27.9 C
Jakarta
18 Desember 2024, 1:28 AM WIB

Filosofi Jalan dalam Huruf Kanji Michi

Oleh: Pak Oles

SERING saya temui kaligrafi huruf kanji michi yang artinya jalan. Sangat banyak orang menyukainya. Terutama orang yang sudah berumur. Saya bertemu dengan seniman tua kaligrafi kanji di Okayama yang suka melukis sederhana dalam kertas lukis berbingkai sederhana. Dia menghadiahi satu lukisan kecilnya, berhuruf kanji michi, jalan.

Saya bertanya: “Apa artinya? Apa maksudnya?” Dia menjawab sederhana, itulah jalan, memiliki banyak arti. Jalan adalah tempat berlalu untuk menuju, yang harus dilalui sendiri. Jalan memiliki banyak arti. Seseorang bisa memilih jalan, menjalani, dan menerima jalan itu kalau sudah jalannya.

Saat itu, saya tidak mengerti apa itu jalan. Hanya sekadar coretan seni huruf kanji. Saya hanya bisa bilang “arigato” atas pemberian lukisannya.  Sekarang, baru saya mengerti bahwa jalan itu memiliki arti banyak dan filosofi yang dalam, setelah menjalani hidup dan banyak melihat jalan hidup orang-orang yang sudah jalan (mati) dan menjalaninya (bekerja sesuai tugasnya).

Jalan bisa berarti tempat berjalan, berlalu, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tanpa jalan, orang tidak bisa berjalan. Terbang atau berlayar membutuhkan jalan, jalan yang benar, seperti titik koordinat yang tepat  dari mana mau ke mana, melalui lintang dan bujur berapa, sehingga seseorang yang menjalaninya bisa aman dan selamat.  Jalan juga berhubungan dengan waktu, kapan mulai dan kapan berakhir.  Dimensi waktu menentukan keberhasilan berjalan, karena waktu berhubungan dengan kesempatan, iklim, cuaca dan keselamatan.

Jalan hidup atau way of life, berupa pandangan atau sikap hidup yang menentukan nasib hidup. Jenis pekerjaan yang dilakukan dan merasa cocok melakukannya bisa disebut jalan hidup, atau seseorang tidak bisa menolak akan pilihan yang harus dilakukan sebagai kerja atau tanggung jawab bisa disebut sebagai jalan hidup.  Saat seseorang bisa menerima tugas dan kerjanya sebagai jalan hidup, maka dia sudah dan sedang menjalani jalannya. Jika seseorang mengalami hidup yang bingung, jatuh bangun dan stres, berarti dia masih bingung mencari jalan hidupnya, bisa salah arah, atau tersesat, maka dia harus memohon jalan (petunjuk) kepada Tuhan, dengan doa: “Tuhan tunjukkan saya jalan yang benar.”  “Nunas pemargi,” berarti minta jalan yang benar, adalah ucapan doa orang Bali saat dia menemui kebuntuan hidup.

Jalan-jalan bisa berarti refreshing, membuang kejenuhan dengan melihat-lihat ke luar dari kerutinan tugas dan hidup, yang dilakukan keluar dari rumah atau tempat kerja, untuk tujuan santai.  Seorang pimpinan atau pengambil keputusan sering melakukan jalan-jalan untuk menemukan solusi dari masalah.  Istilah memimpin sambil jalan-jalan disebut dengan “managing by walking around.” 

Saat saya sibuk ke sana-kemari bekerja, mencari dan mengambil peluang, saya dalam posisi mencari jalan.  Saat saya sudah menemukan jalannya, tentu saya tidak sibuk dan bingung lagi, hanya menjalani saja, menikmati perjalanan dan terus berusaha berjalan, untuk mencapai tujuan melalui jalan itu.  Saat di persimpangan jalan, karena saya sudah tahu jalannya mau ke mana menuju, sehingga saya tidak perlu bingung. Artinya, tujuan harus jelas, agar seseorang tidak ragu melalui  jalannya.

Jalan bisa juga berarti jalan menuju sukses, bangkrut, atau mati. Orang sering mengatakan, “itu sudah jalannya.” Itulah jalannya untuk menuju sukses, bangkrut, selamat, celaka, atau mati.  Jadi, karena itu sudah jalannya, karena sudah terlanjur dijalani dan sudah berjalan, untuk apa disesali, karena itu sudah jalannya.

Seorang istri yang sangat mencintai suaminya, walau suaminya nakal dan sering menelantarkan dirinya, akhirnya suaminya mati karena overdosis narkoba.  Sang istri masih tetap mengenang kebaikan suaminya, mencintai dan merelakan kepergian suaminya, dengan mengatakan, “itu sudah jalannya, dan saya sedang menjalani jalan saya.”

Saya mengenang perjalanan hidup saya yang jatuh bangun saat menjalani belajar, bekerja dan berusaha, tampaknya berat, tapi tidak terasa berat, karena saya sangat menikmati perjalanan. Itulah jalan saya yang harus dan telah dilalui,.  Lantas, untuk apa disesali, cukuplah disyukuri, karena sudah berjalan dan masih bisa selamat dari perjalanan. Itulah sekelumit filosofi jalan yang dilukis oleh seniman kaligrafi berhuruf kanji, “michi,” jalan, yang memiliki banyak arti.  Semoga menginspirasi. (*/ken)

Oleh: Pak Oles

SERING saya temui kaligrafi huruf kanji michi yang artinya jalan. Sangat banyak orang menyukainya. Terutama orang yang sudah berumur. Saya bertemu dengan seniman tua kaligrafi kanji di Okayama yang suka melukis sederhana dalam kertas lukis berbingkai sederhana. Dia menghadiahi satu lukisan kecilnya, berhuruf kanji michi, jalan.

Saya bertanya: “Apa artinya? Apa maksudnya?” Dia menjawab sederhana, itulah jalan, memiliki banyak arti. Jalan adalah tempat berlalu untuk menuju, yang harus dilalui sendiri. Jalan memiliki banyak arti. Seseorang bisa memilih jalan, menjalani, dan menerima jalan itu kalau sudah jalannya.

Saat itu, saya tidak mengerti apa itu jalan. Hanya sekadar coretan seni huruf kanji. Saya hanya bisa bilang “arigato” atas pemberian lukisannya.  Sekarang, baru saya mengerti bahwa jalan itu memiliki arti banyak dan filosofi yang dalam, setelah menjalani hidup dan banyak melihat jalan hidup orang-orang yang sudah jalan (mati) dan menjalaninya (bekerja sesuai tugasnya).

Jalan bisa berarti tempat berjalan, berlalu, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tanpa jalan, orang tidak bisa berjalan. Terbang atau berlayar membutuhkan jalan, jalan yang benar, seperti titik koordinat yang tepat  dari mana mau ke mana, melalui lintang dan bujur berapa, sehingga seseorang yang menjalaninya bisa aman dan selamat.  Jalan juga berhubungan dengan waktu, kapan mulai dan kapan berakhir.  Dimensi waktu menentukan keberhasilan berjalan, karena waktu berhubungan dengan kesempatan, iklim, cuaca dan keselamatan.

Jalan hidup atau way of life, berupa pandangan atau sikap hidup yang menentukan nasib hidup. Jenis pekerjaan yang dilakukan dan merasa cocok melakukannya bisa disebut jalan hidup, atau seseorang tidak bisa menolak akan pilihan yang harus dilakukan sebagai kerja atau tanggung jawab bisa disebut sebagai jalan hidup.  Saat seseorang bisa menerima tugas dan kerjanya sebagai jalan hidup, maka dia sudah dan sedang menjalani jalannya. Jika seseorang mengalami hidup yang bingung, jatuh bangun dan stres, berarti dia masih bingung mencari jalan hidupnya, bisa salah arah, atau tersesat, maka dia harus memohon jalan (petunjuk) kepada Tuhan, dengan doa: “Tuhan tunjukkan saya jalan yang benar.”  “Nunas pemargi,” berarti minta jalan yang benar, adalah ucapan doa orang Bali saat dia menemui kebuntuan hidup.

Jalan-jalan bisa berarti refreshing, membuang kejenuhan dengan melihat-lihat ke luar dari kerutinan tugas dan hidup, yang dilakukan keluar dari rumah atau tempat kerja, untuk tujuan santai.  Seorang pimpinan atau pengambil keputusan sering melakukan jalan-jalan untuk menemukan solusi dari masalah.  Istilah memimpin sambil jalan-jalan disebut dengan “managing by walking around.” 

Saat saya sibuk ke sana-kemari bekerja, mencari dan mengambil peluang, saya dalam posisi mencari jalan.  Saat saya sudah menemukan jalannya, tentu saya tidak sibuk dan bingung lagi, hanya menjalani saja, menikmati perjalanan dan terus berusaha berjalan, untuk mencapai tujuan melalui jalan itu.  Saat di persimpangan jalan, karena saya sudah tahu jalannya mau ke mana menuju, sehingga saya tidak perlu bingung. Artinya, tujuan harus jelas, agar seseorang tidak ragu melalui  jalannya.

Jalan bisa juga berarti jalan menuju sukses, bangkrut, atau mati. Orang sering mengatakan, “itu sudah jalannya.” Itulah jalannya untuk menuju sukses, bangkrut, selamat, celaka, atau mati.  Jadi, karena itu sudah jalannya, karena sudah terlanjur dijalani dan sudah berjalan, untuk apa disesali, karena itu sudah jalannya.

Seorang istri yang sangat mencintai suaminya, walau suaminya nakal dan sering menelantarkan dirinya, akhirnya suaminya mati karena overdosis narkoba.  Sang istri masih tetap mengenang kebaikan suaminya, mencintai dan merelakan kepergian suaminya, dengan mengatakan, “itu sudah jalannya, dan saya sedang menjalani jalan saya.”

Saya mengenang perjalanan hidup saya yang jatuh bangun saat menjalani belajar, bekerja dan berusaha, tampaknya berat, tapi tidak terasa berat, karena saya sangat menikmati perjalanan. Itulah jalan saya yang harus dan telah dilalui,.  Lantas, untuk apa disesali, cukuplah disyukuri, karena sudah berjalan dan masih bisa selamat dari perjalanan. Itulah sekelumit filosofi jalan yang dilukis oleh seniman kaligrafi berhuruf kanji, “michi,” jalan, yang memiliki banyak arti.  Semoga menginspirasi. (*/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/