25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 3:29 AM WIB

Lama Mangkrak, Suplai Daging Hotel, RPH Temesi Bakal Diaktifkan Lagi

GIANYAR – Bertahun-tahun mangkrak, Rumah Potong Hewan (RPH) di Desa Temesi, Kecamatan Gianyar akan diaktifkan kembali.

Pemkab Gianyar kini sedang menunggu proses hibah dari provinsi ke kabupaten. Apabila proses lancar, rencananya, pada 2020 mendatang, RPH sudah bisa beroperasi.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gianyar, Gede Widarma Suharta, menyatakan jika RPH Temesi apabila aktif lagi akan dikelola oleh perusahaan daerah.

Antara RPH Gianyar dan RPH Denpasar akan bekerja sama. “Dari provinsi kami ditunjuk sebagai tempat pembuatannya, yakni RPH itu sendiri.

Sedangkan Pemkot Denpasar sepertinya ditunjuk sebagai tempat pemasarannya sejenis supermarket daging,” ujar Widarma Suharta kemarin.

Dalam proses pengkajian, bangunan dan peralatan yang ada masih dicek. Mengenai apa saja yang harus diganti dan harus dibeli.

Dengan demikian pihaknya bisa memastikan dengan anggaran yang akan dihabiskan nanti. Pemerintah menganggarkan Rp 3 miliar sebagai dana penyetaraan.

“Tapi, tidak semuanya diperuntukkan dari dana penyetaraan untuk RPH, melainkan salah satunya digunakan sebagai modal untuk mengelola RPH tersebut,” terangnya.

Mengenai kepemilikan tanah sejak awal merupakan milik Pemkab Gianyar. Namun peralatan dibeli oleh pusat, sedangkan bangunannya milik provinsi.

Namun untuk saat ini rencananya semua aset tersebut akan dimiliki oleh Pemkab Gianyar dan sudah diurus oleh bidang aset. “Secara prinsip tidak masalah, tinggal administrasi saja,” ujarnya.

Selanjutnya, mengenai sasaran daging sapi, pihaknya akan bekerja sama dengan hotel dan restoran yang tersebar di kabupaten Gianyar dan sekitarnya.

“Mengingat didukung juga dengan Pergub yang terdapat di dalamnya mengutamakan pemanfaatan produksi Bali,” ungkapnya.

Widarma melanjutkan, kendala yang diperkirakannya adalah bahan baku yaitu sapi yang didatangkan dari luar Bali.

Dia berharap nantinya terdapat kebijakan yang mengurangi pengiriman sapi yang masih hidup ke Bali. Dengan demikian tidak akan merusak pasar dari RHP itu sendiri.

“Kalau daging dibawa kan otomatis harganya semakin tinggi juga. Namun kemarin sudah ada komitmen dari pusat yang akan membuat regulasi sebagai pembatasan sapi hidup ke Bali,” tukasnya. 

GIANYAR – Bertahun-tahun mangkrak, Rumah Potong Hewan (RPH) di Desa Temesi, Kecamatan Gianyar akan diaktifkan kembali.

Pemkab Gianyar kini sedang menunggu proses hibah dari provinsi ke kabupaten. Apabila proses lancar, rencananya, pada 2020 mendatang, RPH sudah bisa beroperasi.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gianyar, Gede Widarma Suharta, menyatakan jika RPH Temesi apabila aktif lagi akan dikelola oleh perusahaan daerah.

Antara RPH Gianyar dan RPH Denpasar akan bekerja sama. “Dari provinsi kami ditunjuk sebagai tempat pembuatannya, yakni RPH itu sendiri.

Sedangkan Pemkot Denpasar sepertinya ditunjuk sebagai tempat pemasarannya sejenis supermarket daging,” ujar Widarma Suharta kemarin.

Dalam proses pengkajian, bangunan dan peralatan yang ada masih dicek. Mengenai apa saja yang harus diganti dan harus dibeli.

Dengan demikian pihaknya bisa memastikan dengan anggaran yang akan dihabiskan nanti. Pemerintah menganggarkan Rp 3 miliar sebagai dana penyetaraan.

“Tapi, tidak semuanya diperuntukkan dari dana penyetaraan untuk RPH, melainkan salah satunya digunakan sebagai modal untuk mengelola RPH tersebut,” terangnya.

Mengenai kepemilikan tanah sejak awal merupakan milik Pemkab Gianyar. Namun peralatan dibeli oleh pusat, sedangkan bangunannya milik provinsi.

Namun untuk saat ini rencananya semua aset tersebut akan dimiliki oleh Pemkab Gianyar dan sudah diurus oleh bidang aset. “Secara prinsip tidak masalah, tinggal administrasi saja,” ujarnya.

Selanjutnya, mengenai sasaran daging sapi, pihaknya akan bekerja sama dengan hotel dan restoran yang tersebar di kabupaten Gianyar dan sekitarnya.

“Mengingat didukung juga dengan Pergub yang terdapat di dalamnya mengutamakan pemanfaatan produksi Bali,” ungkapnya.

Widarma melanjutkan, kendala yang diperkirakannya adalah bahan baku yaitu sapi yang didatangkan dari luar Bali.

Dia berharap nantinya terdapat kebijakan yang mengurangi pengiriman sapi yang masih hidup ke Bali. Dengan demikian tidak akan merusak pasar dari RHP itu sendiri.

“Kalau daging dibawa kan otomatis harganya semakin tinggi juga. Namun kemarin sudah ada komitmen dari pusat yang akan membuat regulasi sebagai pembatasan sapi hidup ke Bali,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/