NEGARA- Meski pengamanan Pelabuhan Gilimanuk super ketat, masih ada yang berupaya menyelinap menghindari petugas. Seperti yang dilakukan delapan orang yang akan keluar Bali. Mereka bersembunyi di bak truk untuk menghindari petugas. Delapan anak jalanan ini, selain tidak memiliki uang juga tidak memiliki identitas lengkap.
Terungkapnya delapan anak jalanan ini berawal dari informasi masyarakat bahwa ada orang yang akan menyeberang ke pulau Jawa dengan memaksa menumpang di truk.
Petugas dari TNI AL bersama anggota polsek kawasan laut Gilimanuk, kemudian memeriksa bak truk warna hijau tersebut di terminal manuver sebelum pintu loket Pelabuhan Gilimanuk.
Danposal Gilimanuk Kapten Laut (P) Ajat Sudrajat saat dikonfirmasi membenarkan bahwa ada delapan anak yang diketahui bersembunyi dalam bak truk yang akan menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang.
Setelah dipaksa turun dari truk, ternyata tidak ada yang memiliki identitas. Bahkan delapan anak jalanan ini tidak memiliki uang, sehingga memaksa sopir truk untuk membawa mereka keluar Bali. “Anggota kami membelikan nasi buat mereka, karena mengakunya belum makan dan tidak punya uang,” jelasnya.
Karena dari pemeriksaan tidak memiliki identitas dan syarat-syarat yang ditentukan untuk menyeberang, petugas akhirnya menyeberangkan ke wilayah Jawa. Karena dari pengakuan delapan anak yang tubuhnya dipenuhi tato ini berasal dari sejumlah daerah di pulau Jawa. Selama ini, mereka mengaku tinggal di Bali dengan hidup menggelandang.
Keputusan untuk menyeberangkan delapan anak jalanan ke Jawa, setelah hasil koordinasi dengan stakeholder terkait. Akhirnya, diputuskan dengan menitipkan ke kapal yang akan ke Jawa, dengan catatan mereka tidak berulah saat menyeberang. “Keputusan untuk menyeberangkan keputusan bersama seluruh stakeholder, pihak kapal juga kami tembuskan,” terangnya.
Ajat menambahkan, pihaknya sebagai pendukung pengamanan di Pelabuhan Gilimanuk akan melakukan pemeriksaan secara mendetail baik yang masuk dan keluar Bali. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi masuknya barang atau orang yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di Bali.