31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:18 AM WIB

Digempur Ombak, Jembrana Tidak Kebagian Anggaran Penanganan Abrasi

NEGARA – Harapan masyarakat pesisir Jembrana ada program pembuatan senderan pantai untuk menahan abrasi pupus.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tahun 2019 ini tidak mengalokasikan anggaran untuk membuat senderan pantai untuk menahan abrasi.

Padahal, berdasar data Dinas Pekerjaan Umum Jembrana, abrasi pantai di sepanjang pantai Jembrana sekitar 76 kilometer dari Desa Pengragoan hingga Kelurahan Gilimanuk, sekitar 30 kilometer lebih di 22 titik kritis pantai sudah kritis.

Abrasi terparah di Pantai Pebuahan dan Pantai Gilimanuk. Abrasi di pantai ini sudah membuat puluhan rumah warga hancur.

Sehingga, Pantai Pebuahan sekitar 2,2 kilometer kritis dan perlu penanganan cepat agar abrasi segera teratasi sehingga tidak merusak pemukiman warga.

Berkurangnya daratan akibat abrasi di Pantai Pebuahan ini sekitar 3 meter setiap tahun. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman Jembrana

I Wayan Darwin mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan kepada pusat agar beberapa titik pantai yang abrasi mendapat bantuan senderan pantai.

Namun ternyata, untuk tahun 2019 ini tidak ada alokasi anggaran untuk pembuatan senderan pantai Jembrana.

“Tahun ini tidak dapat, wilayah pantai Bali hanya Buleleng yang dapat,” jelasnya. Menurutnya, pembuatan senderan abrasi dengan membuat tanggul memerlukan anggaran cukup besar.

Sehingga, pemerintah pusat harus membagi anggaran untuk wilayah yang terdampak abrasi. “Mungkin karena keterbatasan anggaran,” terangnya.

Darwin menambahkan, mengatasi abrasi dengan senderan memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya, pantai tidak akan tergerus abrasi lagi karena tertahan armor atau batu-batu berukuran besar.

Namun dampak negatifnya, armor yang biayanya mahal dan merusak lingkungan karena memerlukan batu yang besar yang saat ini sulit didapat.

Sehingga salah satu solusi yang saat ini tengah uji coba adalah geotextile tube yang sudah terpasang di empat titik abrasi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru.

Empat buah empat geotextile tube dipasang sekitar 20 meter dari geris pantai sejak 2018 tersebut, sudah ada hasil.

Terlihat garis pantai sudah ada perbedaan, antara yang terpasang geotextile tube dan tidak dipasang. Menurutnya, geotextile tube tersebut untuk mengumpulkan pasir ke pesisir pantai.

Semakin banyak pasir yang terkumpul di pantai, sehingga daratan tidak lagi tergerus abrasi. “Sudah ada hasil. Jadi, nantinya akan menjadi solusi menanggulangi abrasi,” terangnya.

Karena itu, pihaknya berharap masyarakat untuk ikut membantu menjaga geotextile tube yang telah dipasang.

Karena berbahan geotextile yang diisi dengan angin sangat rawan rusak jika digunakan untuk menambatkan perahu atau tergores benda tajam.

NEGARA – Harapan masyarakat pesisir Jembrana ada program pembuatan senderan pantai untuk menahan abrasi pupus.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), tahun 2019 ini tidak mengalokasikan anggaran untuk membuat senderan pantai untuk menahan abrasi.

Padahal, berdasar data Dinas Pekerjaan Umum Jembrana, abrasi pantai di sepanjang pantai Jembrana sekitar 76 kilometer dari Desa Pengragoan hingga Kelurahan Gilimanuk, sekitar 30 kilometer lebih di 22 titik kritis pantai sudah kritis.

Abrasi terparah di Pantai Pebuahan dan Pantai Gilimanuk. Abrasi di pantai ini sudah membuat puluhan rumah warga hancur.

Sehingga, Pantai Pebuahan sekitar 2,2 kilometer kritis dan perlu penanganan cepat agar abrasi segera teratasi sehingga tidak merusak pemukiman warga.

Berkurangnya daratan akibat abrasi di Pantai Pebuahan ini sekitar 3 meter setiap tahun. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman Jembrana

I Wayan Darwin mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan kepada pusat agar beberapa titik pantai yang abrasi mendapat bantuan senderan pantai.

Namun ternyata, untuk tahun 2019 ini tidak ada alokasi anggaran untuk pembuatan senderan pantai Jembrana.

“Tahun ini tidak dapat, wilayah pantai Bali hanya Buleleng yang dapat,” jelasnya. Menurutnya, pembuatan senderan abrasi dengan membuat tanggul memerlukan anggaran cukup besar.

Sehingga, pemerintah pusat harus membagi anggaran untuk wilayah yang terdampak abrasi. “Mungkin karena keterbatasan anggaran,” terangnya.

Darwin menambahkan, mengatasi abrasi dengan senderan memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya, pantai tidak akan tergerus abrasi lagi karena tertahan armor atau batu-batu berukuran besar.

Namun dampak negatifnya, armor yang biayanya mahal dan merusak lingkungan karena memerlukan batu yang besar yang saat ini sulit didapat.

Sehingga salah satu solusi yang saat ini tengah uji coba adalah geotextile tube yang sudah terpasang di empat titik abrasi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru.

Empat buah empat geotextile tube dipasang sekitar 20 meter dari geris pantai sejak 2018 tersebut, sudah ada hasil.

Terlihat garis pantai sudah ada perbedaan, antara yang terpasang geotextile tube dan tidak dipasang. Menurutnya, geotextile tube tersebut untuk mengumpulkan pasir ke pesisir pantai.

Semakin banyak pasir yang terkumpul di pantai, sehingga daratan tidak lagi tergerus abrasi. “Sudah ada hasil. Jadi, nantinya akan menjadi solusi menanggulangi abrasi,” terangnya.

Karena itu, pihaknya berharap masyarakat untuk ikut membantu menjaga geotextile tube yang telah dipasang.

Karena berbahan geotextile yang diisi dengan angin sangat rawan rusak jika digunakan untuk menambatkan perahu atau tergores benda tajam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/