25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:28 AM WIB

Produksi Rumput Laut Nusa Penida Turun Drastis, Ini Diduga Penyebabnya

SEMARAPURA – Salah satu sentra rumput laut terbesar di Bali adalah Kepulauan Nusa Penida. Ratusan ribu ton rumput laut dihasilkan, bahkan hingga diekspor ke luar negeri.

Namun, sejak setahun terakhir, produksi rumput laut mengalami penurunan drastis. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung I Wayan Durma, Kamis (5/4) kemarin

mengungkapkan, petani rumput laut di Nusa Penida tersebar di Desa Ped, Jungutbatu, Suana, dan Batununggul.

Total produksi tahun 2015 lalu mencapai 100 ribu ton. Setelah diambil pengepul, rumput laut kemudian di ekspor ke Tiongkok, Eropa, dan Amerika.

“Namun, sejak awal tahun 2017 produksi rumput laut terus menurun. Total produksi hingga akhir tahun lalu hanya 500 ton. Dan, sentra produksi rumput laut sekarang hanya di wilayah Suana,” beber I Wayan Durman.

Pihaknya tidak tahu secara pasti apa penyebab penurunan produksi rumput laut Nusa Penida. Awalnya, penurunan produksi terjadi karena rumput laut yang dikembangkan para petani di makan ikan.

Lalu ada penyakit ais-ais yang memperparah penurunan produksi rumput laut. “Kemudian disebabkan juga oleh faktor harga,” katanya.

“Kalau dulu di tingkat ekspor Rp 11 ribu per kilogram, namun beberapa tahun terakhir ini di lapangan hanya dihargai Rp 3 ribu per kilogram,” ungkap pejabat asal Nusa Penida ini.

Untuk mengetahui secara pasti penyebab penurunan produksi rumput laut terjadi, pihaknya mengaku akan melakukan kajian rumput laut di Nusa Penida dengan membuat sejumlah demplot.

Kajian ini akan berlangsung pada bulan April, Agustus, dan November yang akan tersebar di tiga titik, yaitu Nusa Lembongan, Sampalan, dan Suana.

“Kajian rumput laut ini kami akan lakukan penanamannya bulan April, Agustus dan November untuk mewakili musim dalam setahun.

Ini untuk mengetahui apa penyebab turunnya produksi rumput laut sejak awal tahun 2017 ini,” paparnya.

“Nanti hasil kajian itu yang akan menjawab,” kata Durma. Untuk menyukseskan kajian rumput laut itu, pihaknya mengaku telah mencari varietas rumput laut unggul di wilayah Lombok dan Sumbawa.

“Nanti saat akan menggelar kajian, baru kami datangkan varietas unggul itu,” tandasnya.

SEMARAPURA – Salah satu sentra rumput laut terbesar di Bali adalah Kepulauan Nusa Penida. Ratusan ribu ton rumput laut dihasilkan, bahkan hingga diekspor ke luar negeri.

Namun, sejak setahun terakhir, produksi rumput laut mengalami penurunan drastis. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung I Wayan Durma, Kamis (5/4) kemarin

mengungkapkan, petani rumput laut di Nusa Penida tersebar di Desa Ped, Jungutbatu, Suana, dan Batununggul.

Total produksi tahun 2015 lalu mencapai 100 ribu ton. Setelah diambil pengepul, rumput laut kemudian di ekspor ke Tiongkok, Eropa, dan Amerika.

“Namun, sejak awal tahun 2017 produksi rumput laut terus menurun. Total produksi hingga akhir tahun lalu hanya 500 ton. Dan, sentra produksi rumput laut sekarang hanya di wilayah Suana,” beber I Wayan Durman.

Pihaknya tidak tahu secara pasti apa penyebab penurunan produksi rumput laut Nusa Penida. Awalnya, penurunan produksi terjadi karena rumput laut yang dikembangkan para petani di makan ikan.

Lalu ada penyakit ais-ais yang memperparah penurunan produksi rumput laut. “Kemudian disebabkan juga oleh faktor harga,” katanya.

“Kalau dulu di tingkat ekspor Rp 11 ribu per kilogram, namun beberapa tahun terakhir ini di lapangan hanya dihargai Rp 3 ribu per kilogram,” ungkap pejabat asal Nusa Penida ini.

Untuk mengetahui secara pasti penyebab penurunan produksi rumput laut terjadi, pihaknya mengaku akan melakukan kajian rumput laut di Nusa Penida dengan membuat sejumlah demplot.

Kajian ini akan berlangsung pada bulan April, Agustus, dan November yang akan tersebar di tiga titik, yaitu Nusa Lembongan, Sampalan, dan Suana.

“Kajian rumput laut ini kami akan lakukan penanamannya bulan April, Agustus dan November untuk mewakili musim dalam setahun.

Ini untuk mengetahui apa penyebab turunnya produksi rumput laut sejak awal tahun 2017 ini,” paparnya.

“Nanti hasil kajian itu yang akan menjawab,” kata Durma. Untuk menyukseskan kajian rumput laut itu, pihaknya mengaku telah mencari varietas rumput laut unggul di wilayah Lombok dan Sumbawa.

“Nanti saat akan menggelar kajian, baru kami datangkan varietas unggul itu,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/