32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:26 PM WIB

Jangan Panik saat Mimisan

MIMISAN atau epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari rongga hidung. Perdarahan dapat berasal dari hidung. 

Pada lokasi asalnya epistaksis dibagi menjadi anterior dan posterior. epistaksis anterior (mimisan pada rongga hidung depan), tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua,

terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut yang timbul akibat dari kerusakan dari pembuluh darah pleksus Kiesselbach.

Sedangkan epistaksis posterior timbul dari kerusakan arteri rongga hidung bagian belakang yang lebih dalam .

Mimisan atau epistaksis diperkirakan terjadi pada 60 persen warga dunia selama hidupnya. Prevalensi epistaksis meningkat pada anak-anak usia dibawah 10 tahun dan meningkat kembali di usia 35 tahun ke atas.

Umumnya, laki-laki yang sedikit terkena dibanding wanita sampai usia 50 tahun, tapi setelah 50 tahun tidak ada perbedaan yang signifikan seperti data yang telah dilaporkan.

Walaupun kebanyakan kasus yang terjadi ringan dan bersifat sembuh sendiri, ada beberapa kasus yang berat dan mengakibatkan perburukan hingga kematian.

Penting sekali mencari asal perdarahan dan menghentikannya, disamping perlu juga menemukan dan mengobati penyebab yang mendasarinya.

Epistaksis biasanya dibagi menjadi epistaksis anterior dan posterior, tergantung pada lokasi asalnya.

Penyebab Mimisan

Penyebab mimisan atau sangat bervariasi berdasarkan usia dan lokasi anatomi. Epistaksis traumatis lebih sering terjadi pada orang muda (dibawah usia 35 tahun)

dan paling sering disebabkan oleh trauma seperti kebiasaan mengorek hidung yang terlalu keras, cedera wajah, atau benda asing di rongga hidung.

Mimisan atau epistaksis non-traumatik umumnya pada pasien yang lebih tua (di atas usia 50 tahun) dan mungkin karena kegagalan organ, kondisi keganasan, peradangan, atau faktor lingkungan (suhu, kelembaban, ketinggian).

Epistaksis yang terjadi pada anak-anak kurang dari 10 tahun biasanya ringan dan berasal dari hidung anterior, sedangkan epistaksis yang terjadi pada individu lebih tua dari 50 tahun lebih mungkin untuk menjadi parah dan berasal dari posterior.

Epistaksis menimbulkan risiko yang lebih besar pada orang tua dan mengalami perburukan klinis jika kehilangan darah yang signifikan.

 

Penanganan Mimisan

Penanganan dapat dilakukan dirumah untuk pertolongan pertama yaitu penderita didudukan tegak dan condong kedepan

pencet pangkal hidung terus-menerus setidaknya 5 menit atau sampai 20 menit, bernafaslah menggunakan mulut selama tindakan ini dilakukan.

Hal ini untuk mencegah sumbatan jalan nafas akibat darah yang mengalir ketenggorokan. Walaupun sudah dilakukan penanganan awal

di rumah sebaiknya segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui sumber dari perdarahan tersebut.

Penatalaksanaan lebih lanjut yang dapat dilakukan dirumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat adalah dengan menyumbat sesuai dengan lokasi perdarahan dapat berupa

tampon anterior atau tampon posterior, kauter dengan bahan kimia atau elektrik, embolisasi, dan ligasi pembuluh darah.

Penatalaksanaan dilakukan dengan memerhatikan gejala dan penyebabnya. (*)

 

Oleh: dr. Lovina Damayanthi

 

MIMISAN atau epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari rongga hidung. Perdarahan dapat berasal dari hidung. 

Pada lokasi asalnya epistaksis dibagi menjadi anterior dan posterior. epistaksis anterior (mimisan pada rongga hidung depan), tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua,

terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut yang timbul akibat dari kerusakan dari pembuluh darah pleksus Kiesselbach.

Sedangkan epistaksis posterior timbul dari kerusakan arteri rongga hidung bagian belakang yang lebih dalam .

Mimisan atau epistaksis diperkirakan terjadi pada 60 persen warga dunia selama hidupnya. Prevalensi epistaksis meningkat pada anak-anak usia dibawah 10 tahun dan meningkat kembali di usia 35 tahun ke atas.

Umumnya, laki-laki yang sedikit terkena dibanding wanita sampai usia 50 tahun, tapi setelah 50 tahun tidak ada perbedaan yang signifikan seperti data yang telah dilaporkan.

Walaupun kebanyakan kasus yang terjadi ringan dan bersifat sembuh sendiri, ada beberapa kasus yang berat dan mengakibatkan perburukan hingga kematian.

Penting sekali mencari asal perdarahan dan menghentikannya, disamping perlu juga menemukan dan mengobati penyebab yang mendasarinya.

Epistaksis biasanya dibagi menjadi epistaksis anterior dan posterior, tergantung pada lokasi asalnya.

Penyebab Mimisan

Penyebab mimisan atau sangat bervariasi berdasarkan usia dan lokasi anatomi. Epistaksis traumatis lebih sering terjadi pada orang muda (dibawah usia 35 tahun)

dan paling sering disebabkan oleh trauma seperti kebiasaan mengorek hidung yang terlalu keras, cedera wajah, atau benda asing di rongga hidung.

Mimisan atau epistaksis non-traumatik umumnya pada pasien yang lebih tua (di atas usia 50 tahun) dan mungkin karena kegagalan organ, kondisi keganasan, peradangan, atau faktor lingkungan (suhu, kelembaban, ketinggian).

Epistaksis yang terjadi pada anak-anak kurang dari 10 tahun biasanya ringan dan berasal dari hidung anterior, sedangkan epistaksis yang terjadi pada individu lebih tua dari 50 tahun lebih mungkin untuk menjadi parah dan berasal dari posterior.

Epistaksis menimbulkan risiko yang lebih besar pada orang tua dan mengalami perburukan klinis jika kehilangan darah yang signifikan.

 

Penanganan Mimisan

Penanganan dapat dilakukan dirumah untuk pertolongan pertama yaitu penderita didudukan tegak dan condong kedepan

pencet pangkal hidung terus-menerus setidaknya 5 menit atau sampai 20 menit, bernafaslah menggunakan mulut selama tindakan ini dilakukan.

Hal ini untuk mencegah sumbatan jalan nafas akibat darah yang mengalir ketenggorokan. Walaupun sudah dilakukan penanganan awal

di rumah sebaiknya segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui sumber dari perdarahan tersebut.

Penatalaksanaan lebih lanjut yang dapat dilakukan dirumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat adalah dengan menyumbat sesuai dengan lokasi perdarahan dapat berupa

tampon anterior atau tampon posterior, kauter dengan bahan kimia atau elektrik, embolisasi, dan ligasi pembuluh darah.

Penatalaksanaan dilakukan dengan memerhatikan gejala dan penyebabnya. (*)

 

Oleh: dr. Lovina Damayanthi

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/