NUSA DUA – Mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketum PSSI membuat suporter dan sebagian pihak ingin agar Kongres Luar Biasa (KLB) agar segera dilaksanakan.
Masalahnya, tak mudah menggelar KLB di Kongres PSSI 2019 di Hotel Sofitel, Nusa Dua. Pasalnya, tidak ada permintaan untuk melaksanakan KLB dari pihak voters ataupun anggota Exco PSSI.
Asprov PSSI Bali juga tidak setuju jika KLB dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Ketum Asprov PSSI Bali Ketut Suardana kepada Jawa Pos Radar Bali menyatakan langsung dukungannya
agar Joko Diyono menjadi Plt Ketum PSSI Bali hingga kongres berikutnya pada tahun 2020 atau sampai masa jabatan pengurus PSSI berakhir.
Bagi Suardana, tongkat Ketum PSSI yang diberikan Edy kepada Jokdri dinilai sangat tepat sasaran. “Dia (Joko Driyono) memiliki integritas luar biasa untuk PSSI dan selama ini dibutuhkan.
Kami melihat beliau juga ingin menata organisasi PSSI ini agar lebih sehat lagi. Saya rasa tidak perlu KLB sampai masa bakti selesai,” terang pria asal Ubud, Gianyar tersebut.
Lanjut Suardana, KLB juga tidak perlu dilaksanakan sesegera mungkin karena dia ingin PSSI bisa kembali “sehat” terlebih dahulu setelah masa bakti kepemimpinan periode 2016 – 2020 berakhir.
“Setelah itu baru siapapun silahkan memimpin PSSI. Saya kira Pak Joko memiliki integritas yang tinggi. Tidak perlu ada KLB. Menghambur-hamburkan uang saja,” tegasnya.
Terkait mundurnya Edy, Ketut Suardana mengatakan bahwa pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Suamtera Utara tersebut memiliki jiwa yang besar, apalagi dengan banyaknya desakan mundur dalam beberapa waktu terakhir.
“Saya sangat mengapresiasi jiwa besar Pak Edy sebagai Ketum PSSI. Beliau sudah membuat pilihan tepat untuk mundur. Selama ini dia juga tidak 100 persen di PSSI.
Memang mundurnya Pak Edy ini adalah dari tekanan suporter yang besar dan adanya berbagai masalah. Mulai dari keterlibatan Exco hingga Anggota Komdis dalam mafia sepakbola,” terangnya.
“Kepemimpinannya di PSSI tidak berjalan dengan maksimal sehingga berakumulasi. Beliau merasa tidak mampu jadi wajar saja,” bebernya.
Lantas apa dampak yang diperoleh untuk persepakbolaan Bali setelah Kongres PSSI 2019 kali ini? Untuk Bali sendiri, Ketut Suardana masih akan melihat kedepannya seperti apa.
Karena PSSI harus bisa berbenah dulu dari dalam baru bisa membuat keputusan ke daerah-daerah lain.
“Untuk saat ini kami masih melihat. Kami masih memantau dulu Asprov dan Askab daerah lain apakah berjalan baik atau bagaimana kedepannya,” tuturnya.