DENPASAR – Terpuruknya perekonomian saat pandemi Covid 19 mempengaruhi sejumlah sektor. Tak terkecuali bagi mereka yang bekerja sebagai perajin perak. Mereka dalam masa suram.
Padahal, mereka dulunya mampu menerima pesanan ratusan unit untuk satu model, namun saat pandemi Covid-19 mengalami penurunan menjadi puluhan unit, dan bahkan satuan unit perak untuk satu model.
Namun, di tengah situasi seperti ini, para perajin ini harus tetap optimistis menjalani hari dan tetap terus bekarya. Hal tersebut disampaikan Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster pada Kamis (18/3) dalam takshow di TVRI.
“Perak merupakan kerajinan tangan yang memiliki kualitas terbaik di mancanegara. Untuk tetap berkarya, perlu rasa optimisme sebagai kekuatan saat ini. Dengan bermodalkan rasa optimisme dan memperkuat keyakinan, maka para perajin IKM/ UKM kita akan dapat berkreativitas dan mengembangkan ide-ide baru, dengan cara menata hal baru di masa seperti saat ini, karena saat kita berbicara tentang kerajinan emas dan perak maka terlihat jelas bahwa kerajinan kita memiliki kelebihan karya klasik sebagai warisan leluhur, dan berharap para perajin akan mampu meregenerasi untuk ke depannya,” katanya.
Ditambahkannya, bahwa melestarikan hal ini adalah tugas bersama karena Bali memiliki ciri khas yang unik yang dituangkan pada karya kerajinan, sehingga dapat menentukan produk dan menjaga kestabilan harga. Maka diperlukan kerja sama dan koordinasi antara pemerintah dengan perajin UKM/ IKM, di mana perajin memiliki kewajiban dalam menata keteraturan produksi dengan mempertahankan desain yang terbatas (limited edition).
Dengan kemauan yang tinggi, maka perajin perak harus mampu mempertahankan karya dan kreativitas dalam menghasilkan karya yang unik dengan peningkatan kualitas, peningkatan mutu dan bahan perak yang murni, maka Ketua Dekranasda Bali yakin UMKM perak dapat mempertahankan sebutan Bali sebagai penghasil perak terbaik di dunia.
Untuk tetap mempertahankan autentik atau identitas sebuah karya perak yang diciptakan, maka seorang perajin harus tetap menciptakan karyanya yang berpatokan dengan cerita atau sejarah leluhur yang menggambarkan karakter Bali dan kental dengan nuansa sakral.
“Jangan berpatokan bisnis semata, lantas kita abaikan tugas kita untuk melestarikannya. Mari kita jauhkan dunia tipu-tipu apabila kerajinan itu terbuat dari perak maka wajib bagi produsen bahkan seller untuk mengatakan perak, dan apabila kerajinan tersebut terbuat dari alpaka maka penjual wajib mengatakan berbahan alpaka, agar tidak merusak pasar dan menyebabkan kita kehilangan konsumen,” tegasnya.
Disisi lain, Ketua Asosiasi Perak Bali (APB) I Nyoman Patra mengatakan bahwa gebrakan yang luar biasa dari Ketua Dekranasda memberikan kesempatan bagi perajin untuk melakukan gerakan baru, terutama pelaku UMKM dengan menyediakan tempat pameran Bali Bangkit, karena pemetaan dunia menunjukkan Bali terimbas sangat besar akibat pandemi Covid-19 yang setahun ini belum juga berakhir.
“Dengan mengembangkan diri, maka dapat diyakini akan mampu membangkitkan hasil perak untuk dunia, sehingga dukungan perajin dalam menciptakan karya yang unik dengan kualitas dan bahan yang baik akan menjadikan UMKM perak Bali mampu kembali bersaing di kancah internasional dengan desain dan motif yang bervariasi ditambah pula dengan menuangkan nilai seni leluhur di atas kerajinan perak akan lebih mengundang penikmat perak dari segala penjuru belahan dunia, karena prospek perajin perak dalam bersaing di kancah internasional memiliki peluang besar, ditambah juga perak menjadi daya tarik yang saat ini mulai digunakan oleh anak muda,” ujar Ketua APB I Nyoman Patra.
Selain emas, perak saat ini juga mampu menjadi sarana investasi, yang dapat disimpan dalam bentuk batangan atau perhiasan. Dengan demikian, perlu dilakukan penataan di bidang regulasi dan pembinaan, karena pelestarian dan pengembangan akan memberi pengaruh baik bagi kesejahteraan perajin.