27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:11 AM WIB

Longsor di Luwus, Tabanan, Akses Jalan Desa Lumpuh

TABANAN – Dampak bencana masih bermunculan. Data terbaru tanah longsor berada di wilayah Desa Luwus, Baturiti, Tabanan, material longsoran tanah menutupi jalan desa yang menghubungkan dua Banjar Dinas Punjuan dan Palian.

Akibat longsoran tanah tersebut warga harus mengambil jalan alternatif. Selasa, (18/10) di lokasi kejadian warga masih secara swadaya bersama aparat kepolisian Polsek Baturiti, Danramil Baturiti melakukan proses penanganan pembersihan material longsoran tanah serta pohon yang tumbang. Bahkan di lokasi tanah longsor sudah tampak terlihat alat berat diturunkan.

Perbekel Desa Luwus I Nyoman Gede Oka Giri Antara yang ditemui di lokasi mendampingi Bupati Tabanan yang turun meninjau lokasi longsor tersebut mengatakan kondisi jalan desa penghubung dua Banjar Punjuan dan Palian alami kerusakan parah.

Guguran dari material longsor sepanjang 100 meter menutupi jalan desa. Longsoran tanah ini juga menutupi saluran air subak di Desa Luwus, yang imbas juga berdampak terhadap saluran air subak ke wilayah Badung dan Denpasar.

“Kejadian longsor ini tadi pagi terjadi, bukan hanya material longsor saja, tetapi juga di lokasi ada pohon tumbang,” tutur Perbekel Luwus.

Akses dua banjar yang tertutup longsoran tanah ini, terpaksa warga harus mengambil jalan alternatif. Sementara untuk saluran air subak belum berfungsi masih dalam penanganan, mengingat tumpukan material longsoran terlalu banyak. “Syukur masyarakat kami semangat melakukan gotong, akses jalan alternatif dibersihkan agar bisa menuju ke lokasi dua Banjar Dinas tersebut,” jelasnya.

Saat evakuasi penanganan di lakukan warga terkendala mesin pemotong berapa senso, karena di lokasi ada pohon besar yang tumbang. Alat mesin senso ini pihaknya sangat butuhkan.

Untuk lokasi longsor di Desa Luwus sendiri terpantau berada di 11 titik. Terparah jalan penghubung dua Banjar Dinas Punjuan dan Palian. Termasuk juga daerah Luwus menuju Petang Badung yang juga alami longsor dan bendungan Pame Palian yang rusak akibat derasnya air hujan.

Sementara itu Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya yang turun ke lokasi menjelaskan laporan wilayah Tabanan yang terkena bencana alam cukup luas. Bahkan sampai dengan hari ini masih terjadi bencana alam.

“Kami sudah minta Camat, Perbekel, Bendesa Adat, dan Forkompinda untuk terus melakukan update data laporan bencana agar bisa diinventarisir,” ungkapnya.Sehingga mana saja lokasi-lokasi penanganan bencana alam yang skala prioritas harus dilakukan terlebih dahulu. Karena tidak mungkin semua penanganan bencana dapat dilakukan, mengingat keterbatasan alat berat dan petugas.

“Kami harus urai dan membagikan petugas, agar penanganan bencana dapat dilakukan. Syukurnya juga masyarakat ikut membantu dan kompak melakukan penanganan bencana,” ujarnya.

Disinggung soal anggaran bencana alam yang disiapkan Pemkab Tabanan. Bupati Tabanan menyebut sekitar Rp 7 miliar pihaknya siapkan. Bahkan ada penambahan anggaran nanti juga di APBD perubahan untuk bencana.

Anggaran sebesar Rp 7 miliar ini bersumber dari APBD induk 2022. Nantinya anggaran akan digunakan terlebih dahulu pada skala prioritas. Seperti infrastruktur jalan penghubung yang rusak. Agar akses ekonomi masyarakat berjalan dan akses sekolah dapat dilalui. “Baru ke perbaikan parahyangan (pura), subak saluran irigasi pertanian dan lainnya,” terangnya.

Dia menambahkan kondisi hujan yang terus menerus terjadi sudah terpantau beberapa titik rawan longsor di Tabanan dan ini sudah pihaknya petakan. Seperti Kecamatan paling barat, Pupuan, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur wilayah rawan longsor. Kemudian Penebel, Baturit dan Marga sudah terpantau rawan longsor. Kecamatan-kecamatan ini berada di daerah hulu Tabanan,  karena lokasi geografis permukiman warga berada di lereng Gunung Batukaru dan daerah perbukitan. “Yang belum melaporkan titik rawan longsor hanya kecamatan Kota Tabanan dan Kerambitan, namun rawan banjir,” pungkasnya. (juliadi/radar bali)

 

TABANAN – Dampak bencana masih bermunculan. Data terbaru tanah longsor berada di wilayah Desa Luwus, Baturiti, Tabanan, material longsoran tanah menutupi jalan desa yang menghubungkan dua Banjar Dinas Punjuan dan Palian.

Akibat longsoran tanah tersebut warga harus mengambil jalan alternatif. Selasa, (18/10) di lokasi kejadian warga masih secara swadaya bersama aparat kepolisian Polsek Baturiti, Danramil Baturiti melakukan proses penanganan pembersihan material longsoran tanah serta pohon yang tumbang. Bahkan di lokasi tanah longsor sudah tampak terlihat alat berat diturunkan.

Perbekel Desa Luwus I Nyoman Gede Oka Giri Antara yang ditemui di lokasi mendampingi Bupati Tabanan yang turun meninjau lokasi longsor tersebut mengatakan kondisi jalan desa penghubung dua Banjar Punjuan dan Palian alami kerusakan parah.

Guguran dari material longsor sepanjang 100 meter menutupi jalan desa. Longsoran tanah ini juga menutupi saluran air subak di Desa Luwus, yang imbas juga berdampak terhadap saluran air subak ke wilayah Badung dan Denpasar.

“Kejadian longsor ini tadi pagi terjadi, bukan hanya material longsor saja, tetapi juga di lokasi ada pohon tumbang,” tutur Perbekel Luwus.

Akses dua banjar yang tertutup longsoran tanah ini, terpaksa warga harus mengambil jalan alternatif. Sementara untuk saluran air subak belum berfungsi masih dalam penanganan, mengingat tumpukan material longsoran terlalu banyak. “Syukur masyarakat kami semangat melakukan gotong, akses jalan alternatif dibersihkan agar bisa menuju ke lokasi dua Banjar Dinas tersebut,” jelasnya.

Saat evakuasi penanganan di lakukan warga terkendala mesin pemotong berapa senso, karena di lokasi ada pohon besar yang tumbang. Alat mesin senso ini pihaknya sangat butuhkan.

Untuk lokasi longsor di Desa Luwus sendiri terpantau berada di 11 titik. Terparah jalan penghubung dua Banjar Dinas Punjuan dan Palian. Termasuk juga daerah Luwus menuju Petang Badung yang juga alami longsor dan bendungan Pame Palian yang rusak akibat derasnya air hujan.

Sementara itu Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya yang turun ke lokasi menjelaskan laporan wilayah Tabanan yang terkena bencana alam cukup luas. Bahkan sampai dengan hari ini masih terjadi bencana alam.

“Kami sudah minta Camat, Perbekel, Bendesa Adat, dan Forkompinda untuk terus melakukan update data laporan bencana agar bisa diinventarisir,” ungkapnya.Sehingga mana saja lokasi-lokasi penanganan bencana alam yang skala prioritas harus dilakukan terlebih dahulu. Karena tidak mungkin semua penanganan bencana dapat dilakukan, mengingat keterbatasan alat berat dan petugas.

“Kami harus urai dan membagikan petugas, agar penanganan bencana dapat dilakukan. Syukurnya juga masyarakat ikut membantu dan kompak melakukan penanganan bencana,” ujarnya.

Disinggung soal anggaran bencana alam yang disiapkan Pemkab Tabanan. Bupati Tabanan menyebut sekitar Rp 7 miliar pihaknya siapkan. Bahkan ada penambahan anggaran nanti juga di APBD perubahan untuk bencana.

Anggaran sebesar Rp 7 miliar ini bersumber dari APBD induk 2022. Nantinya anggaran akan digunakan terlebih dahulu pada skala prioritas. Seperti infrastruktur jalan penghubung yang rusak. Agar akses ekonomi masyarakat berjalan dan akses sekolah dapat dilalui. “Baru ke perbaikan parahyangan (pura), subak saluran irigasi pertanian dan lainnya,” terangnya.

Dia menambahkan kondisi hujan yang terus menerus terjadi sudah terpantau beberapa titik rawan longsor di Tabanan dan ini sudah pihaknya petakan. Seperti Kecamatan paling barat, Pupuan, Selemadeg Barat, Selemadeg Timur wilayah rawan longsor. Kemudian Penebel, Baturit dan Marga sudah terpantau rawan longsor. Kecamatan-kecamatan ini berada di daerah hulu Tabanan,  karena lokasi geografis permukiman warga berada di lereng Gunung Batukaru dan daerah perbukitan. “Yang belum melaporkan titik rawan longsor hanya kecamatan Kota Tabanan dan Kerambitan, namun rawan banjir,” pungkasnya. (juliadi/radar bali)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/