larang jualan di sini. Yang jualan hanya dagang lokal saja,” ungkapnya.

Selain itu, masyarakat Beng yang berjumlah 1073 Kepala Keluarga (KK) telah diberikan pemahaman mengenai bahaya Covid. “Masyarakat kami rutin melakukan penyemprotan,” ungkapnya.

Kata bendesa, berbagai upaya dan kegiatan penanggulangan Covid tersebut dilakukan secara sukarela. “Semua Satgas di desa ini tak ada insentif,” ujarya.

Saat berjaga di wilayah Beng dan bertugas menyemprot, Satgas yang terdiri dari masyarakat Beng hanya diberikan makanan. “Dari Satgas cuma sediakan konsumsi kecil sampai saat ini. Itu kegiatan sukarela,” ujarnya.

Bendesa Ida Bagus Bawa menambahkan, imbauan dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) juga dengan ketulusan dijalankan.

“Imbauan PHDI dan MDA, kami laksanakan. Bahkan sebelum ada imbauan, kami sudah ikuti arahan pemerintah,” jelasnya.

Kerja sosial tanpa pamrih itu dilakukan karena pihaknya mengaku tunduk dengan aturan pemerintah. “Apapun imbauan pemerintah kami ikuti. Karena kami sadar ini negara hukum,” ungkapnya.

Yang terpenting dari tindakan sukarela warga ngayah, karena warga sadar dengan bahaya Covid yang masih mengintai. “Karena kapan berakhirnya belum tahu. Semoga wabah agung ini berakhir,” pintanya.

Selain semangat warganya dalam bekerja sukarela, juga banyak perusahaan di Beng memberikan donasi.

“Kami berterima-kasih sumbangan banyak. Ada yang nyumbang masker, obat disinfektan, sanitizer dan lainnya. Dari desa adat, kami minta ke donatur kalau mereka ada rezeki lebih,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Desa Adat Beng, Jro Mangku Nyoman Mega, juga mengucapkan terima kasih atas banyak pihak yang terlibat dalam penanganan Covid.

“Kami melibatkan STT (Sekaha Teruna Teruni) dan masyarakat,” ungkapnya. Ketulusan desa Beng dalam menangani Covid juga mendapat bantuan dari relawan Bali MX.

Terdiri dari atlet PON Bali, relawan Bali MX menyemprotkan wilayah Beng dari bahaya Covid-19. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/