25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 3:26 AM WIB

Penjualan Rumah Elite Drop, Konsumen Lirik Perumahan Menengah ke Bawah

DENPASAR – DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali memprediksi penjualan perumahan kelas menengah atas masih lesu di tahun 2018 ini.

Ini mengacu pada perekonomian global yang saat ini dipandang stagnan. Ini terjadi mengingat adanya pergeseran market, di mana konsumen lebih melirik perumahan menengah ke bawah untuk dilakukan investasi maupun hunian.

Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura mengungkapkan, saat ini pembelian perumahan menengah ke atas dari kalangan konsumen tersaring.

Pembelian rumah jenis ini lebih banyak dipilih sebagai investasi untuk dijual kembali saat harga rumah merangkak naik.

Dan, sejak tiga tahun lalu, kondisi penjualan perumahan menengah atas terus mengalami penurunan.

“Jika dibanding perumahan segmen menengah ke bawah, untuk penjualan perumahan elite hanya 20 persen,” ujar Pande Agus Permana Wahyu.

Penjualan perumahan saat ini 80 persen didominasi menengah ke bawah. Dan, lebih banyak ada pada rumah bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang dikembangkan di empat kabupaten di Bali.

Pengembangan rumah non subsidi dengan segmen menengah ke bawah lebih banyak berkembang di Kabupaten penunjang seperti Tabanan dan Gianyar.

“Di Tabanan dan Gianyar, konsumen bisa mendapatkan hunian dengan harga jauh lebih murah ketimbang kota Denpasar maupun Badung. Sekitar harga Rp 300 sampai Rp 400 juta,” paparnya.

Harga rumah di kawasan kota Denpasar dan juga Badung masih sangat mahal. Untuk satu unit rumah jenis menengah ke bawah harganya bisa mencapai Rp 700 juta.

Dilihat dari penghasilan masyarakat dengan mengacu pada upah minimum kota (UMK) sekitar Rp 2,3 juta dengan digabungkan penghasilan suami istri tidak akan sanggup membayar cicilan kisaran Rp 6-7 juta per bulan.

“Jadi lebih pilihanya di kota-kota satelit. Selain itu, rumah bersubsidi akan jadi salah satu pilihan yang paling banyak meski jauh dari kota besar,” jelas Pande.

DENPASAR – DPD Real Estate Indonesia (REI) Bali memprediksi penjualan perumahan kelas menengah atas masih lesu di tahun 2018 ini.

Ini mengacu pada perekonomian global yang saat ini dipandang stagnan. Ini terjadi mengingat adanya pergeseran market, di mana konsumen lebih melirik perumahan menengah ke bawah untuk dilakukan investasi maupun hunian.

Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura mengungkapkan, saat ini pembelian perumahan menengah ke atas dari kalangan konsumen tersaring.

Pembelian rumah jenis ini lebih banyak dipilih sebagai investasi untuk dijual kembali saat harga rumah merangkak naik.

Dan, sejak tiga tahun lalu, kondisi penjualan perumahan menengah atas terus mengalami penurunan.

“Jika dibanding perumahan segmen menengah ke bawah, untuk penjualan perumahan elite hanya 20 persen,” ujar Pande Agus Permana Wahyu.

Penjualan perumahan saat ini 80 persen didominasi menengah ke bawah. Dan, lebih banyak ada pada rumah bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang dikembangkan di empat kabupaten di Bali.

Pengembangan rumah non subsidi dengan segmen menengah ke bawah lebih banyak berkembang di Kabupaten penunjang seperti Tabanan dan Gianyar.

“Di Tabanan dan Gianyar, konsumen bisa mendapatkan hunian dengan harga jauh lebih murah ketimbang kota Denpasar maupun Badung. Sekitar harga Rp 300 sampai Rp 400 juta,” paparnya.

Harga rumah di kawasan kota Denpasar dan juga Badung masih sangat mahal. Untuk satu unit rumah jenis menengah ke bawah harganya bisa mencapai Rp 700 juta.

Dilihat dari penghasilan masyarakat dengan mengacu pada upah minimum kota (UMK) sekitar Rp 2,3 juta dengan digabungkan penghasilan suami istri tidak akan sanggup membayar cicilan kisaran Rp 6-7 juta per bulan.

“Jadi lebih pilihanya di kota-kota satelit. Selain itu, rumah bersubsidi akan jadi salah satu pilihan yang paling banyak meski jauh dari kota besar,” jelas Pande.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/