28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:23 AM WIB

Hening saat Perayaan Imlek, Jadi Momen Lakukan Perenungan

SINGARAJA – Perayaan hari raya Tahun Baru Imlek 2572 yang jatuh pada Jumat (12/2) benar-benar dirayakan dengan hening di Buleleng.

Tak banyak umat dan warga keturunan yang melakukan ibadah tahun baru. Pengurus tempat ibadah pun menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sekaligus melakukan pembatasan terhadap umat yang hendak melaksanakan ibadah.

Tempat Ibadah Tridharma (TITD) Ling Gwan Kiong yang selama ini menjadi pusat peribadatan bagi masyarakat yang merayakan Imlek, pagi kemarin terlihat sepi.

Hanya terlihat beberapa orang pengurus di areal tempat ibadah. Selain itu ada beberapa personil kepolisian, TNI, dan Linmas yang memantau jalannya ibadah.

Pengelola tempat ibadah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam proses ibadah. Dalam sekali ibadah, jumlah umat yang boleh masuk ke areal klenteng tak boleh lebih dari 10 orang.

Persembahyangan dilakukan secara bergantian. Apabila masih ada yang beribadah di dalam klenteng, umat diminta menunggu di halaman klenteng.

Salah seorang umat, David Muliadi mengaku kondisi ibadah tahun baru Imlek kali ini sangat berbeda. Biasanya masyarakat keturunan akan saling mengunjungi satu dengan yang lain.

Klenteng juga menjadi pusat perayaan tahun baru imlek tiap tahunnya. Namun kali ini, karena situasi pandemi, semua dilakukan dalam kondisi serba terbatas.

“Biasanya tiap tahun ada gong, tapi tahun ini tidak ada. Yang datang ke klenteng juga sedikit. Ya memang jauh lebih sepi. Tapi ambil hikmahnya saja.

Ini jadi momen untuk merenung, momen untuk beribadah dengan lebih khidmat dan khusyuk. Karena suasanya memang sangat hening,” katanya.

Sementara itu Wakil Ketua TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetia mengatakan, pihaknya tidak melarang umat beribadah.

Hanya saja pengurus melakukan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sejak jauh-jauh hari, pengurus juga telah menghimbau agar umat lebih baik melakukan ibadah dari rumah saja.

“Ini juga sudah berdasar imbauan dari pemerintah daerah dan kepolisian. Kalau memang ada yang mau ibadah, tentu harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat,” kata Gunadi.

Pada tahun Kerbau Emas ini, Gunadi mengatakan masyarakat harus bekerja keras. Sebab kerbau melambangkan pekerja beras.

Hal itu dibutuhkan, karena masyarakat sudah melalui masa-masa sulit pada tahun tikus yang lalu. Pandemi covid-19 membuat sektor ekonomi luluh lantak.

Berdasar tradisi ciam si (ramalan kuno), sisa kesulitan dari tahun tikus lalu, masih akan muncul. “Sisa-sisanya masih ada. Maka ini harus dihadapi dengan kerja keras dan disiplin yang tinggi.

Berusaha dan fokus melakukan dengan semangat pantang menyerah, maka keadaan pasti akan membaik,” tukas Gunadi. 

SINGARAJA – Perayaan hari raya Tahun Baru Imlek 2572 yang jatuh pada Jumat (12/2) benar-benar dirayakan dengan hening di Buleleng.

Tak banyak umat dan warga keturunan yang melakukan ibadah tahun baru. Pengurus tempat ibadah pun menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sekaligus melakukan pembatasan terhadap umat yang hendak melaksanakan ibadah.

Tempat Ibadah Tridharma (TITD) Ling Gwan Kiong yang selama ini menjadi pusat peribadatan bagi masyarakat yang merayakan Imlek, pagi kemarin terlihat sepi.

Hanya terlihat beberapa orang pengurus di areal tempat ibadah. Selain itu ada beberapa personil kepolisian, TNI, dan Linmas yang memantau jalannya ibadah.

Pengelola tempat ibadah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam proses ibadah. Dalam sekali ibadah, jumlah umat yang boleh masuk ke areal klenteng tak boleh lebih dari 10 orang.

Persembahyangan dilakukan secara bergantian. Apabila masih ada yang beribadah di dalam klenteng, umat diminta menunggu di halaman klenteng.

Salah seorang umat, David Muliadi mengaku kondisi ibadah tahun baru Imlek kali ini sangat berbeda. Biasanya masyarakat keturunan akan saling mengunjungi satu dengan yang lain.

Klenteng juga menjadi pusat perayaan tahun baru imlek tiap tahunnya. Namun kali ini, karena situasi pandemi, semua dilakukan dalam kondisi serba terbatas.

“Biasanya tiap tahun ada gong, tapi tahun ini tidak ada. Yang datang ke klenteng juga sedikit. Ya memang jauh lebih sepi. Tapi ambil hikmahnya saja.

Ini jadi momen untuk merenung, momen untuk beribadah dengan lebih khidmat dan khusyuk. Karena suasanya memang sangat hening,” katanya.

Sementara itu Wakil Ketua TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetia mengatakan, pihaknya tidak melarang umat beribadah.

Hanya saja pengurus melakukan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sejak jauh-jauh hari, pengurus juga telah menghimbau agar umat lebih baik melakukan ibadah dari rumah saja.

“Ini juga sudah berdasar imbauan dari pemerintah daerah dan kepolisian. Kalau memang ada yang mau ibadah, tentu harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat,” kata Gunadi.

Pada tahun Kerbau Emas ini, Gunadi mengatakan masyarakat harus bekerja keras. Sebab kerbau melambangkan pekerja beras.

Hal itu dibutuhkan, karena masyarakat sudah melalui masa-masa sulit pada tahun tikus yang lalu. Pandemi covid-19 membuat sektor ekonomi luluh lantak.

Berdasar tradisi ciam si (ramalan kuno), sisa kesulitan dari tahun tikus lalu, masih akan muncul. “Sisa-sisanya masih ada. Maka ini harus dihadapi dengan kerja keras dan disiplin yang tinggi.

Berusaha dan fokus melakukan dengan semangat pantang menyerah, maka keadaan pasti akan membaik,” tukas Gunadi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/