26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:54 AM WIB

CATAT! Cagub Koster Ogah Lanjutkan Proyek Jawa Bali Crossing

ALASANGKER – Wacana pembangunan menara transmisi listrik Jawa Bali Crossing (JBC) ikut menjadi komoditi politik.

Calon Gubernur Bali nomor urut satu, Wayan Koster, menyatakan enggan melanjutkan wacana pembangunan JBC.

Koster menilai pembangunan JBC justru mengakibatkan Bali semakin mengalami ketergantungan dan tak kunjung berhasil menghasilkan energi yang mandiri.

Hal itu diungkapkan Koster saat melangsungkan kampanye di Lapangan Gandameru, Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Rabu (28/3) pagi.

Dalam kampanye itu, Koster didampingi Calon Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Sejumlah anggota tim kampanye juga terlihat hadir dalam acara tersebut.

Saat melakukan orasi politik, Koster menyatakan menolak proyek pembangunan menara transmisi JBC.

Ia mengaku ingin membuat Bali lebih mandiri dalam hal energi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Koster mengklaim sudah memiliki rencana untuk mewujudkan kemandirian energi di Provinsi Bali.

“Kami ingin memprioritaskan pembangunan pembangkit tenaga listrik itu di wilayah Bali. Sehingga bisa memenuhi total kebutuhan

dari listrik yang ada di Bali ini. Baik untuk konsumen maupun pembangunan perekonomian,” kata Koster saat dikonfirmasi usai orasi.

Dari hitung-hitungannya, Bali membutuhkan energi listrik tak kurang dari 1.200 megawatt. Kebutuhan itu akan meningkat setiap tahun.

Peningkatan kebutuhan itu pun telah diantisipasi dengan penyusunan rencana induk pengembangan listrik yang memadai.

Pria yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu mengaku akan memprioritaskan rencana pembangunan pembangkit listrik di Bali.

Sehingga Bali tak lagi bergantung dengan suplai listrik dari daerah lain, terutama dari PLTU Paiton di Probolinggo.

Sehingga listrik bisa dikontrol secara penuh dan dikelola penuh di Bali. Koster mengklaim sudah merencanakan pembangunan pembangkit listrik dengan bahan bakar gas.

“Sekarang ini kan 400 megawatt disuplai dari Jawa. Ini kan bahaya. Suatu saat terjadi masalah di sana, Bali setengahnya jadi gelap. Kami ingin agar (listrik) bisa dipenuhi di Bali dan itu sangat memungkinkan,” tegasnya.

Jadi tidak perlu lagi membangun menara Jawa Bali Crossing? “Semakin tergantung kita nanti. Sekarang 400 megawatt, kita bangun lagi (Jawa Bali Crossing), nanti bisa 800 megawatt.

Berat kita urusannya. Nanti kalau ada yang nakal di sana, kita mau apa? Kita yang gelap di Bali,” tukasnya. 

ALASANGKER – Wacana pembangunan menara transmisi listrik Jawa Bali Crossing (JBC) ikut menjadi komoditi politik.

Calon Gubernur Bali nomor urut satu, Wayan Koster, menyatakan enggan melanjutkan wacana pembangunan JBC.

Koster menilai pembangunan JBC justru mengakibatkan Bali semakin mengalami ketergantungan dan tak kunjung berhasil menghasilkan energi yang mandiri.

Hal itu diungkapkan Koster saat melangsungkan kampanye di Lapangan Gandameru, Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Rabu (28/3) pagi.

Dalam kampanye itu, Koster didampingi Calon Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Sejumlah anggota tim kampanye juga terlihat hadir dalam acara tersebut.

Saat melakukan orasi politik, Koster menyatakan menolak proyek pembangunan menara transmisi JBC.

Ia mengaku ingin membuat Bali lebih mandiri dalam hal energi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Koster mengklaim sudah memiliki rencana untuk mewujudkan kemandirian energi di Provinsi Bali.

“Kami ingin memprioritaskan pembangunan pembangkit tenaga listrik itu di wilayah Bali. Sehingga bisa memenuhi total kebutuhan

dari listrik yang ada di Bali ini. Baik untuk konsumen maupun pembangunan perekonomian,” kata Koster saat dikonfirmasi usai orasi.

Dari hitung-hitungannya, Bali membutuhkan energi listrik tak kurang dari 1.200 megawatt. Kebutuhan itu akan meningkat setiap tahun.

Peningkatan kebutuhan itu pun telah diantisipasi dengan penyusunan rencana induk pengembangan listrik yang memadai.

Pria yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu mengaku akan memprioritaskan rencana pembangunan pembangkit listrik di Bali.

Sehingga Bali tak lagi bergantung dengan suplai listrik dari daerah lain, terutama dari PLTU Paiton di Probolinggo.

Sehingga listrik bisa dikontrol secara penuh dan dikelola penuh di Bali. Koster mengklaim sudah merencanakan pembangunan pembangkit listrik dengan bahan bakar gas.

“Sekarang ini kan 400 megawatt disuplai dari Jawa. Ini kan bahaya. Suatu saat terjadi masalah di sana, Bali setengahnya jadi gelap. Kami ingin agar (listrik) bisa dipenuhi di Bali dan itu sangat memungkinkan,” tegasnya.

Jadi tidak perlu lagi membangun menara Jawa Bali Crossing? “Semakin tergantung kita nanti. Sekarang 400 megawatt, kita bangun lagi (Jawa Bali Crossing), nanti bisa 800 megawatt.

Berat kita urusannya. Nanti kalau ada yang nakal di sana, kita mau apa? Kita yang gelap di Bali,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/