29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:16 AM WIB

Kabar Duka, Sebulan, Enam Warga Buleleng Meninggal Karena HIV/AIDS

SINGARAJA – Sebanyak enam orang warga di Kabupaten Buleleng meninggal karena dipicu penyakit HIV. Keenam warga itu, meninggal dalam kurun waktu Juni 2019 lalu.

Selain itu mereka juga diduga mengalami penyakit lain, hingga terjadi komplikasi. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal itu dipicu sejumlah penyakit lain.

Penyakit yang paling menonjol adalah masalah pernafasan. Yakni penyakit TB Paru. Kondisi itu membuat komplikasi penyakit semakin parah.

Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra yang dikonfirmasi kemarin, mengaku terkejut dengan data tersebut.

Wabup Sutjidra justru mengaku belum mendapat laporan dari Dinas Kesehatan Buleleng terkait perkembangan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng.

Baik itu kasus infeksi baru, angka kumulatif, maupun angka ODHA yang meninggal. “Saya malah belum dapat datanya.

Nanti saya minta Kadiskes data terbaru. Biasanya akhir bulan itu sudah ada data terbaru,” kata Wabup Sutjidra saat ditemui di Wantilan Sasana Budaya.

Meski begitu, Wabup Sutjidra tak menampik bahwa ODHA bisa meninggal karena komplikasi. Biasanya pemicu terbesar adalah karena penyakit saluran pernafasan atau saluran pencernaan.

Tak menutup kemungkinan, penyakit radang mulut dan tenggorokan juga menjadi pemicu kematian.

“Biasanya yang paling kronis itu yang berkaitan dengan TB paru, kemudian masalah diare, lalu masalah radang pada mulut dan bibir. Itu kasus yang paling sering kami temukn di masyarakat,” kata Sutjidra.

Untuk mencegah komplikasi, ia meminta agar petugas pelayanan kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, jeli dengan sejumlah ciri-ciri.

Apabila ada kecenderungan batuk kronis yang tak diketahui penyebabnya, petugas kesehatan didorong melakukan screening total.

Sementara untuk ibu hamil, Sutjidra menyebut kasus penularan dari ibu hamil ke anaknya sudah menurun.

“Karena ibu hamil wajib screening cek darah. Karena itu prosedur untuk mengecek ap[akah dia kurang darah atau tidak, termasuk kami cek reaktif atau tidak (dengan HIV),” tegasnya.

Sebagai langkah pencegahan, ia mendorong ODHA memperkuat daya tahan tubuh mereka. Salah satunya dengan mengonsumsi susu secara rutin.

Selain itu mereka juga didorong mengonsumsi ARV secara rutin. “Kalau daya tahan tubuh kuat, ada infeksi, itu sulit masuk.

Tapi kalau di dalam sudah infeksi, daya tahan tubuh lemah, akhirnya virus itu akan merongrong dan jadi komplikasi,” tukas Sutjidra.

SINGARAJA – Sebanyak enam orang warga di Kabupaten Buleleng meninggal karena dipicu penyakit HIV. Keenam warga itu, meninggal dalam kurun waktu Juni 2019 lalu.

Selain itu mereka juga diduga mengalami penyakit lain, hingga terjadi komplikasi. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal itu dipicu sejumlah penyakit lain.

Penyakit yang paling menonjol adalah masalah pernafasan. Yakni penyakit TB Paru. Kondisi itu membuat komplikasi penyakit semakin parah.

Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra yang dikonfirmasi kemarin, mengaku terkejut dengan data tersebut.

Wabup Sutjidra justru mengaku belum mendapat laporan dari Dinas Kesehatan Buleleng terkait perkembangan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng.

Baik itu kasus infeksi baru, angka kumulatif, maupun angka ODHA yang meninggal. “Saya malah belum dapat datanya.

Nanti saya minta Kadiskes data terbaru. Biasanya akhir bulan itu sudah ada data terbaru,” kata Wabup Sutjidra saat ditemui di Wantilan Sasana Budaya.

Meski begitu, Wabup Sutjidra tak menampik bahwa ODHA bisa meninggal karena komplikasi. Biasanya pemicu terbesar adalah karena penyakit saluran pernafasan atau saluran pencernaan.

Tak menutup kemungkinan, penyakit radang mulut dan tenggorokan juga menjadi pemicu kematian.

“Biasanya yang paling kronis itu yang berkaitan dengan TB paru, kemudian masalah diare, lalu masalah radang pada mulut dan bibir. Itu kasus yang paling sering kami temukn di masyarakat,” kata Sutjidra.

Untuk mencegah komplikasi, ia meminta agar petugas pelayanan kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, jeli dengan sejumlah ciri-ciri.

Apabila ada kecenderungan batuk kronis yang tak diketahui penyebabnya, petugas kesehatan didorong melakukan screening total.

Sementara untuk ibu hamil, Sutjidra menyebut kasus penularan dari ibu hamil ke anaknya sudah menurun.

“Karena ibu hamil wajib screening cek darah. Karena itu prosedur untuk mengecek ap[akah dia kurang darah atau tidak, termasuk kami cek reaktif atau tidak (dengan HIV),” tegasnya.

Sebagai langkah pencegahan, ia mendorong ODHA memperkuat daya tahan tubuh mereka. Salah satunya dengan mengonsumsi susu secara rutin.

Selain itu mereka juga didorong mengonsumsi ARV secara rutin. “Kalau daya tahan tubuh kuat, ada infeksi, itu sulit masuk.

Tapi kalau di dalam sudah infeksi, daya tahan tubuh lemah, akhirnya virus itu akan merongrong dan jadi komplikasi,” tukas Sutjidra.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/