28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:08 AM WIB

Pilih Tinggal di Bali, Bantu 1000 Orang Terdampak Melalui Project Nasi

Disaat kompetisi sedang hiatus selama lebih dari tiga bulan karena pagebluk Covid-19, Bali menjadi destinasi yang nyaman bagi pesepak bola asing.

Bek Persiraja berpaspor Inggris, Adam Mitter dan gelandang Persija Jakarta Marc Anthony Klok menjadi beberapa pemain asing yang memilih untuk tinggal di Bali selama pagebluk.

 

ALIT BINAWAN, Legian

JIKA Adam Mitter hanya memilih untuk berlibur di Bali selama pagebluk, berbeda dengan Marc Klok. Gelandang asal Negeri Kincir Angin tersebut memiliki cukup banyak kegiatan yang dilakukan di Pulau Dewata.

Beberapa hari lalu, Jawa Pos Radar Bali sempat menemuinya usai small game dengan beberapa pemain Bali United sepetti Leonard Tupamahu, Samuel Reimas, Kadek Agung Widnyana Putra,

Kadek Dimas Satria, Komang Tri Arta, hingga eks Serdadu Tridatu yang memilih hijrah ke PSS Sleman musim ini, Irfan Haarys Bachdim.

Mereka semua berlatih di Lapangan Gelora Tri Sakti, Legian. Dia senang bisa lama berada di Bali. Kebetulan, mantan pemain PSM Makassar itu sudah lama mempunyai rumah dikawasan Canggu.

“Selama saya berkarier di Indonesia, saya belum pernah menikmati waktu di rumah cukup lama. Waktu saya banyak dihabiskan untuk berlatih dan saat jeda atau libur kompetisi, saya pulang ke Belanda,” ucap Klok.

Bukan waktu liburan dan berlatih di Bali yang menjadi kegiatan menarik yang dilakukan oleh Klok. Di Bali, Klok memilih untuk melakukan kegiatan sosial dengan salah satu yayasan nonprofit bernama Project Nasi.

Kegiatan Klok hampir mirip dengan yang dilakukan bek kanan Serdadu Tridatu Gavin Kwan Adsit.

Yang membedakannya adalah dia bisa dikatakan menjadi pemain asing yang di Liga 1 yang melakukan aksi sosial yang menyentuh langsung masyarakat.

Beberapa waktu lalu, Klok memberikan bantuan sembako kepada masyarakat yang ada di Kampung Bugis di kawasan Pulau Serangan, Denpasar.

Bagi Klok, mungkin saja Bali adalah rumah keduanya. Selain sudah memiliki rumah di Bali, dalam beberapa tahun terakhir dia sangat ingin melakukan naturalisasi dan membela Timnas Indonesia.

“Charity ini bertujuan untuk membantu sesame karena saya tahu situasi dan kondisi sekarang cukup sulit bagi banyak orang. Banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan, padahal mereka juga ingin bertahan hidup,” ujarnya.

“Untuk bertahan hidup, pasti ada biaya yang dibutuhkan dan pekerjaan. Masalahnya, mereka sekarang sulit untuk mendapat pekerjaan dan otomatis pemasukan juga tidak ada,” tambahnya.

Klok sering menyalurkan bantuan langsung. Terkadang, Project Nasi yang dibentuk oleh enam rekannya tersebut menyalurkan bantuan melalui Banjar-Banjar.

Bukan hanya sembako, tetapi mereka membantu kebutuhan pokok lainnya seperti pembayaran tagihan listrik hingga pakaian. Sayur mayor, sabun, hingga masker nonmedis juga disumbangkan.

Biasanya penyaluran bantuan kepada keluarga terdampak dilakukan tiga atau empat hari sekali. Beberapa waktu lalu, Project Nasi juga menyalurkan kurang lebih 100 ribu nasi bungkus untuk diberikan kepada masyarakat.

Menurut Klok, sudah lebih dari seribu orang yang menerima manfaat yang diberikan oleh Project Nasi. “Seribu orang hanya di Bali saja dan tidak di daerah lain,” jelasnya.

Lanjut Klok, dana yang sudah terkumpul cukup besar. Hingga saat ini, dana yang dikumpulkan Project Nasi, hampir menyentuh angka USD 100 ribu.

“Dana yang terkumpul berasal dari seluruh dunia dan mengenai kegiatan yang kami lakukan, selalu kami laporkan dengan transparan,” tutup Klok. (*)

Disaat kompetisi sedang hiatus selama lebih dari tiga bulan karena pagebluk Covid-19, Bali menjadi destinasi yang nyaman bagi pesepak bola asing.

Bek Persiraja berpaspor Inggris, Adam Mitter dan gelandang Persija Jakarta Marc Anthony Klok menjadi beberapa pemain asing yang memilih untuk tinggal di Bali selama pagebluk.

 

ALIT BINAWAN, Legian

JIKA Adam Mitter hanya memilih untuk berlibur di Bali selama pagebluk, berbeda dengan Marc Klok. Gelandang asal Negeri Kincir Angin tersebut memiliki cukup banyak kegiatan yang dilakukan di Pulau Dewata.

Beberapa hari lalu, Jawa Pos Radar Bali sempat menemuinya usai small game dengan beberapa pemain Bali United sepetti Leonard Tupamahu, Samuel Reimas, Kadek Agung Widnyana Putra,

Kadek Dimas Satria, Komang Tri Arta, hingga eks Serdadu Tridatu yang memilih hijrah ke PSS Sleman musim ini, Irfan Haarys Bachdim.

Mereka semua berlatih di Lapangan Gelora Tri Sakti, Legian. Dia senang bisa lama berada di Bali. Kebetulan, mantan pemain PSM Makassar itu sudah lama mempunyai rumah dikawasan Canggu.

“Selama saya berkarier di Indonesia, saya belum pernah menikmati waktu di rumah cukup lama. Waktu saya banyak dihabiskan untuk berlatih dan saat jeda atau libur kompetisi, saya pulang ke Belanda,” ucap Klok.

Bukan waktu liburan dan berlatih di Bali yang menjadi kegiatan menarik yang dilakukan oleh Klok. Di Bali, Klok memilih untuk melakukan kegiatan sosial dengan salah satu yayasan nonprofit bernama Project Nasi.

Kegiatan Klok hampir mirip dengan yang dilakukan bek kanan Serdadu Tridatu Gavin Kwan Adsit.

Yang membedakannya adalah dia bisa dikatakan menjadi pemain asing yang di Liga 1 yang melakukan aksi sosial yang menyentuh langsung masyarakat.

Beberapa waktu lalu, Klok memberikan bantuan sembako kepada masyarakat yang ada di Kampung Bugis di kawasan Pulau Serangan, Denpasar.

Bagi Klok, mungkin saja Bali adalah rumah keduanya. Selain sudah memiliki rumah di Bali, dalam beberapa tahun terakhir dia sangat ingin melakukan naturalisasi dan membela Timnas Indonesia.

“Charity ini bertujuan untuk membantu sesame karena saya tahu situasi dan kondisi sekarang cukup sulit bagi banyak orang. Banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan, padahal mereka juga ingin bertahan hidup,” ujarnya.

“Untuk bertahan hidup, pasti ada biaya yang dibutuhkan dan pekerjaan. Masalahnya, mereka sekarang sulit untuk mendapat pekerjaan dan otomatis pemasukan juga tidak ada,” tambahnya.

Klok sering menyalurkan bantuan langsung. Terkadang, Project Nasi yang dibentuk oleh enam rekannya tersebut menyalurkan bantuan melalui Banjar-Banjar.

Bukan hanya sembako, tetapi mereka membantu kebutuhan pokok lainnya seperti pembayaran tagihan listrik hingga pakaian. Sayur mayor, sabun, hingga masker nonmedis juga disumbangkan.

Biasanya penyaluran bantuan kepada keluarga terdampak dilakukan tiga atau empat hari sekali. Beberapa waktu lalu, Project Nasi juga menyalurkan kurang lebih 100 ribu nasi bungkus untuk diberikan kepada masyarakat.

Menurut Klok, sudah lebih dari seribu orang yang menerima manfaat yang diberikan oleh Project Nasi. “Seribu orang hanya di Bali saja dan tidak di daerah lain,” jelasnya.

Lanjut Klok, dana yang sudah terkumpul cukup besar. Hingga saat ini, dana yang dikumpulkan Project Nasi, hampir menyentuh angka USD 100 ribu.

“Dana yang terkumpul berasal dari seluruh dunia dan mengenai kegiatan yang kami lakukan, selalu kami laporkan dengan transparan,” tutup Klok. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/