25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 3:38 AM WIB

Abaikan Fatwa MUI, Penolakan Vaksin MR Masih Berlanjut

NEGARA – Meski sudah ada keputusan mengenai vaksin measles rubella (MR) dari MUI dengan nomor 33 Tahun 2018, bahwa vaksin boleh digunakan, ternyata masih ada penolakan.

Penolakan warga terkait program vaksin inipun berlanjut. 

Namun penolakan tidak sebanyak sebelum ada fatwa, karena itu dinas kesehatan Jembrana melakukan sosialisasi lagi terutama ke sekolah-sekolah yang sebelumnya menolak.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana Gusti Bagus Ketut Oka Parwata mengatakan, pihaknya masih melakukan proses sosialisasi ulang mengenai vaksin MR ini ke sejumlah sekolah di Jembrana.

“Memang masih ada beberapa individu yang menolak,” ungkapnya, Sabtu (22/9)

Namun dibandingkan dengan sosialisasi sebelumnya, sudah ada beberapa sekolah yang menerima vaksin MR.

Terutama setelah ada keluar fatwa vaksin MR boleh digunakan oleh masyarakat. Bahkan ada sekolah yang langsung minta dijadwalkan ulang untuk sosialisasi dan vaksin MR.

Menurutnya, berdasarkan laporan hingga Kamis (20/9) lalu, realisasi vaksin MR di Jembrana sementara masih 85 persen.

Kendala tidak tercapainya target ini karena sekitar 20 persen dari target sasaran yang menunda vaksin MR sebelum ada keputusan mengenai boleh tidaknya vaksin MR. Pihaknya mentargetkan hingga akhir bulan ini bisa mencapai 95 persen lebih doi Jembrana.

Parwata mengimbau masyarakat, terutama sekolah yang sebelumnya menunda vaksin MR agar ikut mendukung dan menjaga Jembrana dari bahaya virus MR, dengan mengajak putra putrinya untuk imunisasi MR ke pos-pos pelayanan yang tersedia.

Mengenai virus ini, jika tidak segera mendapat vaksin maka bisa terjadi wabah campak dan generasi berikutnya akan muncul putra putri denga kecacatan bawaan, kalau orang tuanya terkena virus rubella dan tidak ada obatnya.

“Hanya bisa dicegah dg imunisasi MR,” terangnya.

Sebelumnya, vaksin MR di Jembrana masih menjadi kontroversi.

Bahkan sejumlah sekolah menolak imunisasi dengan alasan vaksin belum ada label dari MUI, sehingga masih diragukan.

Namun demikian, meski ada penolakan tersebut dinas kesehatan tetap melaksanakan imunisasi di sejumlah sekolah yang menerima.

Kampanye dan imunisasi MR ke seluruh sekolah mulai tingkat PAUD, TK, SD hingga SMP atau sederajat se- Jembrana melalui Puskesmas masing-masing kecamatan.

Kampanye imunisasi yang dimulai bulan Juli lalu hingga bulan September.

NEGARA – Meski sudah ada keputusan mengenai vaksin measles rubella (MR) dari MUI dengan nomor 33 Tahun 2018, bahwa vaksin boleh digunakan, ternyata masih ada penolakan.

Penolakan warga terkait program vaksin inipun berlanjut. 

Namun penolakan tidak sebanyak sebelum ada fatwa, karena itu dinas kesehatan Jembrana melakukan sosialisasi lagi terutama ke sekolah-sekolah yang sebelumnya menolak.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana Gusti Bagus Ketut Oka Parwata mengatakan, pihaknya masih melakukan proses sosialisasi ulang mengenai vaksin MR ini ke sejumlah sekolah di Jembrana.

“Memang masih ada beberapa individu yang menolak,” ungkapnya, Sabtu (22/9)

Namun dibandingkan dengan sosialisasi sebelumnya, sudah ada beberapa sekolah yang menerima vaksin MR.

Terutama setelah ada keluar fatwa vaksin MR boleh digunakan oleh masyarakat. Bahkan ada sekolah yang langsung minta dijadwalkan ulang untuk sosialisasi dan vaksin MR.

Menurutnya, berdasarkan laporan hingga Kamis (20/9) lalu, realisasi vaksin MR di Jembrana sementara masih 85 persen.

Kendala tidak tercapainya target ini karena sekitar 20 persen dari target sasaran yang menunda vaksin MR sebelum ada keputusan mengenai boleh tidaknya vaksin MR. Pihaknya mentargetkan hingga akhir bulan ini bisa mencapai 95 persen lebih doi Jembrana.

Parwata mengimbau masyarakat, terutama sekolah yang sebelumnya menunda vaksin MR agar ikut mendukung dan menjaga Jembrana dari bahaya virus MR, dengan mengajak putra putrinya untuk imunisasi MR ke pos-pos pelayanan yang tersedia.

Mengenai virus ini, jika tidak segera mendapat vaksin maka bisa terjadi wabah campak dan generasi berikutnya akan muncul putra putri denga kecacatan bawaan, kalau orang tuanya terkena virus rubella dan tidak ada obatnya.

“Hanya bisa dicegah dg imunisasi MR,” terangnya.

Sebelumnya, vaksin MR di Jembrana masih menjadi kontroversi.

Bahkan sejumlah sekolah menolak imunisasi dengan alasan vaksin belum ada label dari MUI, sehingga masih diragukan.

Namun demikian, meski ada penolakan tersebut dinas kesehatan tetap melaksanakan imunisasi di sejumlah sekolah yang menerima.

Kampanye dan imunisasi MR ke seluruh sekolah mulai tingkat PAUD, TK, SD hingga SMP atau sederajat se- Jembrana melalui Puskesmas masing-masing kecamatan.

Kampanye imunisasi yang dimulai bulan Juli lalu hingga bulan September.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/