29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:34 AM WIB

Tak Tersentuh Bedah Rumah, Belasan Tahun Keluarga Ini Tinggal di Gubuk

GEROKGAK – Ternyata masih banyak warga Buleleng yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi itulah yang sedangkan menimpa

pasangan suami dan istri (pasutri) I Kadek Sudarma, 45, dan Kadek Ariani, 40, warga Banjar Dinas Gandongan Timur, Desa Tukad Sumaga, Gerokgak.

Sejak menikah dan dikarunia seorang anak laki-laki, Kadek Sudarma dan Ni Kadek Ariani hidup di gubuk rumah bambu dengan lantai dari tanah.

Sementara atap rumah terbuat dari daun kelapa ukuran 7 x 4 meter. Sungguh sangat memperihatinkan kehidupan mereka. Kadek Sudarma bekerja sebagai buruh tani.

Sementara istrinya sebagai ibu rumah tangga. Beberapa kali dia mengusulkan akan mendapat program bedah rumah dari pemerintah desa. Namun, tidak kunjung ada respons dan jawaban.

Melihat kondisi gubuk rumah bambu yang ditempati pasutri ini tidaklah nyaman. Rumahnya sangat sempit. Tidak ada ruang bercengkerama bahkan nyaris tidak ada barang berharga.

Di kamar rumah bambu Kadek Sudarma dan Kadek Ariani tampak dilengkapi dengan kasur kempis pemberian tetangga menjadi tempat tidur paling nyaman buat mereka.

Lubang-lubang menganga dari atap rumah. “Jika hujan, air masuk dari berbagai sisi. Mulai dari atap, dinding, hingga dari amper, karena terbuat dari atap daun kelapa,” paparnya.

Kadek Sudarma mengatakan, sekitar 15 tahun lebih dirinya harus tinggal di gubuk bambu. Saat hujan turun, rumah itu tidak bisa ditempati. Karena mengalami bocor.

“Basah semua kalau hujan turun,” ucap Kadek Sudarma. Meski hidup miskin selama belasan tahun, pasutri itu tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.

Bantuan raskin hanya menjadi cerita tetangga. Mereka tidak pernah mencicipi. Kemudian, jaminan kesehatan gratis juga tidak pernah menyentuh keluarga miskin ini.

Program keluarga harapan (PKH) yang menjadi andalan pemerintah pusat juga tidak pernah menyentuh. Seperti bedah rumah.

“Saya berharap pemerintah mau membatu dengan memberikan bantuan bedah rumah,” tandasnya. 

GEROKGAK – Ternyata masih banyak warga Buleleng yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi itulah yang sedangkan menimpa

pasangan suami dan istri (pasutri) I Kadek Sudarma, 45, dan Kadek Ariani, 40, warga Banjar Dinas Gandongan Timur, Desa Tukad Sumaga, Gerokgak.

Sejak menikah dan dikarunia seorang anak laki-laki, Kadek Sudarma dan Ni Kadek Ariani hidup di gubuk rumah bambu dengan lantai dari tanah.

Sementara atap rumah terbuat dari daun kelapa ukuran 7 x 4 meter. Sungguh sangat memperihatinkan kehidupan mereka. Kadek Sudarma bekerja sebagai buruh tani.

Sementara istrinya sebagai ibu rumah tangga. Beberapa kali dia mengusulkan akan mendapat program bedah rumah dari pemerintah desa. Namun, tidak kunjung ada respons dan jawaban.

Melihat kondisi gubuk rumah bambu yang ditempati pasutri ini tidaklah nyaman. Rumahnya sangat sempit. Tidak ada ruang bercengkerama bahkan nyaris tidak ada barang berharga.

Di kamar rumah bambu Kadek Sudarma dan Kadek Ariani tampak dilengkapi dengan kasur kempis pemberian tetangga menjadi tempat tidur paling nyaman buat mereka.

Lubang-lubang menganga dari atap rumah. “Jika hujan, air masuk dari berbagai sisi. Mulai dari atap, dinding, hingga dari amper, karena terbuat dari atap daun kelapa,” paparnya.

Kadek Sudarma mengatakan, sekitar 15 tahun lebih dirinya harus tinggal di gubuk bambu. Saat hujan turun, rumah itu tidak bisa ditempati. Karena mengalami bocor.

“Basah semua kalau hujan turun,” ucap Kadek Sudarma. Meski hidup miskin selama belasan tahun, pasutri itu tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.

Bantuan raskin hanya menjadi cerita tetangga. Mereka tidak pernah mencicipi. Kemudian, jaminan kesehatan gratis juga tidak pernah menyentuh keluarga miskin ini.

Program keluarga harapan (PKH) yang menjadi andalan pemerintah pusat juga tidak pernah menyentuh. Seperti bedah rumah.

“Saya berharap pemerintah mau membatu dengan memberikan bantuan bedah rumah,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/