34 C
Jakarta
29 Oktober 2024, 13:49 PM WIB

Terapkan Sistem Vokasi, Bangun Karakter untuk Regenerasi Anak Nelayan

Direktur Politeknik KP Jembrana IGP Gede Rumayasa Yudana, S.Pi.,M.P menjelaskan proses seleksi taruna hingga kelulusannya. Seperti apa?

 

MENURUT Gede Rumayasa, pendidikan di kampusnya menerapkan sistem vokasi; 70 persen praktik, dan 30 persen teori.

Usai pelantikan 91 taruna, panen udang vaname di tambak atau teaching factory (tefa). Tefa sebagai tempat pembelajaran unit usaha budidaya.

Sedangkan, yang 30 persen didapat di kelas. Karena belajar di asrama, ditambahkan pendidikan karakter melalui bela negara. Lamanya, 10 hari. Materinya; fisik, kesehatan, disiplin, kebersihan, nasionalisme.

Perlunya nasionalisme karena taruna berasal dari beberapa daerah. Politeknik KP Jembrana juga menerima taruna dari Jawa, Kalimantan, NTB, dan NTT.

Karena karakter berbeda-beda, begitu diterima, di-nol-kan melalui bela negara. Setelah nol, masuk masa pengenalan akademik kampus (MPAK).

Dikenalkan pendidikan, kurikulum, dan sebagainya, hingga lulus D-3. Memasuki semester I, terbiasa membumikan kehidupan  kampus.

Biasa bangun pagi, sholat Subuh jamaah, atau berdoa bagi non-muslim. Disusul kegiatan pagi, klasikal di kelas, laboratorium, teaching factory.

Apel malam pukul 21.00, cek kondisi terakhir. Pukul 22.00 masuk barak. Pola ini tanamkan ritme kegiatan 24 jam.

Kemudian praktik kerja lapangan (PKL) I, pengenalan kehidupan masyarakat kelautan dan perikanan. Ditempatkan di wilayah pelaku utama; nelayan, pengelola, dan pembudidaya ikan.

Atraksi usai pelantikan, tunjukkan fisik bagus. Lantas panen udang. Di factory teaching itulah, unit usaha produksi mahasiswa.

Hari-hari Prodi Budidaya Ikan ya di tefa tersebut. Prodi PTK dan PHL pun sama. Tefa itu, tempat budidaya udang skala mini empang plastik (busmetik).

Karena budidaya berhasil, perlu disampaikan masyarakat. ’’Teknologi yang kami punya, harus didesiminasi ke masyarakat,’’ tegasnya.

Setelah lulus,  jadi wirausaha muda, kerja, pegawai negeri sipil (PNS), atau lanjutkan ke perguruan tinggi. Syaratnya, minimal dua tahun mengabdi di sektor kelautan dan perikanan.

Kenapa dua tahun? Karena program KKP, calon mahasiswa dari anak pelaku utama perikanan (pumakan); nelayan, pembudidaya ikan, petani garam, dan pengolah ikan, yang umumnya kurang mampu.

’’Tujuannya, regenerasi anak nelayan. Sehingga, menjadi pelaku utama yang terdidik. Bersikap ilmiah, tak tangkap ikan pakai bom,’’ jelas direktur berkumis tebal ini.  (rba/djo)

Direktur Politeknik KP Jembrana IGP Gede Rumayasa Yudana, S.Pi.,M.P menjelaskan proses seleksi taruna hingga kelulusannya. Seperti apa?

 

MENURUT Gede Rumayasa, pendidikan di kampusnya menerapkan sistem vokasi; 70 persen praktik, dan 30 persen teori.

Usai pelantikan 91 taruna, panen udang vaname di tambak atau teaching factory (tefa). Tefa sebagai tempat pembelajaran unit usaha budidaya.

Sedangkan, yang 30 persen didapat di kelas. Karena belajar di asrama, ditambahkan pendidikan karakter melalui bela negara. Lamanya, 10 hari. Materinya; fisik, kesehatan, disiplin, kebersihan, nasionalisme.

Perlunya nasionalisme karena taruna berasal dari beberapa daerah. Politeknik KP Jembrana juga menerima taruna dari Jawa, Kalimantan, NTB, dan NTT.

Karena karakter berbeda-beda, begitu diterima, di-nol-kan melalui bela negara. Setelah nol, masuk masa pengenalan akademik kampus (MPAK).

Dikenalkan pendidikan, kurikulum, dan sebagainya, hingga lulus D-3. Memasuki semester I, terbiasa membumikan kehidupan  kampus.

Biasa bangun pagi, sholat Subuh jamaah, atau berdoa bagi non-muslim. Disusul kegiatan pagi, klasikal di kelas, laboratorium, teaching factory.

Apel malam pukul 21.00, cek kondisi terakhir. Pukul 22.00 masuk barak. Pola ini tanamkan ritme kegiatan 24 jam.

Kemudian praktik kerja lapangan (PKL) I, pengenalan kehidupan masyarakat kelautan dan perikanan. Ditempatkan di wilayah pelaku utama; nelayan, pengelola, dan pembudidaya ikan.

Atraksi usai pelantikan, tunjukkan fisik bagus. Lantas panen udang. Di factory teaching itulah, unit usaha produksi mahasiswa.

Hari-hari Prodi Budidaya Ikan ya di tefa tersebut. Prodi PTK dan PHL pun sama. Tefa itu, tempat budidaya udang skala mini empang plastik (busmetik).

Karena budidaya berhasil, perlu disampaikan masyarakat. ’’Teknologi yang kami punya, harus didesiminasi ke masyarakat,’’ tegasnya.

Setelah lulus,  jadi wirausaha muda, kerja, pegawai negeri sipil (PNS), atau lanjutkan ke perguruan tinggi. Syaratnya, minimal dua tahun mengabdi di sektor kelautan dan perikanan.

Kenapa dua tahun? Karena program KKP, calon mahasiswa dari anak pelaku utama perikanan (pumakan); nelayan, pembudidaya ikan, petani garam, dan pengolah ikan, yang umumnya kurang mampu.

’’Tujuannya, regenerasi anak nelayan. Sehingga, menjadi pelaku utama yang terdidik. Bersikap ilmiah, tak tangkap ikan pakai bom,’’ jelas direktur berkumis tebal ini.  (rba/djo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/