31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 12:24 PM WIB

Abu Vulkanik Mengarah ke Barat, Warga Lereng Lari Terbirit-birit

AMLAPURA – Sebagian warga yang tinggal di dekat Pura Besakih, terpantau Jawa Pos Radar Bali sejak dini hari Selasa (3/7) kemarin begadang untuk melihat Gunung Agung yang berada di belakang pura terbesar di Bali tersebut.

Mereka tampak saling bercerita tentang erupsi dengan mengeluarkan lava pijar Senin (2/7) malam di mulut Gunung Agung.

Yang menarik, sejumlah warga ini juga sibuk live di media sosial ketika Gunung Agung menampakkan asap mengepul ke atas.

Seperti halnya yang dikatakan Made Botak, warga Besakih yang sibuk memotret Gunung Agung dari dekat Pura Besakih kemarin.

“Semalam itu letusan kayak festival kembang api. Letusan ke timur, abu ke barat, warga terbirit-birit,” ujar Made Botak sembari menunjukkan hasil foto erupsi dari handphone miliknya. 

Moment erupsi kembali didapatkan warga. Tercatat pada pukul 04.13 dini hari kemarin, Gunung Agung kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 2.000 m di atas puncak.

Berdasar data PVMBG, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi ± 7 menit. Menjelang pagi, tepatnya sekitar pukul 06.00, Gunung Agung kembali tenang.

Tampak hanya ada dua asap pekat yang mengepul di puncak gunung, meski awan putih mencoba menutupinya.

Matahari pun semakin meninggi. Asap pekat pun mengurang. Sesekali puncak Gunung Agung tertutup oleh awan. Jawa Pos Radar Bali mencoba mendekat ke pemukiman warga yang ada di areal Pura Besakih.

Suasana pagi kemarin memang cukup dingin. Aroma belerang pun disebut warga sudah terasa sejak tiga hari belakangan ini. 

“Semalam itu (waktu erupsi), memang ada getaran sedikit. Terus ada suara gemuruh keras, saya lari kelapangan. Terlihat api besar di atas gunung,” tutur Ketut Tista, warga Besakih.

Seakan tak bisa melupakan peristiwa yang pertama kali ia dengar tersebut. Meski begitu, ia tetap memilih untuk bertahan.

“Kalau keadaan seperti ini, kalau besar ya mengungsi. Tapi arahan pemerintah belum ada,” ujarnya sembari sesekali matanya  mencuri pandangan ke Gunung Agung. 

AMLAPURA – Sebagian warga yang tinggal di dekat Pura Besakih, terpantau Jawa Pos Radar Bali sejak dini hari Selasa (3/7) kemarin begadang untuk melihat Gunung Agung yang berada di belakang pura terbesar di Bali tersebut.

Mereka tampak saling bercerita tentang erupsi dengan mengeluarkan lava pijar Senin (2/7) malam di mulut Gunung Agung.

Yang menarik, sejumlah warga ini juga sibuk live di media sosial ketika Gunung Agung menampakkan asap mengepul ke atas.

Seperti halnya yang dikatakan Made Botak, warga Besakih yang sibuk memotret Gunung Agung dari dekat Pura Besakih kemarin.

“Semalam itu letusan kayak festival kembang api. Letusan ke timur, abu ke barat, warga terbirit-birit,” ujar Made Botak sembari menunjukkan hasil foto erupsi dari handphone miliknya. 

Moment erupsi kembali didapatkan warga. Tercatat pada pukul 04.13 dini hari kemarin, Gunung Agung kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 2.000 m di atas puncak.

Berdasar data PVMBG, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi ± 7 menit. Menjelang pagi, tepatnya sekitar pukul 06.00, Gunung Agung kembali tenang.

Tampak hanya ada dua asap pekat yang mengepul di puncak gunung, meski awan putih mencoba menutupinya.

Matahari pun semakin meninggi. Asap pekat pun mengurang. Sesekali puncak Gunung Agung tertutup oleh awan. Jawa Pos Radar Bali mencoba mendekat ke pemukiman warga yang ada di areal Pura Besakih.

Suasana pagi kemarin memang cukup dingin. Aroma belerang pun disebut warga sudah terasa sejak tiga hari belakangan ini. 

“Semalam itu (waktu erupsi), memang ada getaran sedikit. Terus ada suara gemuruh keras, saya lari kelapangan. Terlihat api besar di atas gunung,” tutur Ketut Tista, warga Besakih.

Seakan tak bisa melupakan peristiwa yang pertama kali ia dengar tersebut. Meski begitu, ia tetap memilih untuk bertahan.

“Kalau keadaan seperti ini, kalau besar ya mengungsi. Tapi arahan pemerintah belum ada,” ujarnya sembari sesekali matanya  mencuri pandangan ke Gunung Agung. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/