GEROKGAK – Peternak di Buleleng menolak opsi penyembelihan bersyarat yang ditawarkan pemerintah. Mereka menilai opsi itu tidak masuk akal. Meski sebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) cukup masif, hingga kini belum ada sapi peternak yang mati akibat PMK. Sehingga opsi penyembelihan bersyarat dianggap tidak masuk akal.
Sejak Kamis (14/7) lalu, pemerintah melakukan sosialisasi penyembelihan bersyarat pada peternak di GOR Pejarakan. Sosialisasi itu melibatkan peternak di lima desa di Kecamatan Gerokgak. Yakni Desa Pengulon, Tinga-Tinga, Gerokgak, Pejarakan, dan Sumberkima. Dalam sosialisasi Kamis lalu, pertemuan dinyatakan deadlock. Sehingga pada Jumat (15/7) siang, Satgas PMK kembali melakukan sosialisasi di sana.
Kali ini sosialisasi dihadiri Ketua Satgas PMK Kabupaten Buleleng Gede Suyasa, Komandan Kodim 1609/Buleleng Letkol Arh Tamaji, dan Kapolres Buleleng AKBP I Made Dhanuardana. Dalam sosialisasi tersebut, Perbekel Tinga-Tinga I Komang Adi Wirawan secara tegas menolak opsi pemotongan bersyarat. Adi mengatakan, dirinya kini memelihara 5 ekor sapi betina. Sapi miliknya pernah menunjukkan gejala yang identik dengan PMK sekitar sebulan lalu. Gejala itu berupa mulut berbusa dan hidung yang lecet.
Kondisi itu dilaporkan pada dokter hewan setempat. Tatkala itu dokter hewan menyuntikkan antibiotik dan vitamin. Adi Wirawan sendiri ikut menyemprotkan eco-enzyme untuk menjaga sanitasi kandang. Sepekan berselang, sapinya kembali sehat. “Makan biasa saja. malah sekitar seminggu lalu, salah satu sapi saya beranak. Sampai hari ini, sapi saya makan dan minum seperti biasa. Sapi tetangga saya juga baru pagi tadi beranak,” katanya.
Ia pun menyatakan menolak opsi penyembelihan bersyarat. Salah satu pertimbangan, sapi-sapi yang ada kini berupa indukan. Selain itu tidak ada kematian yang disebabkan oleh PMK. Sehingga peternak memandang opsi penyembelihan bersyarat bukan hal yang mendesak. “Beda kalau misalnya angka kematian tinggi. Pemerintah tidak perlu repot sosialisasi begini. Peternak pasti minta supaya sapinya dibeli. Ini kan tingkat kematiannya rendah. Seharusnya peternak diberi bantuan vitamin dan antibiotik untuk ternak. Kalau memang wabah ya tingkatkan cakupan vaksinnya,” tegasnya.
Sementara itu Sekkab Buleleng Gede Suyasa mengatakan opsi penyembelihan bersyarat merupakan instruksi dari Kementerian Pertanian dan Satgas PMK Provinsi Bali. Terhadap penolakan peternak, ia mengaku akan melakukan konsultasi lebih lanjut.
Menurutnya penanganan kasus PMK sangat dinamis. Dalam video conference terakhir, Kementerian Pertanian menyanggupi bantuan bibit dan insentif pada peternak yang sapinya disembelih bersyarat. Namun hingga kini belum ada petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis terkait hal tersebut.
Meski begitu, Suyasa menyebut ada beberapa petani yang bersedia menyerahkan sapinya untuk disembelih bersyarat. “Kalau di Lokapaksa sudah klir. Semua disembelih bersyarat. Kalau yang di Gerokgak ada beberapa yang sudah bersedia. Kami harap seiring waktu semakin banyak yang bersedia. Tentu nanti akan ada skema untuk menekan kerugian petani,” demikian Suyasa. (eps)