27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:54 AM WIB

Jaga Kebugaran Lansia dengan Senam Aerobik

DALAM hidup manusia berbagai hal banyak terjadi seperti proses pertumbuhan mulai dari fase anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia.

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap perkembangan fase akhir dalam kehidupan seseorang dan proses lanjut usia merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang.

Menurut badan kesehatan dunia (WHO), seseorang dikatakan lanjut usia ketika berada pada usia kisaran 65 tahun ke atas.

Dalam kehidupam lansia pasti mengharapkan kehidupan yang sehat untuk menikmati masa tuanya.

Namun pada kenyataannya banyak lansia yang mengalami depresi, stres hingga penyakitan. Lansia juga disebut sebagai usia yang sudah tidak produktif (Kurnianto, 2015).

Karena pada lansia secara fisik mengalami kemunduran fungsi dalam tubuh dan menyebabkan lansia mengalami gangguan kesehatan.

Lansia bukan merupakan penyakit melainkan proses perkembangngan yang berada ditahap akhir kehidupan.

Perkembangan tahap akhir mengartikan bahwa tubuh tidak dapat berfungsi secara maksimal seperti awal perkembangan, dengan demikian akan mempengaruhi kerja organ dalam seseorang.

Selain itu kerja otak akan mengalami penurunan, seiring tidak dilatihnya otak berpikir. Seperti menurunya daya ingat menyebabkan masalah pada lansia (Nyimas, 2010).

Hal yang juga sering terjadi pada lansia yaitu naiknya tekanan darah, radang sendi, stroke dan diabetes.

Masalah yang terjadi pada lansia tersebut dikarenakan kurangnya aktivitas fisik maupun olahraga ringan yang dilakukan oleh lansia.

Olahraga merupakan kegiatan yang berhubungan dengan peristiwa mengolah tubuh ataupun mengolah jasmani (Giriwijoyo dalam Setiawan, 2017).

Saat lansia kurang olahraga ataupun tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup  maka akan menyebabkan sistim kerja organ tubuh menjadi berat sehingga mengganggu kesehatan.

Dapat dilihat dengan adanya masalah dalam kesehatan lansia, perlu adanya kegiatan fisik maupun olahraga yang dilakukan secara teratur.

Jika lansia dapat melakukan kegitan fisisk maupun olahraga secara teratur dan benar, maka akan menurunkan resiko osteoporosis, menjadikan tulang lebih kuat,

mempertahankan fungsi fisik dan membantu menjaga kesehatan tubuh, dengan demikian akan berdampak pada kemandirian lansia dalam kehidupam sehari-hari.

Untuk menjaga kesehatan pada lansia diperlukan olahraga yang tepat yaitu berupa senam aerobik.

Senam aerobik merupakan salah satu bentuk senam kompleks, gerakan yang dilakukan memerlukan koordinasi yang cukup dari bagaian-bagaian tubuh, baik dari kepala samapai kaki serta diiringi dengan musik.

Aerobik merupakan latihan yang memiliki tujuan meningkatkan kemampuan paru-paru, jantung, dan peredaran darah, dengan oksigen sebagai pembangkit utama energi pada sel tubuh (Joni dalam Darsi, 2018).

Maka lansia dapat melakukan latihan aerobik sesuai dengan yang di butuhkan oleh tubuh dengan durasi yang sesuai pula.

Selain itu juga senam aerobik mampu meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung.

Latihan senam aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran.

Tercapainya kondisi tersebut melalui aktivitas aerobik mampu mempertahankan fungsi organ – organ tubuh terutama pada jantung.

Namun, tidak semua senam aerobik dapat dilakukan oleh lansia karena keterbatasan gerak.

Maka dengan itu lansia dianjurkan untuk malakukan senam aerobik dengan intensitas rendah (low impact) yang irama dalam senam ini agak lambat dan bertahap dari ketukan yang lambat sampai ketukan yang sedang.

Gerakannya menggunakan langkah yang pendek, seperti gerakan kaki menggeser ke samping, melangkah ke depan, menyilang dan jalan di tempat.

Latihan ini sangat cocok untuk peningkatan daya tahan karena intensitasnya rendah sampai sedang sehingga dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang.

Maka dengan ringannya gerakan yang dilakukan, menurut Engel yang dikutip Kimura & Hozumi (2012), aerobik  low impact direkomendasikan

sebagai latihan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan, terutama pada individu dengan kebugaran rendah atau pada populasi lanjut usia.

Dalam parktiknya senam aerobik juga perlu menyesuaikan setiap individu lansianya, karena setiap individu mengalami keluhan penyakit yang berbeda.

Untuk mempermudah dan membuat senam aerobik menjadi efektif sebaiknya harus memenuhi konsep FITT (Frequensi, Intensity, Time, Type).

Konsep FIIT tersebut akan memepermudah latihan aerobik bagi lansia yang dilakukan dengan frekuensi latihan minimal sebanyak 3 kali setiap minggu dengan olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Untuk intensitas pada lansia tetap harus memperhatikan faktor keterlatihan, apabila termasuk pemula dapat dimulai dari  intensitas yang paling ringan dan selanjutnya naik bertahap sesuai dengan adaptasi dari para lansia.

Untuk waktu yang diperlukan bagi lansia kurang lebih 20-60 menit setiap sesinya. Gerakan pada senam aerobik

setidaknya mencakup gerakan pemanasan yaitu memiliki tujuan meningkatkan elastisitas otot-otot dan ligamen disekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera,

meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu gerakan inti.

Pada gerakan inti setidaknya berlangsung selama 20 menit yang terdiri dari serangkaian gerakan sistematis dan runtut.

Setelah melakukan gerakan inti perlu adanya gerakan pendinginan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis seperti keadaan semula atau keadaan tubuh harus sama seperti sebelum latihan.

Keadaan tersebut dapat terbantu dengan melakukan gerakan-gerakan yang mampu menurunkan frekuensi denyut nadi untuk mendekati denyut nadi normal atau seperti awal latihan.

Gerakannya dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah, gerakan inilah yang dimaksud pendinginan.(*)

 

 

Erica Medhina

Mahasiwa Universitas Negeri Malang

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan 

DALAM hidup manusia berbagai hal banyak terjadi seperti proses pertumbuhan mulai dari fase anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia.

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap perkembangan fase akhir dalam kehidupan seseorang dan proses lanjut usia merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang.

Menurut badan kesehatan dunia (WHO), seseorang dikatakan lanjut usia ketika berada pada usia kisaran 65 tahun ke atas.

Dalam kehidupam lansia pasti mengharapkan kehidupan yang sehat untuk menikmati masa tuanya.

Namun pada kenyataannya banyak lansia yang mengalami depresi, stres hingga penyakitan. Lansia juga disebut sebagai usia yang sudah tidak produktif (Kurnianto, 2015).

Karena pada lansia secara fisik mengalami kemunduran fungsi dalam tubuh dan menyebabkan lansia mengalami gangguan kesehatan.

Lansia bukan merupakan penyakit melainkan proses perkembangngan yang berada ditahap akhir kehidupan.

Perkembangan tahap akhir mengartikan bahwa tubuh tidak dapat berfungsi secara maksimal seperti awal perkembangan, dengan demikian akan mempengaruhi kerja organ dalam seseorang.

Selain itu kerja otak akan mengalami penurunan, seiring tidak dilatihnya otak berpikir. Seperti menurunya daya ingat menyebabkan masalah pada lansia (Nyimas, 2010).

Hal yang juga sering terjadi pada lansia yaitu naiknya tekanan darah, radang sendi, stroke dan diabetes.

Masalah yang terjadi pada lansia tersebut dikarenakan kurangnya aktivitas fisik maupun olahraga ringan yang dilakukan oleh lansia.

Olahraga merupakan kegiatan yang berhubungan dengan peristiwa mengolah tubuh ataupun mengolah jasmani (Giriwijoyo dalam Setiawan, 2017).

Saat lansia kurang olahraga ataupun tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup  maka akan menyebabkan sistim kerja organ tubuh menjadi berat sehingga mengganggu kesehatan.

Dapat dilihat dengan adanya masalah dalam kesehatan lansia, perlu adanya kegiatan fisik maupun olahraga yang dilakukan secara teratur.

Jika lansia dapat melakukan kegitan fisisk maupun olahraga secara teratur dan benar, maka akan menurunkan resiko osteoporosis, menjadikan tulang lebih kuat,

mempertahankan fungsi fisik dan membantu menjaga kesehatan tubuh, dengan demikian akan berdampak pada kemandirian lansia dalam kehidupam sehari-hari.

Untuk menjaga kesehatan pada lansia diperlukan olahraga yang tepat yaitu berupa senam aerobik.

Senam aerobik merupakan salah satu bentuk senam kompleks, gerakan yang dilakukan memerlukan koordinasi yang cukup dari bagaian-bagaian tubuh, baik dari kepala samapai kaki serta diiringi dengan musik.

Aerobik merupakan latihan yang memiliki tujuan meningkatkan kemampuan paru-paru, jantung, dan peredaran darah, dengan oksigen sebagai pembangkit utama energi pada sel tubuh (Joni dalam Darsi, 2018).

Maka lansia dapat melakukan latihan aerobik sesuai dengan yang di butuhkan oleh tubuh dengan durasi yang sesuai pula.

Selain itu juga senam aerobik mampu meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung.

Latihan senam aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran.

Tercapainya kondisi tersebut melalui aktivitas aerobik mampu mempertahankan fungsi organ – organ tubuh terutama pada jantung.

Namun, tidak semua senam aerobik dapat dilakukan oleh lansia karena keterbatasan gerak.

Maka dengan itu lansia dianjurkan untuk malakukan senam aerobik dengan intensitas rendah (low impact) yang irama dalam senam ini agak lambat dan bertahap dari ketukan yang lambat sampai ketukan yang sedang.

Gerakannya menggunakan langkah yang pendek, seperti gerakan kaki menggeser ke samping, melangkah ke depan, menyilang dan jalan di tempat.

Latihan ini sangat cocok untuk peningkatan daya tahan karena intensitasnya rendah sampai sedang sehingga dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang.

Maka dengan ringannya gerakan yang dilakukan, menurut Engel yang dikutip Kimura & Hozumi (2012), aerobik  low impact direkomendasikan

sebagai latihan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan, terutama pada individu dengan kebugaran rendah atau pada populasi lanjut usia.

Dalam parktiknya senam aerobik juga perlu menyesuaikan setiap individu lansianya, karena setiap individu mengalami keluhan penyakit yang berbeda.

Untuk mempermudah dan membuat senam aerobik menjadi efektif sebaiknya harus memenuhi konsep FITT (Frequensi, Intensity, Time, Type).

Konsep FIIT tersebut akan memepermudah latihan aerobik bagi lansia yang dilakukan dengan frekuensi latihan minimal sebanyak 3 kali setiap minggu dengan olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Untuk intensitas pada lansia tetap harus memperhatikan faktor keterlatihan, apabila termasuk pemula dapat dimulai dari  intensitas yang paling ringan dan selanjutnya naik bertahap sesuai dengan adaptasi dari para lansia.

Untuk waktu yang diperlukan bagi lansia kurang lebih 20-60 menit setiap sesinya. Gerakan pada senam aerobik

setidaknya mencakup gerakan pemanasan yaitu memiliki tujuan meningkatkan elastisitas otot-otot dan ligamen disekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera,

meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama yaitu gerakan inti.

Pada gerakan inti setidaknya berlangsung selama 20 menit yang terdiri dari serangkaian gerakan sistematis dan runtut.

Setelah melakukan gerakan inti perlu adanya gerakan pendinginan tujuan untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis seperti keadaan semula atau keadaan tubuh harus sama seperti sebelum latihan.

Keadaan tersebut dapat terbantu dengan melakukan gerakan-gerakan yang mampu menurunkan frekuensi denyut nadi untuk mendekati denyut nadi normal atau seperti awal latihan.

Gerakannya dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah, gerakan inilah yang dimaksud pendinginan.(*)

 

 

Erica Medhina

Mahasiwa Universitas Negeri Malang

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/