33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 14:18 PM WIB

Berawal dari Film, Penyandang Disabilitas Itu Kini Akhiri Masa Lajang

Berawal dari film berjudul “Jangan Jadikan Aku Beban” yang pembuatannya digagas Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta,

penyandang disabilitas asal Dusun Kelemahan, Desa Suana, Nusa Penida, Ni Ketut Raka, 35, bertemu belahan jiwanya, warga negara Jerman, bernama Michael Bommel.

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura

Hampir setahun saling mengenal dan menjalin kisah asmara jarak jauh, keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah, Selasa (27/8) lalu.

Pernikahan yang digelar secara sederhana namun penuh haru tersebut digelar di kediaman Ketut Raka secara adat Hindu Bali.

Perbekel Suana I Putu Rai Sudarta membenarkan jika Raka dan Bommel telah menikah, Selasa (27/8) lalu.

Upacara pernikahan yang berlangsung sederhana namun penuh haru itu dilangsungkan di kediaman Raka, Desa Suana, Nusa Penida. Banyak warga yang menghadiri pernikahan keduanya.

“Upacara pernikahan ini diawali dengan upacara Suddhi Wadani terhadap Bommel setelah memutuskan untuk menganut agama Hindu,” terangnya.

Meski begitu, dia mengungkapkan sempat timbul masalah dalam proses perkawinan itu. Bommel yang merupakan WNA asal Jerman itu menikahi Raka tanpa didampingi keluarganya satu pun.

Sehingga pada saat itu, tidak ada wali pernikahan dari pihak Bommel. Akhirnya persoalan tersebut terselesaikan setelah salah seorang warga yang juga teman baik Bommel, berkenan untuk menjadi wali.

“Jadi warga setempat yang menjadi wali Bommel,” terangnya. Dia mengaku sangat bahagia melihat warganya yang memiliki

keterbatasan lantaran tidak memiliki tangan dan kaki itu akhirnya menemukan belahan jiwa dan melangsungkan pernikahan.

Namun di sisi lain, dia mengaku sangat khawatir dengan kondisi Raka. Dia belum yakin dengan ketulusan Bommel yang mengaku sangat mencintai Raka.

Sehingga dia berharap Raka dan Bommel bisa lebih sering tinggal di Nusa Penida. “Karena kami khawatir.

Jangan sampai keterbatasan Raka ini dimanfaatkan. Selama ini Bommel tidak sering bertemu Raka. Mereka juga terkendala bahasa,” ujarnya.

Hal senada juga diungkap Kabid Rehabilitasi dan Perlindungan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Kabupaten Klungkung, Wellem Supriyono Ayal yang menghadiri pernikahan Raka dan Bommel mewakili Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.

Dalam upacara pernikahan yang dilakukan secara adat Hindu Bali itu, Raka dan Bommel tampak sangat bahagia.

“Saya benar-benar terharu. Mereka membuktikan bahwa cinta tidak sebatas fisik namun sebuah ketulusan,” ujarnya.

Upacara pernikahan Raka dan Bommel berjalan sederhana dan lancar. Meski begitu, sempat ada persolan timbul dalam proses pernikahan penuh haru itu.

Bommel yang merupakan WNA asal Jerman pasalnya menikahi Raka tanpa didampingi satu pun keluarganya. Sehingga pada saat itu, tidak ada wali pernikahan dari pihak Bommel.

Begitu juga dengan pihak konsulat tidak tampak hadir. Padahal, untuk pernikahan beda negara, seharusnya ada pihak konsulat yang mendampingi.

 “Akhirnya persoalan tersebut terselesaikan setelah salah seorang warga berkenan untuk menjadi wali dari Bommel ini,” terangnya.

Setelah hal tersebut teratasi, perkawinan keduanya pun berlangsung penuhi hikmat. “Perbekel sempat bertanya, apakah Michael tulus memilih menikah dengan warganya (Raka)

yang dalam kondisi keterbatasan fisik. Lalu Michael berucap jika Ketut Raka merupakan wanita sempurna di matanya. Setelah mendengar itu, suasana menjadi haru,” katanya.

Lebih lanjut Wellem mengaku sempat berbincang-bincang dengan Raka dan Bommel mengenai rencana hidupnya setelah menikah.

Bommel mengatakan jika dirinya bekerja sebagai pembuat gigi palsu di negaranya sehingga tidak memungkinkan untuk Bommel menetap di Nusa Penida untuk sementara waktu ini.

Sementara Raka, juga tidak bisa ke Jerman untuk mengikuti suaminya mengingat dia harus merawat ayahnya yang sudah tua.

Oleh karena itu, Bommel berencana untuk bolak-balik Nusa Penida-Jerman beberapa kali sebulan. “Bommel rencananya membawa Raka ke Jerman untuk diperkenalkan kepada keluarganya,” terangnya.

Lebih lanjut Wellem berharap Bommel dan Raka bisa melengkapi persyaratan agar perkawinan keduanya tidak hanya legal secara adat dan agama, namun juga negara.

“Sehingga administrasi kependudukannya tidak ada masalah ke depannya,” tandasnya. Untuk diketahui kisah cinta keduanya

berawal ketika Bommel menonton film yang mengangkat kisah Raka dan diperankan juga oleh Raka dengan judul “Jangan Jadikan Aku Beban”.

Dalam film yang digagas oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta itu, Bommel kagum dengan semangat hidup Raka yang meski tidak

memiliki tangan dan kaki namun tetap beraktivitas layaknya orang normal dan berusaha memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari.

Adapun setelah mendapatkan akun Facebook Raka dan berteman di media sosial itu, keduanya melakukan komunikasi sekitar enam bulan lamanya.

Meski mengalami keterbatasan bahasa, rasa kagum tersebut akhirnya berubah menjadi cinta. Baru di bulan Februari 2019, Bommel mengunjungi Raka di Nusa Penida dan tinggal di kediaman Raka selama beberapa hari. (*)

 

Berawal dari film berjudul “Jangan Jadikan Aku Beban” yang pembuatannya digagas Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta,

penyandang disabilitas asal Dusun Kelemahan, Desa Suana, Nusa Penida, Ni Ketut Raka, 35, bertemu belahan jiwanya, warga negara Jerman, bernama Michael Bommel.

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura

Hampir setahun saling mengenal dan menjalin kisah asmara jarak jauh, keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah, Selasa (27/8) lalu.

Pernikahan yang digelar secara sederhana namun penuh haru tersebut digelar di kediaman Ketut Raka secara adat Hindu Bali.

Perbekel Suana I Putu Rai Sudarta membenarkan jika Raka dan Bommel telah menikah, Selasa (27/8) lalu.

Upacara pernikahan yang berlangsung sederhana namun penuh haru itu dilangsungkan di kediaman Raka, Desa Suana, Nusa Penida. Banyak warga yang menghadiri pernikahan keduanya.

“Upacara pernikahan ini diawali dengan upacara Suddhi Wadani terhadap Bommel setelah memutuskan untuk menganut agama Hindu,” terangnya.

Meski begitu, dia mengungkapkan sempat timbul masalah dalam proses perkawinan itu. Bommel yang merupakan WNA asal Jerman itu menikahi Raka tanpa didampingi keluarganya satu pun.

Sehingga pada saat itu, tidak ada wali pernikahan dari pihak Bommel. Akhirnya persoalan tersebut terselesaikan setelah salah seorang warga yang juga teman baik Bommel, berkenan untuk menjadi wali.

“Jadi warga setempat yang menjadi wali Bommel,” terangnya. Dia mengaku sangat bahagia melihat warganya yang memiliki

keterbatasan lantaran tidak memiliki tangan dan kaki itu akhirnya menemukan belahan jiwa dan melangsungkan pernikahan.

Namun di sisi lain, dia mengaku sangat khawatir dengan kondisi Raka. Dia belum yakin dengan ketulusan Bommel yang mengaku sangat mencintai Raka.

Sehingga dia berharap Raka dan Bommel bisa lebih sering tinggal di Nusa Penida. “Karena kami khawatir.

Jangan sampai keterbatasan Raka ini dimanfaatkan. Selama ini Bommel tidak sering bertemu Raka. Mereka juga terkendala bahasa,” ujarnya.

Hal senada juga diungkap Kabid Rehabilitasi dan Perlindungan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Kabupaten Klungkung, Wellem Supriyono Ayal yang menghadiri pernikahan Raka dan Bommel mewakili Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.

Dalam upacara pernikahan yang dilakukan secara adat Hindu Bali itu, Raka dan Bommel tampak sangat bahagia.

“Saya benar-benar terharu. Mereka membuktikan bahwa cinta tidak sebatas fisik namun sebuah ketulusan,” ujarnya.

Upacara pernikahan Raka dan Bommel berjalan sederhana dan lancar. Meski begitu, sempat ada persolan timbul dalam proses pernikahan penuh haru itu.

Bommel yang merupakan WNA asal Jerman pasalnya menikahi Raka tanpa didampingi satu pun keluarganya. Sehingga pada saat itu, tidak ada wali pernikahan dari pihak Bommel.

Begitu juga dengan pihak konsulat tidak tampak hadir. Padahal, untuk pernikahan beda negara, seharusnya ada pihak konsulat yang mendampingi.

 “Akhirnya persoalan tersebut terselesaikan setelah salah seorang warga berkenan untuk menjadi wali dari Bommel ini,” terangnya.

Setelah hal tersebut teratasi, perkawinan keduanya pun berlangsung penuhi hikmat. “Perbekel sempat bertanya, apakah Michael tulus memilih menikah dengan warganya (Raka)

yang dalam kondisi keterbatasan fisik. Lalu Michael berucap jika Ketut Raka merupakan wanita sempurna di matanya. Setelah mendengar itu, suasana menjadi haru,” katanya.

Lebih lanjut Wellem mengaku sempat berbincang-bincang dengan Raka dan Bommel mengenai rencana hidupnya setelah menikah.

Bommel mengatakan jika dirinya bekerja sebagai pembuat gigi palsu di negaranya sehingga tidak memungkinkan untuk Bommel menetap di Nusa Penida untuk sementara waktu ini.

Sementara Raka, juga tidak bisa ke Jerman untuk mengikuti suaminya mengingat dia harus merawat ayahnya yang sudah tua.

Oleh karena itu, Bommel berencana untuk bolak-balik Nusa Penida-Jerman beberapa kali sebulan. “Bommel rencananya membawa Raka ke Jerman untuk diperkenalkan kepada keluarganya,” terangnya.

Lebih lanjut Wellem berharap Bommel dan Raka bisa melengkapi persyaratan agar perkawinan keduanya tidak hanya legal secara adat dan agama, namun juga negara.

“Sehingga administrasi kependudukannya tidak ada masalah ke depannya,” tandasnya. Untuk diketahui kisah cinta keduanya

berawal ketika Bommel menonton film yang mengangkat kisah Raka dan diperankan juga oleh Raka dengan judul “Jangan Jadikan Aku Beban”.

Dalam film yang digagas oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta itu, Bommel kagum dengan semangat hidup Raka yang meski tidak

memiliki tangan dan kaki namun tetap beraktivitas layaknya orang normal dan berusaha memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari.

Adapun setelah mendapatkan akun Facebook Raka dan berteman di media sosial itu, keduanya melakukan komunikasi sekitar enam bulan lamanya.

Meski mengalami keterbatasan bahasa, rasa kagum tersebut akhirnya berubah menjadi cinta. Baru di bulan Februari 2019, Bommel mengunjungi Raka di Nusa Penida dan tinggal di kediaman Raka selama beberapa hari. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/