Ketika suami dirumahkan akibat corona, ibu-ibu rumah tangga di Perumahan Sandan Sari, Jadi Desa, Banjar Anyar, Kediri, Tabanan, ini menolak menyerah.
Mereka saling membahu membuat jajanan khas Bali agar dapur tetap ngepul. Seperti apa?
MAULANA SANDIJAYA, Tabanan
MATAHARI baru saja merangkak naik. Jarum jam menunjukkan pukul 07.30. Namun, suasana Perumahan Sandan Sari masih terlihat sepi.
Ini karena kemarin (28/6) hari Minggu, hari libur. Sementara itu, di salah satu rumah nomor tiga Blok A1, Ni Kade Mirah Ratna Dewi, 26, dan Ni Nyoman Remiasih, 39, sudah mulai sibuk di dapur.
Mereka bersiap membuat sumping waluh, sumping kajang hijau, timus, dan aneka jajanan khas Bali lainnya.
Bahan baku ubi, singkong, labu, kelapa, ketan, gula Bali, dan daun pisang mulai disiapkan. Semua jajan yang dibuat dijamin sehat karena tanpa tambahan pemanis apalagi bahan pengawet.
“Semua bahannya alami, karena kami sekeluarga dan anak-anak juga ikut makan. Makanya, jajan yang kami buat hanya bertahan satu hari saja,” tutur Mirah diwawancarai usai membuat jajan.
Rutinitas bangun pagi membuat jajan ini sudah ditekuni sejak Maret lalu, saat pandemi Covid-19 menyerang.
Saat itu, suami Mirah dan Remiasih yang bekerja disektor pariwisata dirumahkan. Pariwisata menjadi sektor paling terpukul akibat corona.
Mirah dan Remiasih sejatinya tidak memiliki keahlian dalam membuat jajanan Bali. Keduanya adalah ibu rumah tangga.
Namun, kondisi perekonomian keluarga yang sulit membuat mereka bangkit dan bertekad membantu suami.
Ide awal mebuat jajanan ini berawal dari Mirah. Saat itu dia membawa ubi yang dibawa dari kampung suaminya di Banjar Dangin Pura, Desa Panji, Singara Buleleng.
Bingung ubi mau diapakan, akhirnya Mirah mencoba membuat timus. “Daripada ubinya gelentak-gelentek tidak terpakai, saya buat pulung ubi. Awalnya iseng saja saya posting di Facebook, ternyata laku,” jelas ibu dua anak itu lantas tersenyum.
Selain dari akun pribadi Facebook (FB) dan WhatsApp (WA), pemasaran dibantu Ni Wayan Lilik Juni Lestari, 30, kakak kandung Mirah.
Lilik memang memiliki keahlian dalam pemasaran karena akrab dengan dunia marketing. Selain itu, para tetangga juga ikut membeli dan mempromosikan. Perlahan, jajanan buatan Mirah mulai banyak pesanan.
Setelah itu, bergabunglah Remiasih dan tetangga lainnya. Remiasih asal Desa Bungkulan, Buleleng, merupakan tetangga sebelah rumah Mirah.
“Kami mengajak tetangga karena kami semua terdampak corona,” kata Mirah. “Ya, biar sama-sama jalan, sama-sama dapurnya ngepul,” sambut Remiasih.
Setelah banyak pesanan, menu pun ditambah. Dari yang awalnya hanya pulung ubi, ditambah sumping kuud, sumping waluh, sumping kacang hijau, sumping biu, timus, bantal, putu mayang, getuk, pulung pelangi, pulung ubi, bugis, dan lepet.
Menu terbaru adalah kue bolu kukus gula Bali. “Seminggu sekali ada menu baru biar pelanggan tidak bosan. Kami belajar bareng-bareng secara otodidak,” tutur Mirah.
Agar lebih menarik perhatian pembeli, jajanan yang dibuat Mira dkk dilabeli merek “Camilan Pandemi Bunda Ogeg”.
Menunya pun dibuat unik, misalnya timus covida, sumping waluh pandemi, dan sumping kuud karantina.
Selain rasa jajannya yang lezat, harga jajan yang dijual pun sangat murah: seribuan. Tak mau ketinggalan, para suami juga ikut mendukung dengan memberi tambahan menu menjual minuman penghangat tubuh khas Bali: arak.
Ada arak biasa, arak api, dan arak mojito. Arak mojito adalah arak menyehatkan karena dicampur daun min, dan lemon.
Remiasih menambahkan, proses memasak jajan paling cepat empat jam. Jika pesanan banyak, maka memasaknya bisa lebih empat jam.
Mereka sangat terbuka jika ada yang mau memesan jajan. Pesanan bisa disampaikan sehari sebelumnya.
Keuntungan yang didapat Mirah dkk tidak banyak. “Bati (untung) bersih rata-rata sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu. Kalau ramai Rp 100 ribu.
Keuntungan itu yang kami bagi. Nah, Astungkara walau sedikit tapi dapat bati. Lumayan pakai tambahan kebutuhan dapur,” tukas Mirah.
Meski hanya sekadar membuat jajan, itu bukan pekerjaan mudah. Mereka bertiga memiliki anak bayi umurnya di bawah dua tahun.
Terkadang, jajan belum matang, anak sudah rewel. Walhasil, membuat jajan sambil ngempu. Mereka pun berharap corona bisa segera berlalu, sehingga kehidupan kembali normal. Suami mereka kembali bekerja seperti biasa.