26.7 C
Jakarta
12 September 2024, 20:24 PM WIB

Puluhan Desa di Buleleng Rawan Kekeringan, Ini Kata BPBD

SINGARAJA– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng mulai memetakan desa yang rawan kekeringan. Terlebih sudah hampir dua bulan hujan tak menetes di Bali Utara. Sehingga beberapa desa pun mulai terancam kekeringan.

 

Dari hasil pemetaan BPBD Buleleng, kini ada 19 desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Desa-desa tersebut ada di wilayah dataran tinggi. Warga kesulitan mengakses air bersih karena debit air juga mengalami penurunan.

 

Di Kecamatan Banjar, tercatat ada enam desa yang rawan kekeringan. Yakni Desa Cempaga, Tigawasa, Sidatapa, Pedawa, Tampekan, dan Kaliasem. Sementara di Kecamatan Tejakula ada Desa Tembok, Sambirenteng, Pacung, Penuktukan, dan Madenan.

 

Di Kecamatan Kubutambahan tercatat Desa Bukti dan Bengkala berpotensi alami kesulitan air bersih. Sedangkan desa-desa lainnya adalah Desa Sawan di Kecamatan Sawan, Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu, Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt, serta Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak.

 

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pemetaan itu mulai dilakukan sebulan lalu. “Kami siapkan langkah mitigasi. Jadi kalau suplai air mulai menipis, kami segera mengerahkan truk tangki ke lokasi,” katanya.

 

Ariadi mengaku dirinya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Denpasar. Dari prakiraan cuaca, kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Puncak musim kemarau diprediksi jatuh pada September nanti.

 

Mengantisipasi hal tersebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah instansi. Di antaranya Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng serta Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Buleleng. “Kami juga sudah koordinasi dengan BPBD provinsi. Apabila dibutuhkan dari provinsi siap membantu armada,” imbuhnya.

 

Meskipun demikian, warga Buleleng di desa rawan kekeringan dihimbau untuk bijak memakai air. Warga disarankan mulai memikirkan untuk membuat tempat penampungan air skala rumah tangga. Sehingga cadangan air bersih dapat digunakan saat situasi puncak musim kemarau. (eps)

 

SINGARAJA– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng mulai memetakan desa yang rawan kekeringan. Terlebih sudah hampir dua bulan hujan tak menetes di Bali Utara. Sehingga beberapa desa pun mulai terancam kekeringan.

 

Dari hasil pemetaan BPBD Buleleng, kini ada 19 desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Desa-desa tersebut ada di wilayah dataran tinggi. Warga kesulitan mengakses air bersih karena debit air juga mengalami penurunan.

 

Di Kecamatan Banjar, tercatat ada enam desa yang rawan kekeringan. Yakni Desa Cempaga, Tigawasa, Sidatapa, Pedawa, Tampekan, dan Kaliasem. Sementara di Kecamatan Tejakula ada Desa Tembok, Sambirenteng, Pacung, Penuktukan, dan Madenan.

 

Di Kecamatan Kubutambahan tercatat Desa Bukti dan Bengkala berpotensi alami kesulitan air bersih. Sedangkan desa-desa lainnya adalah Desa Sawan di Kecamatan Sawan, Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu, Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt, serta Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak.

 

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pemetaan itu mulai dilakukan sebulan lalu. “Kami siapkan langkah mitigasi. Jadi kalau suplai air mulai menipis, kami segera mengerahkan truk tangki ke lokasi,” katanya.

 

Ariadi mengaku dirinya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Denpasar. Dari prakiraan cuaca, kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Puncak musim kemarau diprediksi jatuh pada September nanti.

 

Mengantisipasi hal tersebut, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah instansi. Di antaranya Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng serta Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Buleleng. “Kami juga sudah koordinasi dengan BPBD provinsi. Apabila dibutuhkan dari provinsi siap membantu armada,” imbuhnya.

 

Meskipun demikian, warga Buleleng di desa rawan kekeringan dihimbau untuk bijak memakai air. Warga disarankan mulai memikirkan untuk membuat tempat penampungan air skala rumah tangga. Sehingga cadangan air bersih dapat digunakan saat situasi puncak musim kemarau. (eps)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/