BANJAR – Proyek penggantian Jembatan Mendaum yang menghubungkan Desa Banjar dengan Desa Kalianget, masih menyisakan masalah.
Beberapa rumah warga di wilayah Banjar Dinas Ambengan yang terdampak proyek jembatan, tak kunjung diperbaiki. Padahal batas waktu maksimal pelaksanaan proyek sudah mendekati akhir.
Proyek penggantian Jembatan Mendaum memang membutuhkan pelebaran jalan. Tadinya akses jalan menuju jembatan hanya tiga meter. Kemudian pemerintah melakukan pelebaran jalan menjadi enam meter.
Kebijakan pelebaran jalan ini pun berdampak pada masyarakat. Beberapa warga dengan sukarela menyerahkan lahan mereka pada pemerintah.
Ada pula beberapa warga yang rumahnya harus dipangkas karena proses pelebaran jalan itu. Konon rumah-rumah yang terkena pemangkasan itu, akan direhab oleh pelaksana proyek.
Salah seorang warga yang terdampak, adalah Putu Widiasih. Bangunan dapur miliknya harus dipangkas, karena terdampak pelebaran jalan.
Sejak bangunannya dipangkas, hingga kini belum juga dilakukan perbaikan. Ia pun khawatir rumahnya akan kebanjiran, karena setiap kali hujan datang, air selalu masuk ke dalam rumah.
“Awalnya saya tidak mau rumah saya dibongkar. Tapi karena janji mau diperbaiki, akhirnya saya mau. Tapi sampai sekarang belum ada perbaikan,” kata Widiasih saat ditemui siang kemarin.
Widiasih pun ketar-ketir rumahnya tak akan diperbaiki. Terlebih proyek sudah mendekati akhir pekerjaan.
“Sekarang sudah selesai jembatannya, tapi rumah saya belum ada tanda-tanda mau diperbaiki. Jelas saya minta rumah saya diperbaiki. Kalau hujan, air itu masuk ke dalam rumah,” imbuhnya.
Perbekel Banjar Ida Bagus Dedy Suyasa yang dihubungi terpisah, mengaku tak tahu secara persis masalah yang menimpa warganya.
Menurut Dedy, dirinya hanya tahu bahwa pembongkaran rumah warga itu, berdasarkan kesepakatan antara warga dengan pemborong. Mengenai masalah teknis perbaikan, Dedy mengaku tak tahu pasti.
“Memang ada kesepakatan dan akan ada perbaikan rumah warga kami itu. Kesepakatannya antara warga dengan pemborong. Tapi kepastiannya kapan dan bagaimana perbaikannya, itu kami belum tahu,” kata Dedy.
Asal tahu saja, proyek Penggantian Jembatan Tukad Mendaum, menelan anggaran pemerintah hingga Rp 4,1 miliar.
Semestinya proyek itu sudah tuntas pada 21 November lalu, namun hingga kini belum juga diserahkan pada pemerintah.
Kini kontraktor tengah berada dalam masa tenggang pengerjaan selama 50 hari, setelah gagal memenuhi tenggat waktu pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.
Setiap hari kontraktor dikenakan denda Rp 4,1 juta per hari. Apabila selama masa tenggang proyek belum juga tuntas, maka pemerintah akan melakukan pemutusan kontrak.