Ada berkah di setiap musibah. Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama lima bulan ini justru menjadi berkah bagi pedagang bibit tanaman buah di Desa Sudaji, Sawan, Buleleng.
Peluang bisnis penjualan bibit tanaman buah inilah yang ramai-ramai kini geluti oleh masyarakat Desa Sudaji yang memiliki lahan pertanian.
JULIADI, Sawan
PULUHAN are lahan pertanian di Desa Sudaji, Sawan, Buleleng yang dulu ditanami padi kini disulap sebagai lokasi pengembangan bibit tanaman buah.
Mulai dari bibit mangga, rambutan, manggis, alpukat, rambutan, jeruk, durian, sawo, kelengkeng dan bibit buah lainnya.
Nyoman Sudana salah satu warga di Dusun Rarangan, Desa Sudaji Sawan yang berbisnis bibit tanaman buah mengaku selain bibit sayuran yang banyak diburu warga.
Bibit tanaman buah-buahan pun kini menjadi incaran banyak masyarakat. Bahkan permintaan akan bibit tanaman buah pun meningkat pesat.
Pembeli bukan hanya berasal dari warga Bali. Melainkan pemesanan datang dari daerah Jawa.
“Dari berbagai jenis tanaman buah yang saya jual, paling banyak diminati yakni bibit buah rambutan manggis, rambutan, sawo, jeruk dan durian,” ucap Sudana.
Menurutnya, meningkatnya permintaan bibit tanaman buah akibat himbauan pemerintah yang melarang warga untuk tidak keluar rumah.
Sehingga banyak warga memilih aktivitas berkebun dan bercocok tanaman pada lahan pertanian dan lahan pekarangan rumah mereka.
Disamping itu juga bertani sebagai salah cara untuk bertahan hidup ditengah kondisi ekonomi yang lesu.
Ada juga yang mengatakan mengobati kejenuhan dan kebosanan mereka ketika lebih banyak berdiam diri rumah.
“Rata-rata setiap bulan 3 ribu sampai 5 ribu bibit buah dari permintaaan lokal dan pengiriman ke daerah Jawa Timur.
Dengan permintaan beragam jenis bibit tanaman buah. Sedangkan harga tergantung dari kecil dan besar tanaman mulai berkisar dari harga Rp 8-25 ribu,” ungkapnya.
Sementara itu, Perbekel Sudaji I Made Ngurah Fajar Kurniawan mengatakan, sebagian besar warga yang menggeluti usaha bibit tanaman buah bersifat perorangan. Bukan kelompok.
Ada beberapa hal yang membuat warga mengalihkan fungsi lahan pertanian mereka yang dulunya ditanami padi berpindah ke pengolahan bibit tanaman buah.
Yakni faktor irigasi sulit ketersedian air, pupuk, hama dan mudah cara pengembangan bibit tanaman buah.
“Namun, yang paling membuat tertarik warga adalah permintaan pasar yang terus meningkat dan omzet. Kemudian lahan pertanian disini juga cocok dengan pembibitan,” terangnya.
Banyak warga yang melirik peluang usaha penjualan bibit tanaman buah. Ini juga sebagai upaya tidak mengalihkan fungsi lahan pertanian ke perumahan.
Sejauh ini ada sekitar 10 orang lebih warganya yang sudah menggeluti usaha pertanian dengan menjual bibit tanaman buah dengan luas pengembangan bibit tanaman buah mencapai ratusan hektar.
Pihaknya di desa juga berupaya melakukan pembinaan. Warga memperbanyak dan mengembangkan bibit tanaman buah dengan sistem masih sangat sederhana.
“Salah satunya kami tekankan kepada warga untuk pembibitan tanaman buah harus menggunakan pupuk organik. Ini rutin kami berikan pembinaan di Desa.
Dengan alasan pupuk organik sebagai solusi memperkuat bibit tanaman, kendati proses pertumbuhan tanaman agak sedikit lama,” pungkasnya. (*)