26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:34 AM WIB

Cegah Terorisme, Garda Pemuda NasDem Gelar Lomba Nyurat Aksara Bali

DENPASAR, Radar Bali – Terorisme menjadi perhatian serius Garda Pemuda Nasional Demokrat (NasDem) Kota Denpasar. Berusaha memperkuat pondasi kebangsaan generasi muda Bali, organisasi kepemudaan yang bernauang di bawah Nasional Demokrat ini  menggelar lomba nyurat aksara Bali bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Minggu (2/5). Menariknya, lomba nyurat aksara Bali ini juga diikuti oleh sejumlah peserta non Hindu.

 

Ketua Garda Pemuda Nasdem Bali I Kadek Sujanayasa nyurat aksara Bali menjadi momentum tepat untuk membentuk karakter dan budi pekerti generasi muda sejak dini, khususnya dalam mengenal adat budaya dan wawasan kebangsaan. “Pembentukan karakter yang merupakan nutrisi pendidikan formal dinilai memiliki peran startegis untuk mencegah munculnya teroris. Terutama yang dipicu medsos (media sosial, red). Gerakan separatis yang terpola ini harus diwaspadai,” ucapnya.

 

Ketua DPD NasDem Denpasar I Dewa Nyoman Budiasa menegaskan Pancasila dan pendidikan karakter penting sebagai bekal generasi muda mengisi kemerdekaan. “Kita butuh anak-anak dengan mental pemenang untuk mengisi kemerdekaan. Tujuan kegiatan ini adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara imbuhnya harus menjadi dorongan moral memperkuat jati diri bangsa. Melalui lomba nyurat aksara Bali, Dewa Budi berharap fanatisme generasi muda terhadap kearifan lokal terpelihara.

 

Sementara itu, Ketua Garda Pemuda NasDem Denpasar, Nyoman Ngurah Artha Pertama mengapresiasi keikutsertaan sejumlah peserta non Hindu dalam lomba nyurat aksara Bali itu. “Intinya mereka menyadari tinggal di Bali harus menonjolkan wajib bahasa Bali. Agar tidak luntur kami berikan panggung untuk mengingatkan kembali warisan budaya Bahasa Bali lewat nyurat Bahasa Bali ini,” tandas putra Gede Damendra, SH, Hakim Kasus Bom Bali 1 itu.   

 

Ngurah Artha Pertama menilai medsos membawa dampak negatif yang luar biasa deras bagi generasi muda. Tak jarang medsos juga menjadi sarana penyebaran aliran sesat termasuk terorisme. “Kita tidak boleh kehilangan kebhinekaan kita. Lomba aksara Bali ini digelar untuk menjaga kearifan lokal Bali dan merawat kebhinekaan Indonesia. Buktinya peserta non Hindu pun ikut berpartisipasi,” paparnya. (ken)

DENPASAR, Radar Bali – Terorisme menjadi perhatian serius Garda Pemuda Nasional Demokrat (NasDem) Kota Denpasar. Berusaha memperkuat pondasi kebangsaan generasi muda Bali, organisasi kepemudaan yang bernauang di bawah Nasional Demokrat ini  menggelar lomba nyurat aksara Bali bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Minggu (2/5). Menariknya, lomba nyurat aksara Bali ini juga diikuti oleh sejumlah peserta non Hindu.

 

Ketua Garda Pemuda Nasdem Bali I Kadek Sujanayasa nyurat aksara Bali menjadi momentum tepat untuk membentuk karakter dan budi pekerti generasi muda sejak dini, khususnya dalam mengenal adat budaya dan wawasan kebangsaan. “Pembentukan karakter yang merupakan nutrisi pendidikan formal dinilai memiliki peran startegis untuk mencegah munculnya teroris. Terutama yang dipicu medsos (media sosial, red). Gerakan separatis yang terpola ini harus diwaspadai,” ucapnya.

 

Ketua DPD NasDem Denpasar I Dewa Nyoman Budiasa menegaskan Pancasila dan pendidikan karakter penting sebagai bekal generasi muda mengisi kemerdekaan. “Kita butuh anak-anak dengan mental pemenang untuk mengisi kemerdekaan. Tujuan kegiatan ini adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara imbuhnya harus menjadi dorongan moral memperkuat jati diri bangsa. Melalui lomba nyurat aksara Bali, Dewa Budi berharap fanatisme generasi muda terhadap kearifan lokal terpelihara.

 

Sementara itu, Ketua Garda Pemuda NasDem Denpasar, Nyoman Ngurah Artha Pertama mengapresiasi keikutsertaan sejumlah peserta non Hindu dalam lomba nyurat aksara Bali itu. “Intinya mereka menyadari tinggal di Bali harus menonjolkan wajib bahasa Bali. Agar tidak luntur kami berikan panggung untuk mengingatkan kembali warisan budaya Bahasa Bali lewat nyurat Bahasa Bali ini,” tandas putra Gede Damendra, SH, Hakim Kasus Bom Bali 1 itu.   

 

Ngurah Artha Pertama menilai medsos membawa dampak negatif yang luar biasa deras bagi generasi muda. Tak jarang medsos juga menjadi sarana penyebaran aliran sesat termasuk terorisme. “Kita tidak boleh kehilangan kebhinekaan kita. Lomba aksara Bali ini digelar untuk menjaga kearifan lokal Bali dan merawat kebhinekaan Indonesia. Buktinya peserta non Hindu pun ikut berpartisipasi,” paparnya. (ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/