RadarBali.com – Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menjalin kerja sama di bidang pertanian.
Pemkab Buleleng akan menggunakan beberapa teknologi Batan untuk meningkatkan produktifitas pertanian dan memperluas pangsa pasar produk pertanian di Kabupaten Buleleng.
Penandatanganan kerjasama itu dilangsungkan di halaman Rumah Jabatan Bupati Buleleng, Jumat (11/8) malam lalu.
Penandatanganan dilakukan di sela-sela rangkaian acara symposium internasional yang digelar oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti).
Jalinan kerja sama ini disebut sebagai tindak lanjut dari kunjungan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana ke Batan, dua bulan lalu.
Setelah melalui proses diskusi panjang, akhirnya disepakati menjalani kerjasama aplikatif yang berdampak pada peningkatan komoditi produk pertanian, utamanya buah-buahan.
Kepala Batan Prof Dr Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan, saat ini Batan memiliki teknologi yang bernama irradiator gamma.
Teknologi ini bisa membasmi hama pada buah-buahan. Jenis teknologi ini disebut aman dan sudah lazim digunakan di berbagai negara.
Saat ini teknologi itu sudah dibangun di Serpong, Tangerang. “Teknologi ini bisa digunakan dan bisa dimanfaatkan. Bisa jadi teknologi tersebut bisa dibangun di Buleleng. Teknologinya bagus, misalnya untuk ekspor buah ataupun domestik,” jelasnya.
Menurut Djarot, Batan memiliki banyak teknologi aplikatif di bidang pertanian. Salah satunya varietas padi unggul yang produktivitasnya cukup tinggi.
Selain itu ada teknologi radiasi yang sangat aman, sehingga buah menjadi tahan lama tanpa pengaruh bahan pengawet.
Buah lokal Buleleng pun bisa masuk pasar ekspor, karena mampu bertahan saat proses pengiriman.
“Jika dimanfaatkan dengan baik, teknologi nuklir ini sangat aplikatif kok. Sangat aman. Nanti kami bantu Buleleng mengembangkan pertanian lewat teknologi ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, pihaknya sudah melihat secara langsung proses pemanfaatan nuklir untuk kesehatan dan pertanian.
Awalnya ia merasa ragu dengan teknologi ini, karena stereotype yang terlanjur negatif. Setelah melihat langsung dan melihat hasil penelitian, mulai pra hingga pasca, ia memahami bahwa pemanfaatan teknologi dapat dilakukan.
“Paling penting teknologi irradiator gamma ini. Sekarang kan baru ada satu di Tangerang. Kami berusaha lobi, biar bisa dibangun di Buleleng satu lagi,” demikian Agus.