27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 9:07 AM WIB

Sambut Festival Semarapura, Ribuan Siswa Berlatih Tari Telek Jumpai

SEMARAPURA– Sekitar 2.019 siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Klungkung dan warga Desa Jumpai, Klungkung rutin berlatih Tari Telek khas Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung.

Hampir setiap hari ribuan siswa tersebut berlatih untuk bisa menampilkan yang terbaik di pembukaan Festival Semarapura IV pada Minggu (28/4) mendatang.

Sehingga tarian sakral Desa Jumpai itu dapat diketahui oleh khalayak luas. Koordinator Lapangan Tari Telek Dese Jumpai, I Dewa Gede Alit Suputra, mengungkapkan,

sebelum melatih ribuan siswa, seluruh guru kesenian masing-masing SMP dan SMA/SMK di Klungkung diundang untuk berlatih Tari Telek Desa Jumpai langsung ke Desa Jumpai.

Ini dilakukan lantaran Tari Telek Desa Jumpai memiliki sedikit perbedaan dengan tari telek pada umumnya.

“Yang membedakan Tari Telek Desa Jumpai dengan tari telek lainnya adalah adanya gerakan memainkan kipas. Kemudian gerak pinggul yang lebih cepat atau lebih dikenal dengan istilah Kaming Buang,” ujarnya.

Setelah guru-guru tersebut dilatih sebanyak empat kali pertemuan dan mulai semakin mahir, ribuan siswa mulai dilatih menarikan Tari Telek Desa Jumpai ini sejak beberapa hari lalu.

Meski ada perbedaan pada tari telek pada umumnya, tidak ada kesulitan yang berarti dihadapi para siswa saat berlatih.

Dan, para siswa, menurutnya, tampak antusias untuk berlatih dan menampilkan yang terbaik. “Tari Telek Desa Jumpai ini dahulunya ditarikan oleh laki-laki.

Namun, karena keterbatasan jumlah siswa laki-laki, jadi tidak hanya siswa laki-laki yang akan berpartisipasi dalam mementaskan tarian ini, tetapi juga siswa perempuan,” katanya.

Mengingat pakaian Tari Telek Desa Jumpai sangat ribet dan tidak mungkin untuk membuat bahkan menyewa pakaian tersebut sejumlah 2.019 pakaian sesuai jumlah peserta

yang akan tampil, kata dia, hanya penari asal Desa Jumpai yang berjumlah 20 orang saja yang akan menggunakan pakaian Tari Telek Desa Jumpai tersebut.

Sementara sisanya akan menggunakan busana dengan konsep mesaputan. “Nantinya warna busana akan disesuaikan berdasarkan warna arah mata angin,

di utara busana akan dikonsep berwarna hitam, selatan berwarna merah, timur berwarna putih dan barat berwarna kuning,” bebernya.

Dewa Alit berharap pengenalan Tari Telek khas Desa Jumpai ini tidak berhenti saat pembukaan Festival Semarapura IV.

Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan sebagai daya rangsang bagi masyarakat Klungkung untuk terus melestarikan tradisi dan budayanya.

“Dan warga Desa Jumpai sangat bahagia dan antusias dengan kegiatan ini,” tandasnya. 

SEMARAPURA– Sekitar 2.019 siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Klungkung dan warga Desa Jumpai, Klungkung rutin berlatih Tari Telek khas Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung.

Hampir setiap hari ribuan siswa tersebut berlatih untuk bisa menampilkan yang terbaik di pembukaan Festival Semarapura IV pada Minggu (28/4) mendatang.

Sehingga tarian sakral Desa Jumpai itu dapat diketahui oleh khalayak luas. Koordinator Lapangan Tari Telek Dese Jumpai, I Dewa Gede Alit Suputra, mengungkapkan,

sebelum melatih ribuan siswa, seluruh guru kesenian masing-masing SMP dan SMA/SMK di Klungkung diundang untuk berlatih Tari Telek Desa Jumpai langsung ke Desa Jumpai.

Ini dilakukan lantaran Tari Telek Desa Jumpai memiliki sedikit perbedaan dengan tari telek pada umumnya.

“Yang membedakan Tari Telek Desa Jumpai dengan tari telek lainnya adalah adanya gerakan memainkan kipas. Kemudian gerak pinggul yang lebih cepat atau lebih dikenal dengan istilah Kaming Buang,” ujarnya.

Setelah guru-guru tersebut dilatih sebanyak empat kali pertemuan dan mulai semakin mahir, ribuan siswa mulai dilatih menarikan Tari Telek Desa Jumpai ini sejak beberapa hari lalu.

Meski ada perbedaan pada tari telek pada umumnya, tidak ada kesulitan yang berarti dihadapi para siswa saat berlatih.

Dan, para siswa, menurutnya, tampak antusias untuk berlatih dan menampilkan yang terbaik. “Tari Telek Desa Jumpai ini dahulunya ditarikan oleh laki-laki.

Namun, karena keterbatasan jumlah siswa laki-laki, jadi tidak hanya siswa laki-laki yang akan berpartisipasi dalam mementaskan tarian ini, tetapi juga siswa perempuan,” katanya.

Mengingat pakaian Tari Telek Desa Jumpai sangat ribet dan tidak mungkin untuk membuat bahkan menyewa pakaian tersebut sejumlah 2.019 pakaian sesuai jumlah peserta

yang akan tampil, kata dia, hanya penari asal Desa Jumpai yang berjumlah 20 orang saja yang akan menggunakan pakaian Tari Telek Desa Jumpai tersebut.

Sementara sisanya akan menggunakan busana dengan konsep mesaputan. “Nantinya warna busana akan disesuaikan berdasarkan warna arah mata angin,

di utara busana akan dikonsep berwarna hitam, selatan berwarna merah, timur berwarna putih dan barat berwarna kuning,” bebernya.

Dewa Alit berharap pengenalan Tari Telek khas Desa Jumpai ini tidak berhenti saat pembukaan Festival Semarapura IV.

Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan sebagai daya rangsang bagi masyarakat Klungkung untuk terus melestarikan tradisi dan budayanya.

“Dan warga Desa Jumpai sangat bahagia dan antusias dengan kegiatan ini,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/