SINGARAJA– Wisatawan mancanegara asal Benua Eropa mulai berdatangan ke Bali Utara. Gelombang kedatangan wisatawan diprediksi akan dimulai pada bulan April mendatang. Hal itu terjadi, seiring dengan kelonggaran karantina yang diberlakukan pemerintah.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Buleleng mengklaim, saat ini tingkat hunian masih berkisar 0-10 persen. Namun pada April mendatang, sejumlah hotel melaporkan mulai ada booking yang masuk.
“Beberapa hotel di Pemuteran dan sekitarnya sudah menyampaikan ada booking dari Eropa. Khususnya Jerman. Rencananya baru akan masuk bulan April nanti,” kata Ketua PHRI Buleleng, Dewa Ketut Suardipa.
Menurutnya selama ini wisatawan Eropa, merupakan pangsa pasar terbesar pariwisata di Bali Utara. Sebagian besar wisatawan berasal dari Jerman, Belanda, Inggris, serta Prancis. Seiring dengan kelonggaran karantina, ia optimistis wisatawan akan berdatangan.
“Apalagi tempo hari Kementerian Pariwisata sudah komitmen akan menambah 18 negara lagi untuk Visa on Arrival. Bagi kami, ini langkah yang sangat menggembirakan. Mudah-mudahan ini konsisten, tidak ada kebijakan baru lagi yang justru merugikan industri pariwisata,” imbuhnya.
Lebih lanjut Suardipa mengatakan, pihaknya masih berharap ada sejumlah kelonggaran bagi industri pariwisata. Di antaranya kebijakan swab PCR. Saat ini wisatawan mancanegara harus melakukan empat kali PCR. Yakni di negaranya, saat datang ke Bali, hari ketiga tinggal di Bali, dan saat kembali ke negaranya.
Idealnya, wisatawan mancanegara cukup melakukan dua kali tes PCR.
“Kalau sudah dua kali PCR negatif, buat apa PCR lagi. Toh kebijakan pemerintah, yang bisa masuk hanya yang sudah vaksin lengkap. Rata-rata di Eropa bahkan sudah booster. Bagi kami, kalau sudah dua kali negatif, idealnya sudah bisa berwisata lebih leluasa lagi,” jelas Suardipa.
Disamping itu ia berharap agar industri penerbangan semakin tumbuh. Belum lama ini ia sempat berkomunikasi dengan agen perjalanan dari Denmark. Wisatawan asal Denmark, masih belum bisa leluasa datang ke Bali.
“Persoalannya penerbangan masih terbatas. Baru Singapore Airlines dan KLM. Harapannya kan bisa ditambah. Kalau bisa Emirates, masuk lagi. Semakin banyak pilihan penerbangan, tentu semakin tertarik wisatawan datang,” demikian Suardipa.