TABANAN – Dunia pendidikan Tabanan kembali tercoreng akibat ulah seorang pelatih yang melakukan aksi penamparan terhadap seorang siswa SMP Negeri di Tabanan dalam Latihan Kegiatan Baris Berbaris (LKBB) Sabtu lalu (22/9).
Video berdurasi sekitar 10 detik terlihat jelas bagaimana seorang pelatih mengenakan baju berwarna hitam memakai topi dan berkacamata menampar dua orang siswa yang berada di dalam kelas yang disaksikan oleh siswa lainnya.
Video aksi penamparan yang dilakukan seorang pelatih tersebut viral dan beredar luas di dunia maya media sosial.
Video tersebut tidak hanya viral di media sosial di Tabanan tetapi juga viral di media sosial luar Tabanan. Misalnya di akun instragram milik tabanan_update berbagai komentar yang dilontarkan warganet.
Kepala Sekolah SMPN 1 Kediri Sagung Raka Suartini membenarkan kejadian tersebut terjadi di sekolahnya.
Insiden itu dialami para siswa yang duduk di kelas VIII, Sabtu pagi lalu (22/9) dalam latihan kegiatan baris berbaris (LKBB) guna persiapan perlombaan LKBB di tingkat Kabupaten Tabanan.
“Sebanyak 25 orang siswa mengikuti kegiatan tersebut, karena hampir setiap tahun perlombaan itu kami ikuti,” kata Suartini
Suartini menjelaskan pelatih tersebut bukan seorang guru yang mengajar di SMPN 1 Kediri. Tetapi seorang mantan paskibra bernama Eka Sugiarto yang ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengajarkan LKBB.
“Saat LKBB siswa memang disarankan untuk membawa handphone oleh pelatihnya. Dengan maksud agar siswa dapat merekam segala teknik dan gerak LKBB. Kemudian dibagikan kepada siswa lainnya,” terang Suartini.
Lanjutnya, saat berlangsung LKBB pelatih atas nama Eka Sugiarto menyuruh siswa untuk maju ke depan kelas mempertunjukkan teknik cara baris berbaris yang benar.
Saat menunjukkan LKBB, mungkin karena gerakan yang salah yang dilakukan siswa membuat Eko menjatuhkan hukuman disiplin.
Sebelumnya, memang ada kesepakatan antara siswa dan pelatih. Jika tidak dapat menunjukkan gerakan LKBB, ada dua pilihan hukuman. Ditampar atau pushup 100 kali.
Dan, sebanyak 25 anak menjawab siap ditampar jika melakukan kesalahan. Akhirnya hukuman yang diberikan dengan cara ditampar.
“Peristiwa ini sudah kami tanya kepada siswa kelas VIII yang mengikuti LKBB. Karena takut kejadian ini ada yang membuat sakit siswa atau bagian pipi siswa sakit. Namun, tidak ada siswa yang merasa sakit,” jelasnya.
Dengan kejadian ini pihak sekolah meminta maaf kepada orang tua siswa dan masyarakat Tabanan. Peristiwa seperti ini menjadi pengalaman buat sekolah dan diharapkan tidak terulang lagi.
“Kami juga sudah memanggil pelatih LKBB agar tidak menghukum siswa kembali dengan kekerasan fisik. Tetapi menghukum siswa dengan cara mendidik,” tandasnya.