32.6 C
Jakarta
25 April 2024, 14:50 PM WIB

Dulu Warga Hujat Perbekel karena Sarankan Buang Hajat dari Kebun ke WC

Perjuangan keras aparat Desa Amerta Bhuana mengedukasi warganya selama bertahun-tahun untuk tidak buang hajat sembarangan akhirnya membuahkan hasil.

Desa ini pun kini meraih penghargaan ODF (Open Defication Free) dari Dinas Kesehatan Karangasem karena “sukses” merubah kebiasaan buruk masyarakat. Seperti apa?

 

I WAYAN PUTRA, Karangasem

 

SULITNYA mengajak warga membiasakan buang hajat pada tempatnya tak ditampik Perbekel Desa Amerta Bhuana Wayan Suara Arsana.

Menurutnya, banyak warga di desanya lebih enjoy dan “nyaman”dengan buang hajat sembarangan seperti di selokan dan kebun.

Bahkan perilaku warga di desa ini diakuinya sudah berlangsung bertahun-tahun dan turun temurun.

Sempat perlahan memberikan pemahaman tentang dampak dari kebiasaan buruk, justru bukannya respon baik yang diterima Suara Arsana.

Sebaliknya, ia mengaku pernah dihujat karena upayanya mengingatkan warganya untuk merubah kebiasaan buruk itu.

“Dulu saya kerap di hujat, buang air saja diurus Perbekel,” ungkapnya.

Meski menuai hujatan warga, namun Suara Arsana tak pernah berhenti mengingatkan warga. Menurutnya, usaha dirinya mendukasi warga saat itu diakui bukan demi penghargaan. Namun, Suara Arsana mengaku jika upayanya memberikan pemahaman warga untuk kesehatan bersama.

“Awal-awalnya jujur sangat berat. Bahkan ada warga yang diminta buang air besar ke WC malah mengaku tidak bisa “keluar”,” ujar Arsana sambil berkelakan.

Bersyukur, jerih payah dan perjuangannya merubah kebiasaa buruk itu perlahan membuahkan hasil. Meski diakui belum 100 persen, namun kebiasaan masyarakat untuk membuang hajat sembarangan sudah sangat jauh berkurang.

 

Menurut Suara Arsana, Desa Amerta Buana, ada empat dusun yakni Muntig, Abian Tiing, Tegeh, dan Sukaluwih dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.300.

 

Dari total itu, menurutnya saat ini, hampir setiap pekarangan rumah sudah ada jamban atau WC.

“Memang ada satu pekarangan rumah diisi tiga KK, namun saat ini masing-masing pekarangan minimal sudah ada jamban satu,” ujarnya.

Untuk itu, dengan adanya penghargaan ini, Suara Arsana berharap, ke depannya, pihaknya akan berupaya memberikan bantuan WC bagi warga tidak mampu. “Hanya saja untuk WC umum kami belum ada rencana. Selain rawan rusak karena tidak terawat, kami justru khawatir malah kotor,”imbuhnya.

Sementara terkait penghargaan yang diterimanya, Suara Arsana mengaku sangat bersyukur.” Kami sangat bersyukur.

Unik juga penghargaan ini, orang buang hajat saja juga dapat penghargaan,”kelakar Arsana.

Saat pemberian penghargaan yang dihadiri Camat Selat, Kapolsek Selat, selain Desa Amerta Bhuana, penghargaan juga diberikan bagi empat desa lain di kecamatan Selat.

Empat desa itu masing-masing Desa Sengkidu, Macang, Pesaban, dan Padangbai.

 

Perjuangan keras aparat Desa Amerta Bhuana mengedukasi warganya selama bertahun-tahun untuk tidak buang hajat sembarangan akhirnya membuahkan hasil.

Desa ini pun kini meraih penghargaan ODF (Open Defication Free) dari Dinas Kesehatan Karangasem karena “sukses” merubah kebiasaan buruk masyarakat. Seperti apa?

 

I WAYAN PUTRA, Karangasem

 

SULITNYA mengajak warga membiasakan buang hajat pada tempatnya tak ditampik Perbekel Desa Amerta Bhuana Wayan Suara Arsana.

Menurutnya, banyak warga di desanya lebih enjoy dan “nyaman”dengan buang hajat sembarangan seperti di selokan dan kebun.

Bahkan perilaku warga di desa ini diakuinya sudah berlangsung bertahun-tahun dan turun temurun.

Sempat perlahan memberikan pemahaman tentang dampak dari kebiasaan buruk, justru bukannya respon baik yang diterima Suara Arsana.

Sebaliknya, ia mengaku pernah dihujat karena upayanya mengingatkan warganya untuk merubah kebiasaan buruk itu.

“Dulu saya kerap di hujat, buang air saja diurus Perbekel,” ungkapnya.

Meski menuai hujatan warga, namun Suara Arsana tak pernah berhenti mengingatkan warga. Menurutnya, usaha dirinya mendukasi warga saat itu diakui bukan demi penghargaan. Namun, Suara Arsana mengaku jika upayanya memberikan pemahaman warga untuk kesehatan bersama.

“Awal-awalnya jujur sangat berat. Bahkan ada warga yang diminta buang air besar ke WC malah mengaku tidak bisa “keluar”,” ujar Arsana sambil berkelakan.

Bersyukur, jerih payah dan perjuangannya merubah kebiasaa buruk itu perlahan membuahkan hasil. Meski diakui belum 100 persen, namun kebiasaan masyarakat untuk membuang hajat sembarangan sudah sangat jauh berkurang.

 

Menurut Suara Arsana, Desa Amerta Buana, ada empat dusun yakni Muntig, Abian Tiing, Tegeh, dan Sukaluwih dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.300.

 

Dari total itu, menurutnya saat ini, hampir setiap pekarangan rumah sudah ada jamban atau WC.

“Memang ada satu pekarangan rumah diisi tiga KK, namun saat ini masing-masing pekarangan minimal sudah ada jamban satu,” ujarnya.

Untuk itu, dengan adanya penghargaan ini, Suara Arsana berharap, ke depannya, pihaknya akan berupaya memberikan bantuan WC bagi warga tidak mampu. “Hanya saja untuk WC umum kami belum ada rencana. Selain rawan rusak karena tidak terawat, kami justru khawatir malah kotor,”imbuhnya.

Sementara terkait penghargaan yang diterimanya, Suara Arsana mengaku sangat bersyukur.” Kami sangat bersyukur.

Unik juga penghargaan ini, orang buang hajat saja juga dapat penghargaan,”kelakar Arsana.

Saat pemberian penghargaan yang dihadiri Camat Selat, Kapolsek Selat, selain Desa Amerta Bhuana, penghargaan juga diberikan bagi empat desa lain di kecamatan Selat.

Empat desa itu masing-masing Desa Sengkidu, Macang, Pesaban, dan Padangbai.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/