Pengertian Sinusitis
Sinusitis merupakan suatu istilah peradangan pada dinding sinus yang merupakan rongga kecil berisi udara dan terletak pada struktur tulang wajah.
Sinus itu sendiri merupakan rongga kosong yang terletak di tulang pipi (maxillary), bagian bawah dahi (frontal), bagian belakang rongga hidung (sphenoid), serta di antara hidung dan mata (ethmoid).
Sinusitis dikelompokan menjadi dua menurut waktunya, yaitu sinusitis akut dan sinusitis kronik. Sinusitis akut bila keluhan terjadi kurang dari 12 minggu dan sinusitis kronis bila keluhan terjadi 12 minggu atau lebih.
Data Kemenkes RI tahun 2013 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Penelitian dari sub bagian Rinologi Departemen THT-KL, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis kronik.
Angka tersebut lebih besar dibandingkan data di negara-negara lain. Sinusitis lebih sering ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun dengan presentase 27,5%
dan pada kelompok umur 51-60 tahun dengan presentase 7,5%. Selain pada orang dewasa, sinusitis juga dapat menyerang anak-anak.
Penyebab Terjadinya Sinusitis
Cairan mukus dilepaskan oleh sel kulit yang disebut epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba
serta mengandungi zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Cairan mukus secara alami menuju ke pintu masuk sinus (ostium) untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.
Infeksi saluran nafas atas yang terus menerus seperti pilek, rinitis, alergi, kelainan bentuk hidung, bolong pada gigi yang tidak tertangani disuatu kondisi dapat menyebabkan sumbatan
pada lapisan pintu masuk rongga sinus, sehingga mukus yang umumnya dialirkan menjadi terhambat dan menjadi banyak, sehingga dapat menjadi media untuk tumbuhnya bakteri.
Faktor penyebab lain ialah lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering, yang dapat mengakibatkan perubahan pada lapisan kulit penghubung hidung dan sinus.
Gejala Sinusitis
Gejala yang dapat dirasakan dapat berupa hidung tersumbat, hidung mengeluarkan ingus yang berbau atau sampai bercampur darah, merasa terdapat lendir yang mengalir ditenggorokan,
nyeri kepala, nyeri pada wajah terutama saat menunduk, hilangnya daya penciuman. Gejala sistemik dapat berupa demam dan rasa lesu.
Jika terdapat keluhan bengkak dimata, penglihatan ganda, penurunan penglihatan, nyeri dan bengkak didahi yang berat disertai nyeri kepala yang berat, harus diwaspadai kecurigaan komplikasi ke daerah mata dan otak.
Pemeriksaan pada Sinusitis
Dokter spesialis THT akan melakukan pemeriksaan Rinoskopi anterior, hidung akan diperiksa mengunakan spekulum hidung dengan cahaya lampu kepala yang adekuat.
Kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan sinusitas adalah pembengkakan pada lapisan hidung, kemerahan pada rongga hidung, terdapat ingus, kelainan bentuk tulang hidung, tumor atau polip.
Rinoskopi posterior yang diperiksa melalui mulut dengan menggunakan cermin kecil bila diperlukan untuk melihat kelainan di sisi lebih dalam rongga hidung.
Pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi, merupakan pemeriksaan tambahan yang umum dilakukan, meliputi X-foto posisi Water, CT-scan, MRI dan USG.
CT-scan merupakan modalitas pilihan dalam menilai proses kelainan dan anatomi sinus, serta untuk evaluasi sinusitis lanjut bila pengobatan medikamentosa tidak memberikan respons.
Penanganan pada Sinusitis
Penanganan non pembedahan dapat berupa cuci hidung dengan larutan garam fisiologis (Nacl 0,9%), steroid semprot hidung, dekongestan, anti nyeri dan pengencer lendiir, serta antibiotik apabila ada indikasi infeksi bakteri.
Tentunya pengobatan tersebut hendaknya atas anjuran dari dokter spesialis THT. Bila pengobatan medikamentosa tidak memberikan respon akan dilakukan terapi bedah.
Terdapat beberapa macam terapi bedah yang dilakukan, ada berbagai macam variasi tindakan bedah dimulai dengan tindakan sederhana dengan peralatan yang sederhana sampai operasi menggunakan peralatan canggih endoskopi.
Modifilasi gaya hidup seperti berolahraga, menghindari benda iritan yang menimbulkan aergi seperti debu dan asap serta nutrisi yang cukup juga membantu proses penyembuhan penderita. (*)
Oleh: dr. Lovina Damayanthi