28.3 C
Jakarta
11 Desember 2024, 9:33 AM WIB

Hama Lalat Serang Tanaman Jeruk, Petani Buleleng Terancam Gagal Panen

SUMBERKLAMPOK – Para petani di Banjar Dinas Sumber Batok, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, kini kesulitan menghadapi serangan hama pada tanaman jeruk.

Serangan hama lalat buah terbilang cukup masif dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi petani setempat.

Perkembangan pertanian jeruk di Desa Sumberklampok kini memang cukup menggembirakan. Populasi pohon jeruk terus mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.

Kini lahan perkebunan jeruk menghampar seluas 25 hektare. Tahun ini petani setempat sebenarnya mulai mengalami panen raya.

Hanya saja beberapa petani dibuat gelisah dengan serangan hama lalat buah. Pasalnya lalat buah hampir pasti menyebabkan buah rusak.

Salah seorang petani, Ketut Agus Budiartana mengatakan, tahun ini panen buah juruk memang cukup menggembirakan. Tanaman jeruk petani berbuah lebat.

Saking lebatnya, petani harus menyiangi buah yang tumbuh. Sebab pohon tak kuat menunjang buah yang terlalu lebat.

Hanya saja masih ada kendala berupa hama yang masih jadi tantangan petani. “Kami masih khawatir dengan hama lalat buah.

Ini yang paling sulit dikendalikan. Soalnya kalau lalat ini menyengat buah, sudah hampir pasti buah itu jadi rusak,” kata Agus.

Hal itu pun diamini Ketua Kelompok Tani Ternak Lembu Pertiwi, Made Sudiarta. Menurut Sudiarta, serangan hama lalat buah memang cukup mengkhawatirkan.

Meski belum sampai menyebabkan kerusakan masif, bila dibiarkan ia khawatir serangan akan makin masif. Terlebih dalam dua tahun mendatang petani setempat diprediksi mengalami panen raya.

Selain itu ia juga berharap agar pemerintah bisa membantu petani yang ingin memulai budidaya jeruk.

Selama ini rentang waktu antara awal menanam jeruk hingga panen memakan waktu cukup lama. Pohon jeruk biasanya baru berbuah pada umur empat tahun.

“Belum lagi masalah pasar. Sampai sekarang itu masyarakat masih mengalami kendala dalam hal pasar. Malah sampai ada yang jual-jual di pinggir jalan.

Itu hasilnya seberapa sih, karena tidak banyak yang berhenti beli buah. Mudah-mudahan bisa dibantu mencarikan solusi,” harap Sudiarta.

Komoditas jeruk di Desa Sumberklampok diakui memiliki rasa yang unik. Rasa buah yang asam dan manis bercampur menjadi

satu sehingga menjadi cita rasa tersendiri. Petani setempat bahkan menyebutnya dengan rasa nano-nano.

SUMBERKLAMPOK – Para petani di Banjar Dinas Sumber Batok, Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, kini kesulitan menghadapi serangan hama pada tanaman jeruk.

Serangan hama lalat buah terbilang cukup masif dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi petani setempat.

Perkembangan pertanian jeruk di Desa Sumberklampok kini memang cukup menggembirakan. Populasi pohon jeruk terus mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.

Kini lahan perkebunan jeruk menghampar seluas 25 hektare. Tahun ini petani setempat sebenarnya mulai mengalami panen raya.

Hanya saja beberapa petani dibuat gelisah dengan serangan hama lalat buah. Pasalnya lalat buah hampir pasti menyebabkan buah rusak.

Salah seorang petani, Ketut Agus Budiartana mengatakan, tahun ini panen buah juruk memang cukup menggembirakan. Tanaman jeruk petani berbuah lebat.

Saking lebatnya, petani harus menyiangi buah yang tumbuh. Sebab pohon tak kuat menunjang buah yang terlalu lebat.

Hanya saja masih ada kendala berupa hama yang masih jadi tantangan petani. “Kami masih khawatir dengan hama lalat buah.

Ini yang paling sulit dikendalikan. Soalnya kalau lalat ini menyengat buah, sudah hampir pasti buah itu jadi rusak,” kata Agus.

Hal itu pun diamini Ketua Kelompok Tani Ternak Lembu Pertiwi, Made Sudiarta. Menurut Sudiarta, serangan hama lalat buah memang cukup mengkhawatirkan.

Meski belum sampai menyebabkan kerusakan masif, bila dibiarkan ia khawatir serangan akan makin masif. Terlebih dalam dua tahun mendatang petani setempat diprediksi mengalami panen raya.

Selain itu ia juga berharap agar pemerintah bisa membantu petani yang ingin memulai budidaya jeruk.

Selama ini rentang waktu antara awal menanam jeruk hingga panen memakan waktu cukup lama. Pohon jeruk biasanya baru berbuah pada umur empat tahun.

“Belum lagi masalah pasar. Sampai sekarang itu masyarakat masih mengalami kendala dalam hal pasar. Malah sampai ada yang jual-jual di pinggir jalan.

Itu hasilnya seberapa sih, karena tidak banyak yang berhenti beli buah. Mudah-mudahan bisa dibantu mencarikan solusi,” harap Sudiarta.

Komoditas jeruk di Desa Sumberklampok diakui memiliki rasa yang unik. Rasa buah yang asam dan manis bercampur menjadi

satu sehingga menjadi cita rasa tersendiri. Petani setempat bahkan menyebutnya dengan rasa nano-nano.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/