29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:22 AM WIB

Saat Nyepi, PHDI Minta Jauhi HP

GIANYAR – Pelaksanaan Nyepi pada Minggu (14/3) sedikit longgar. Internet Wi-Fi di objek vital masih menyala. Sehingga aktivitas di dunia maya, yakni media sosial, kemungkinan bisa diakses.

 

Mengantisipasi hal itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar, Wayan Ardana mengimbau masyarakat menjauhi Handphone (HP) selama Nyepi.

 

“Imbauan kami, sesuai Catur Brata Penyepian, yakni Amati Lelanguan, untuk tidak melakukan hiburan,” tegasnya, di Kantor Bupati Gianyar, Jumat (12/3).

 

Ardana mengaku saat Nyepi tidak bisa menutup media sosial karena jangkauan luas. “Kalau menutup (internet, red) tidak bisa. Kecuali kita yang menutup diri. Kalau konsen melakukan Catur Brata Penyepian, HP harus jauh. Kalau bisa HP jangan dekat dengan kita,” pintanya.

 

Menurut Ardana imbauan dari Parisada, apabila konsen melaksanakan Catur Brata Penyepian, yang namanya hiburan, harus dihindari. “Supaya tidak memicu niat. Nanti malah mengubah menjadi penggoda puasa kita. Percuma kita puasa kalau masih pegang HP, saya kira itu,” ujar Tim Ahli Bupati Gianyar itu.

 

Lebih lanjut Ardana menambahkan, Catur Brata Penyepian seperti yang sudah diketahui ada empat poin. Yakni Amati Geni atau tidak menghidupkan api; Amati Karya, tidak bekerja; Amati Lelungan, tidak bepergian; dan Amati Lelanguan, tidak bersenang-senang.

 

“Yang utama, melakukan Mono Brata, puasa tidak berbicara selama Nyepi. Itu paling utama, tapi sangat berat. Tapi kalau bisa Mono Brata, bagus sekali,” terangnya.

 

Secara umum, lanjut Ardana, prosesi Nyepi di Gianyar sudah sesuai dengan protokol kesehatan (prokes) yang dianjurkan oleh pemerintah. “Rentetan empat hari sebelum Nyepi, dari pekiisan (melasti), sudah berjalan sesuai edaran Pemerintah. Masyarakat melaksanakan pekiisan sudah Ngubeng di Parhayangan masing-masing,” terangnya.

 

Kemudian, pada Pangerupukan, Sabtu (13/2), berjalan sesuai pakem Nyepi. Di Gianyar, Tawur dilaksanakan di Catus Pata, Lapangan Astina.

 

“Di tingkat Kecamatan juga dilaksanakan, di tingkat desa dan tingkat perumahan berjalan seperti biasa. Tapi melibatkan prajuru, pemangku dan serati banten, dengan memperhatikan protokol kesehatan,” jelasnya.

 

Lalu saat malam Pangerupukan tidak melaksanakan pawai. “Kami saksikan di tiap Banjar, kelompok, tidak ada ogoh-ogoh. Berarti tidak ada,” ungkapnya.

 

 

Meski tanpa arak-arakan ogoh-ogoh, tidak mengurangi makna Pangerupukan dan Nyepi.

 

“Karena Pangerupukan pada intinya Nyomya-ang Butha (melebur pengaruh negatif, red). Dalam situasi begini, tetap kendalikan diri, tapi prosesi Nyepi hikmat,” pungkasnya.

GIANYAR – Pelaksanaan Nyepi pada Minggu (14/3) sedikit longgar. Internet Wi-Fi di objek vital masih menyala. Sehingga aktivitas di dunia maya, yakni media sosial, kemungkinan bisa diakses.

 

Mengantisipasi hal itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar, Wayan Ardana mengimbau masyarakat menjauhi Handphone (HP) selama Nyepi.

 

“Imbauan kami, sesuai Catur Brata Penyepian, yakni Amati Lelanguan, untuk tidak melakukan hiburan,” tegasnya, di Kantor Bupati Gianyar, Jumat (12/3).

 

Ardana mengaku saat Nyepi tidak bisa menutup media sosial karena jangkauan luas. “Kalau menutup (internet, red) tidak bisa. Kecuali kita yang menutup diri. Kalau konsen melakukan Catur Brata Penyepian, HP harus jauh. Kalau bisa HP jangan dekat dengan kita,” pintanya.

 

Menurut Ardana imbauan dari Parisada, apabila konsen melaksanakan Catur Brata Penyepian, yang namanya hiburan, harus dihindari. “Supaya tidak memicu niat. Nanti malah mengubah menjadi penggoda puasa kita. Percuma kita puasa kalau masih pegang HP, saya kira itu,” ujar Tim Ahli Bupati Gianyar itu.

 

Lebih lanjut Ardana menambahkan, Catur Brata Penyepian seperti yang sudah diketahui ada empat poin. Yakni Amati Geni atau tidak menghidupkan api; Amati Karya, tidak bekerja; Amati Lelungan, tidak bepergian; dan Amati Lelanguan, tidak bersenang-senang.

 

“Yang utama, melakukan Mono Brata, puasa tidak berbicara selama Nyepi. Itu paling utama, tapi sangat berat. Tapi kalau bisa Mono Brata, bagus sekali,” terangnya.

 

Secara umum, lanjut Ardana, prosesi Nyepi di Gianyar sudah sesuai dengan protokol kesehatan (prokes) yang dianjurkan oleh pemerintah. “Rentetan empat hari sebelum Nyepi, dari pekiisan (melasti), sudah berjalan sesuai edaran Pemerintah. Masyarakat melaksanakan pekiisan sudah Ngubeng di Parhayangan masing-masing,” terangnya.

 

Kemudian, pada Pangerupukan, Sabtu (13/2), berjalan sesuai pakem Nyepi. Di Gianyar, Tawur dilaksanakan di Catus Pata, Lapangan Astina.

 

“Di tingkat Kecamatan juga dilaksanakan, di tingkat desa dan tingkat perumahan berjalan seperti biasa. Tapi melibatkan prajuru, pemangku dan serati banten, dengan memperhatikan protokol kesehatan,” jelasnya.

 

Lalu saat malam Pangerupukan tidak melaksanakan pawai. “Kami saksikan di tiap Banjar, kelompok, tidak ada ogoh-ogoh. Berarti tidak ada,” ungkapnya.

 

 

Meski tanpa arak-arakan ogoh-ogoh, tidak mengurangi makna Pangerupukan dan Nyepi.

 

“Karena Pangerupukan pada intinya Nyomya-ang Butha (melebur pengaruh negatif, red). Dalam situasi begini, tetap kendalikan diri, tapi prosesi Nyepi hikmat,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/