28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:22 AM WIB

[Lagi] Fenomena Colek Pamor Kembali Hebohkan Warga Karangasem

AMLAPURA-Fenomena colek pamor kembali menghebohkan warga Karangasem. Fenomena yang sempat membuat ramai pada 2016 silam itu kini kembali muncul.

Salah satunya seperti yang terjadi di Pura Merajan Kanginan Besakih, Karangasem. Di pura merajan tersebut muncul pamor. Tak hanya di Pura Merajan Besakih, sejumlah warga di Tulamben juga mengalami fenomena serupa. Pelinggih Penuun Karang dan pilar rumah mereka juga ditemukan pamor.

Atas munculnya fenomena, banyak warga yang mengaitkan hal tersebut pada fenomena mistis atau gaib. Sedangkan sebagian lagi ada yang masih ragu dengan peristiwa colek pamor yang dialami sebagian warga di Karangasem

Terkait fenomena yang beberapa kali sempat menghebohkan warga di Bali, Sulinggih sekaligus Dosen IHDN, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharya Nanda sebelumnya sempat menjelaskan, jika setiap upacara pemelaspasan, ada ritual “colek pamor”.

Bentuknya tapak  dara (tanda tambah). Itu merupakan simbol yang dianggap sakral.

Menurutnya, dalam upacara Melaspas, simbol tapak dara yang dibuat dari pamor bisa dikatakan vital, karena merupakan simbol dari trimurti.

“Jadi begini, dalam upacara melaspas yang digunakan bukan hanya pamor saja! Tapi ada tiga unsur warna yang melambangkan trimurti. Yaitu merah yang dibuat dengan kayu cendana, putih dibuat dengan pamor dan hitam yang dibuat dengan pembakaran daun ambengan. Ketiganya menyimbulkan Brahma, Wisnu dan Siwa,” tegasnya.

Colek pamor dalam upacara melaspas dijelaskan tidak berbentuk sembarangan. Melainkan harus berbentuk tapak dara (tanda plus atau positif).

 “Bukan hanya warnanya yang punya filosofi khusus, bentuk dan maknanya dalam upacara melaspas juga khusus. Nah yang terjadi di masyarakat kan hanya colekan berbentuk vertikal. Kalau di upacara mlaspas harus berbentuk tapak dara,” tegasnya.

Lanjutnya bentuk tapak dara atau tanda tambah merupakan simbol agar bangunan tersebut kokoh dan menjadi tempat tinggal yang teduh.

“Tapak dara itu simbol agar rumah itu menjadi tempat tinggal yang nyaman sepanjang masa,” terangnya.

Selain itu, dosen IHDN ini juga menjelaskan, bahwa tapak dara merupakan simbol keseimbangan antara pawongan, palemahan, dan parahyangan.

“Apa sih fungsi upacara melaspas itu? Fungsinya sebagai penyeimbang antara pawongan yaitu kita manusia yang menghuni, palemahan lingkungan rumah, dan parahyangan Tuhan kita agar rumah tersebut selalu kokoh dan nyaman,” jelasnya. 

Mengenai isu colek pamor yang ada di Karangasem saat itu, ia mengimbau agar tidak mengaitkan dengan hal niskala.

“Harus jeli kita melihat permasalahan ini. Tidak bisa menyangkutkan dengan mistis. Harus melalui pendekatan pratyaksa pramana, anumana premana dan agama pramana agar kejadian itu tidak kemana-mana arahnya,” pintanya.

 

AMLAPURA-Fenomena colek pamor kembali menghebohkan warga Karangasem. Fenomena yang sempat membuat ramai pada 2016 silam itu kini kembali muncul.

Salah satunya seperti yang terjadi di Pura Merajan Kanginan Besakih, Karangasem. Di pura merajan tersebut muncul pamor. Tak hanya di Pura Merajan Besakih, sejumlah warga di Tulamben juga mengalami fenomena serupa. Pelinggih Penuun Karang dan pilar rumah mereka juga ditemukan pamor.

Atas munculnya fenomena, banyak warga yang mengaitkan hal tersebut pada fenomena mistis atau gaib. Sedangkan sebagian lagi ada yang masih ragu dengan peristiwa colek pamor yang dialami sebagian warga di Karangasem

Terkait fenomena yang beberapa kali sempat menghebohkan warga di Bali, Sulinggih sekaligus Dosen IHDN, Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharya Nanda sebelumnya sempat menjelaskan, jika setiap upacara pemelaspasan, ada ritual “colek pamor”.

Bentuknya tapak  dara (tanda tambah). Itu merupakan simbol yang dianggap sakral.

Menurutnya, dalam upacara Melaspas, simbol tapak dara yang dibuat dari pamor bisa dikatakan vital, karena merupakan simbol dari trimurti.

“Jadi begini, dalam upacara melaspas yang digunakan bukan hanya pamor saja! Tapi ada tiga unsur warna yang melambangkan trimurti. Yaitu merah yang dibuat dengan kayu cendana, putih dibuat dengan pamor dan hitam yang dibuat dengan pembakaran daun ambengan. Ketiganya menyimbulkan Brahma, Wisnu dan Siwa,” tegasnya.

Colek pamor dalam upacara melaspas dijelaskan tidak berbentuk sembarangan. Melainkan harus berbentuk tapak dara (tanda plus atau positif).

 “Bukan hanya warnanya yang punya filosofi khusus, bentuk dan maknanya dalam upacara melaspas juga khusus. Nah yang terjadi di masyarakat kan hanya colekan berbentuk vertikal. Kalau di upacara mlaspas harus berbentuk tapak dara,” tegasnya.

Lanjutnya bentuk tapak dara atau tanda tambah merupakan simbol agar bangunan tersebut kokoh dan menjadi tempat tinggal yang teduh.

“Tapak dara itu simbol agar rumah itu menjadi tempat tinggal yang nyaman sepanjang masa,” terangnya.

Selain itu, dosen IHDN ini juga menjelaskan, bahwa tapak dara merupakan simbol keseimbangan antara pawongan, palemahan, dan parahyangan.

“Apa sih fungsi upacara melaspas itu? Fungsinya sebagai penyeimbang antara pawongan yaitu kita manusia yang menghuni, palemahan lingkungan rumah, dan parahyangan Tuhan kita agar rumah tersebut selalu kokoh dan nyaman,” jelasnya. 

Mengenai isu colek pamor yang ada di Karangasem saat itu, ia mengimbau agar tidak mengaitkan dengan hal niskala.

“Harus jeli kita melihat permasalahan ini. Tidak bisa menyangkutkan dengan mistis. Harus melalui pendekatan pratyaksa pramana, anumana premana dan agama pramana agar kejadian itu tidak kemana-mana arahnya,” pintanya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/