Warning: Undefined variable $reporternya in /var/www/devwpradar/wp-content/themes/Newspaper/functions.php on line 229
26.1 C
Jakarta
22 Juli 2024, 6:04 AM WIB

Tugas Pemimpin Berantas Benalu dan Penyakit Organisasi


KREASI BOKASHI
Oleh Pak Oles
Direktur Utama Pak Oles Group

Dalam setiap organisasi pasti ada pemimpinnya. Tanpa pemimpin, kelompok akan menjadi liar, tanpa tujuan, dan kacau. Bahkan dalam kelompok monyet, gajah, serigala, atau semut ada pemimpinnya. Pemimpin bertugas mengatur organisasi atau kelompok orang. Tugas pemimpin adalah mengatur, mengarahkan anggotanya agar sinkron, sinergis, bersatu mencapai tujuan.

Keberhasilan pemimpin dilihat dari kemampuannya mengantarkan organisasinya mencapai tujuan. Kegagalan organisasi, kelompok atau keluarga adalah kegagalan pemimpin. Pemimpin adalah panutan, di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan dari belakang mendorong anggota organisasi.

Pemimpin tidak boleh terlalu jauh di depan, terus di belakang, atau terus di tengah organisasi, dia harus bisa menempatkan dirinya sendiri, untuk menjalankan organisasi agar lebih cepat, efisien mencapai tujuan.

Seringkali kita menjumpai pemimpin yang malas membangun organisasinya, yang nyaman dengan posisinya yang selalu di atas, atau pemimpin yang merasa jumawa (sombong) dengan posisinya, seolah-olah dia akan selalu di atas, lupa akan tugasnya. Sampai akhirnya seluruh tugas kepemimpinannya dilupakan, dia lupa memberi contoh yang baik, dia lupa membangkitkan semangat, dia lupa mendorong dari belakang.

Pemimpin yang lupa itu bisa juga disebut pemimpin mabuk, mabuk kekuasaan, mabuk uang, mabuk kepintaran, mabuk keturunan, mabuk masa muda, mabuk kecantikan/kegantengan, dan mabuk alkohol/narkoba. Sampai pada titik kulminasi kemabukannya, pemimpin tersebut mengalami titik buta, buta akan posisinya, buta akan kondisi, dan buta akan dirinya, dia merasa orang yang paling hebat, tidak terkalahkan.

Sampai pada titik ini, pemimpin yang mabuk tersebut sudah sukses, sukses menjatuhkan organisasi, kelompok dan keluarganya. Dia sukses jatuh ke titik nadir, titik yang paling rendah di dalam hidup dan karirnya, dia diberhentikan, dipecat, dikucilkan, tidak dianggap, bahkan diganjar hukuman atas kemabukannya.

Pemimpin-pemimpin kecil atau menengah di dalam kelompok pemimpin organisasi, bisa saja mereka beregu saling membekingi, agar kemabukannya tidak terlihat nyata oleh pemimpin yang di atasnya. Kadang-kadang mereka harus manggut-manggut berpura-pura sadar atau mengerti akan tugasnya memimpin, tapi sebenarnya mereka masih lupa, karena kemabukannya. Dia akan segera melakukan kesalahan lama, walau sudah berkali-kali diperingati agar jangan melakukan, harus malu dan segera sadar akan tugasnya memimpin. Karena orang mabuk tidak mudah disadarkan, kecuali dengan kejutan yang lebih besar untuk menyadarkannya.

Kejutan-kejutan kecil tidak akan mempan untuk membuatnya sadar.
Untuk pemimpin yang sudah mati rasa jenis ini, maka kejutan besar untuk menyadarkannya harus segera dilakukan, dengan memberhentikannya dengan tidak hormat. Walaupun berbagai perlawanan masih dilakukan oleh gerombolan pemimpin yang jumawa ini, tapi apalah artinya dia, jika dia sudah kehilangan jabatan, dengan tangan diborgol, ditahan di balik jeruji besi. Pada saat itulah dia baru sadar akan dirinya, bahwa dia bukanlah siapa-siapa dan bukan apa-apa. Inilah yang disebut dengan kejutan besar, yang bisa menyadarkan pemimpin mabuk agar tidak mabuk lagi.

Pemimpin itu harus tegas, tanpa ketegasan, pemimpin akan selalu dibuat ragu dan diombang-ambing oleh gerombolan pemimpin-pemimpin kecil yang sering menindas rakyat/ anggotanya di balik layar. Pemimpin ibarat matahari (surya), yang sinarnya bisa memberikan energi kehidupan, dan juga bisa membakar mereka yang tidak mengikuti aturan.
Ujian seorang pemimpin adalah ketegasannya dalam memberantas benalu dan penyakit yang menggerogoti tubuh organisasi. Benalu dan penyakit akan terus menyebar dan bergerombol untuk mengisap dan menyengsarakan organisasi.

Seperti pohon kayu yang kuat akan menjadi lemah dan sakit, jika benalu dan penyakitnya tidak diberantas. Gerombolan benalu dan penyakit itu bukan pemimpin asli. Dia adalah pemimpin mabuk yang berkedok bijaksana dan pura-pura menghidupkan organisasi, kenyataannya dia adalah pemimpin palsu yang menyengsarakan. Tugas pemimpin sebagai matahari adalah tegas memberantas benalu dan penyakit dalam organisasi, agar organisasi bisa hidup, tumbuh dan berkembang, berguna bagi masyarakat luas. (*/ken)


KREASI BOKASHI
Oleh Pak Oles
Direktur Utama Pak Oles Group

Dalam setiap organisasi pasti ada pemimpinnya. Tanpa pemimpin, kelompok akan menjadi liar, tanpa tujuan, dan kacau. Bahkan dalam kelompok monyet, gajah, serigala, atau semut ada pemimpinnya. Pemimpin bertugas mengatur organisasi atau kelompok orang. Tugas pemimpin adalah mengatur, mengarahkan anggotanya agar sinkron, sinergis, bersatu mencapai tujuan.

Keberhasilan pemimpin dilihat dari kemampuannya mengantarkan organisasinya mencapai tujuan. Kegagalan organisasi, kelompok atau keluarga adalah kegagalan pemimpin. Pemimpin adalah panutan, di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, dan dari belakang mendorong anggota organisasi.

Pemimpin tidak boleh terlalu jauh di depan, terus di belakang, atau terus di tengah organisasi, dia harus bisa menempatkan dirinya sendiri, untuk menjalankan organisasi agar lebih cepat, efisien mencapai tujuan.

Seringkali kita menjumpai pemimpin yang malas membangun organisasinya, yang nyaman dengan posisinya yang selalu di atas, atau pemimpin yang merasa jumawa (sombong) dengan posisinya, seolah-olah dia akan selalu di atas, lupa akan tugasnya. Sampai akhirnya seluruh tugas kepemimpinannya dilupakan, dia lupa memberi contoh yang baik, dia lupa membangkitkan semangat, dia lupa mendorong dari belakang.

Pemimpin yang lupa itu bisa juga disebut pemimpin mabuk, mabuk kekuasaan, mabuk uang, mabuk kepintaran, mabuk keturunan, mabuk masa muda, mabuk kecantikan/kegantengan, dan mabuk alkohol/narkoba. Sampai pada titik kulminasi kemabukannya, pemimpin tersebut mengalami titik buta, buta akan posisinya, buta akan kondisi, dan buta akan dirinya, dia merasa orang yang paling hebat, tidak terkalahkan.

Sampai pada titik ini, pemimpin yang mabuk tersebut sudah sukses, sukses menjatuhkan organisasi, kelompok dan keluarganya. Dia sukses jatuh ke titik nadir, titik yang paling rendah di dalam hidup dan karirnya, dia diberhentikan, dipecat, dikucilkan, tidak dianggap, bahkan diganjar hukuman atas kemabukannya.

Pemimpin-pemimpin kecil atau menengah di dalam kelompok pemimpin organisasi, bisa saja mereka beregu saling membekingi, agar kemabukannya tidak terlihat nyata oleh pemimpin yang di atasnya. Kadang-kadang mereka harus manggut-manggut berpura-pura sadar atau mengerti akan tugasnya memimpin, tapi sebenarnya mereka masih lupa, karena kemabukannya. Dia akan segera melakukan kesalahan lama, walau sudah berkali-kali diperingati agar jangan melakukan, harus malu dan segera sadar akan tugasnya memimpin. Karena orang mabuk tidak mudah disadarkan, kecuali dengan kejutan yang lebih besar untuk menyadarkannya.

Kejutan-kejutan kecil tidak akan mempan untuk membuatnya sadar.
Untuk pemimpin yang sudah mati rasa jenis ini, maka kejutan besar untuk menyadarkannya harus segera dilakukan, dengan memberhentikannya dengan tidak hormat. Walaupun berbagai perlawanan masih dilakukan oleh gerombolan pemimpin yang jumawa ini, tapi apalah artinya dia, jika dia sudah kehilangan jabatan, dengan tangan diborgol, ditahan di balik jeruji besi. Pada saat itulah dia baru sadar akan dirinya, bahwa dia bukanlah siapa-siapa dan bukan apa-apa. Inilah yang disebut dengan kejutan besar, yang bisa menyadarkan pemimpin mabuk agar tidak mabuk lagi.

Pemimpin itu harus tegas, tanpa ketegasan, pemimpin akan selalu dibuat ragu dan diombang-ambing oleh gerombolan pemimpin-pemimpin kecil yang sering menindas rakyat/ anggotanya di balik layar. Pemimpin ibarat matahari (surya), yang sinarnya bisa memberikan energi kehidupan, dan juga bisa membakar mereka yang tidak mengikuti aturan.
Ujian seorang pemimpin adalah ketegasannya dalam memberantas benalu dan penyakit yang menggerogoti tubuh organisasi. Benalu dan penyakit akan terus menyebar dan bergerombol untuk mengisap dan menyengsarakan organisasi.

Seperti pohon kayu yang kuat akan menjadi lemah dan sakit, jika benalu dan penyakitnya tidak diberantas. Gerombolan benalu dan penyakit itu bukan pemimpin asli. Dia adalah pemimpin mabuk yang berkedok bijaksana dan pura-pura menghidupkan organisasi, kenyataannya dia adalah pemimpin palsu yang menyengsarakan. Tugas pemimpin sebagai matahari adalah tegas memberantas benalu dan penyakit dalam organisasi, agar organisasi bisa hidup, tumbuh dan berkembang, berguna bagi masyarakat luas. (*/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/