29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:47 AM WIB

Pilih Rois Syuriah dan Tanfidziyah, Kembangkan Konsep Menyama Braya

DENPASAR – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Bali menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) ke VII di Hotel Harris & Convention, Jalan. Cokroaminoto No.23-25, Pemecutan Kaja, Denpasar, Bali, Minggu (6/9).

Konferwil tahun ini mengambil tema “Meningkatkan Panyamabrayaan Potensi Generasi Milenial Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama”

Menurut Ketua PWNU Bali KH Abdul Aziz SPd.I, Konferwil merupakan hajatan besar dan tertinggi ditingkatkan wilayah.

Didalamnya membahas hal-hal penting yang berkaitan dengan perjalanan Nahdlatul Ulama di masa lima tahun berjalan.

“Sebagai ajang evaluasi perjalanan PWNU Bali selama lima tahun, sampai dimana program tercapai dan apa saja yang sudah dihasilkan,” terang KH Abdul Aziz SPd.I.

KH Abdul Aziz menambahkan bahwa dalam konferwil ini akan membahas program-program NU selama lima tahun ke depan terkait apa saja yang menjadi harapan dari para PWNU Bali.

Selain itu, yang paling penting dalam gelaran Konferwil adalah pemilihan tonggak pimpinan yang baru baik dari jajaran Rois Syuriah serta Pengurus Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali.

“Sesuai dengan aturan, bahwa untuk Rois Syuriah lebih tepatnya adalah penetapan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa), sementara Ketua Tanfidziyah dipilih oleh masing-masing Pengurus Cabang yang sah (memiliki hak suara),” Kata KH Abdul Aziz.

Berbicara tentang tema konferwil tahun ini, Ketua PWNU Bali menjabarkan konsep panyamaberayan serta kaitannya dengan generasi milenial yang kedepan akan menjadi ujung tombak NU di masa mendatang.

Panyamaberayan sendiri dari kata “menyamakan braya” yang dalam bahasa Bali berarti adalah kebersamaan.

Arti kebersamaan sendiri sangat luas. Diantaranya adalah kebersamaan potensi. Dengan tema ini berharap PWNU Bali dapat

menyatukan semua potensi termasuk meningkatkan potensi generasi milenial dalam menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama.

Tahun 2026 merupakan satu abad Nahdlatul Ulama dimana eksistensi NU semakin meningkat. Generasi milenial mulai menjadi generasi penggerak NU dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Maka dari sekarang genetika milenial harus ditanamkan sikap menyama beraya. “Kalau tidak kita tekankan panyamabrayan kalangan milenial,

khawatir apa yang telah dibangun oleh tokoh NU sejak dahulu akan tergerus. Pemikiran sekarang banyak dirasuki fundamental dan cenderung tidak adaptasi.

Kebersamaan antar agama sudah sangat bagus dalam konteks membangun kebangsaan. Ke depan konsep menyama braya dapat dilanjutkan dan tidak diikutkan paham-paham intoleransi yang jauh dari NU,” papar KH Abdul Aziz.

Selama pelaksanaan Konferwil ini, semua peserta maupun panitia wajib menerapkan protokol kesehatan.

Mengingat bahwa Konferwil kali ini dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19. Karena hal inilah yang menyebabkan Konferwil mundur beberapa bulan dari semestinya.

“Covid makin merajalela, kita sudah menahan diri, sudah menunda dalam waktu sekian bulan akan tetapi menjadi kewajiban untuk melaksanakan konferwil maka dilaksanakan

dengan keterbatasan yang ada seperti mentaati protokol kesehatan. Kita berharap semua yang hadir dalam kondisi sehat dan tidak ada yang membawa virus sehingga acara berjalan baik,” tambahnya.

 

Peserta Konferwil tahun ini juga terbatas. Setidaknya ada maksimal 100 orang dari kapasitas aula yang dapat menampung 1000 orang. Peserta Konferwil terdiri dari  para Pengurus Wilayah, perwakilan lembaga dan banom serta perwakilan Pengurus Cabang masing-masing sebanyak empat orang.

 

Adapun hadir dari pejabat daerah yaitu Gubernur Provinsi Bali yang akan membuka secara resmi Konferwil VII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali, kemudian hadir dari Kapolda Provinsi Bali, Pangdam Udayana Provinsi Bali, Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Bali, Kapala Pengadilan Agama Provinsi Bali, para tokoh, Walikota Denpasar, Bupati Badung dan lainnya.

 

Dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang hadir adalah Wasekjend PBNU H. Sulthonul Huda, M.Si,. Sementara Ketua Umum KH. Said Aqil Sirodj akan memberikan sambutan secara virtual untuk memberikan arahan dan nasehat kepada para peserta Konferwil.

 

Terakhir Ketua PWNU Provinsi Bali periode 2015-2020, KH. Abdul Aziz Berharap konferensi ini dapat berjalan dengan baik tanpa ada rintangan apapun. Adapun program-program yang dihasilkan dapat memberikan dampak positif baik dalam organisasi maupun masyarakat serta mudah dijalankan pengurus akan datang. Selain itu juga pengurus yang akan datang diharapkan mampu melanjutkan program-program dari pengurus periode sebelumnya.

DENPASAR – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Bali menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) ke VII di Hotel Harris & Convention, Jalan. Cokroaminoto No.23-25, Pemecutan Kaja, Denpasar, Bali, Minggu (6/9).

Konferwil tahun ini mengambil tema “Meningkatkan Panyamabrayaan Potensi Generasi Milenial Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama”

Menurut Ketua PWNU Bali KH Abdul Aziz SPd.I, Konferwil merupakan hajatan besar dan tertinggi ditingkatkan wilayah.

Didalamnya membahas hal-hal penting yang berkaitan dengan perjalanan Nahdlatul Ulama di masa lima tahun berjalan.

“Sebagai ajang evaluasi perjalanan PWNU Bali selama lima tahun, sampai dimana program tercapai dan apa saja yang sudah dihasilkan,” terang KH Abdul Aziz SPd.I.

KH Abdul Aziz menambahkan bahwa dalam konferwil ini akan membahas program-program NU selama lima tahun ke depan terkait apa saja yang menjadi harapan dari para PWNU Bali.

Selain itu, yang paling penting dalam gelaran Konferwil adalah pemilihan tonggak pimpinan yang baru baik dari jajaran Rois Syuriah serta Pengurus Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali.

“Sesuai dengan aturan, bahwa untuk Rois Syuriah lebih tepatnya adalah penetapan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa), sementara Ketua Tanfidziyah dipilih oleh masing-masing Pengurus Cabang yang sah (memiliki hak suara),” Kata KH Abdul Aziz.

Berbicara tentang tema konferwil tahun ini, Ketua PWNU Bali menjabarkan konsep panyamaberayan serta kaitannya dengan generasi milenial yang kedepan akan menjadi ujung tombak NU di masa mendatang.

Panyamaberayan sendiri dari kata “menyamakan braya” yang dalam bahasa Bali berarti adalah kebersamaan.

Arti kebersamaan sendiri sangat luas. Diantaranya adalah kebersamaan potensi. Dengan tema ini berharap PWNU Bali dapat

menyatukan semua potensi termasuk meningkatkan potensi generasi milenial dalam menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama.

Tahun 2026 merupakan satu abad Nahdlatul Ulama dimana eksistensi NU semakin meningkat. Generasi milenial mulai menjadi generasi penggerak NU dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Maka dari sekarang genetika milenial harus ditanamkan sikap menyama beraya. “Kalau tidak kita tekankan panyamabrayan kalangan milenial,

khawatir apa yang telah dibangun oleh tokoh NU sejak dahulu akan tergerus. Pemikiran sekarang banyak dirasuki fundamental dan cenderung tidak adaptasi.

Kebersamaan antar agama sudah sangat bagus dalam konteks membangun kebangsaan. Ke depan konsep menyama braya dapat dilanjutkan dan tidak diikutkan paham-paham intoleransi yang jauh dari NU,” papar KH Abdul Aziz.

Selama pelaksanaan Konferwil ini, semua peserta maupun panitia wajib menerapkan protokol kesehatan.

Mengingat bahwa Konferwil kali ini dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19. Karena hal inilah yang menyebabkan Konferwil mundur beberapa bulan dari semestinya.

“Covid makin merajalela, kita sudah menahan diri, sudah menunda dalam waktu sekian bulan akan tetapi menjadi kewajiban untuk melaksanakan konferwil maka dilaksanakan

dengan keterbatasan yang ada seperti mentaati protokol kesehatan. Kita berharap semua yang hadir dalam kondisi sehat dan tidak ada yang membawa virus sehingga acara berjalan baik,” tambahnya.

 

Peserta Konferwil tahun ini juga terbatas. Setidaknya ada maksimal 100 orang dari kapasitas aula yang dapat menampung 1000 orang. Peserta Konferwil terdiri dari  para Pengurus Wilayah, perwakilan lembaga dan banom serta perwakilan Pengurus Cabang masing-masing sebanyak empat orang.

 

Adapun hadir dari pejabat daerah yaitu Gubernur Provinsi Bali yang akan membuka secara resmi Konferwil VII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali, kemudian hadir dari Kapolda Provinsi Bali, Pangdam Udayana Provinsi Bali, Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Bali, Kapala Pengadilan Agama Provinsi Bali, para tokoh, Walikota Denpasar, Bupati Badung dan lainnya.

 

Dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang hadir adalah Wasekjend PBNU H. Sulthonul Huda, M.Si,. Sementara Ketua Umum KH. Said Aqil Sirodj akan memberikan sambutan secara virtual untuk memberikan arahan dan nasehat kepada para peserta Konferwil.

 

Terakhir Ketua PWNU Provinsi Bali periode 2015-2020, KH. Abdul Aziz Berharap konferensi ini dapat berjalan dengan baik tanpa ada rintangan apapun. Adapun program-program yang dihasilkan dapat memberikan dampak positif baik dalam organisasi maupun masyarakat serta mudah dijalankan pengurus akan datang. Selain itu juga pengurus yang akan datang diharapkan mampu melanjutkan program-program dari pengurus periode sebelumnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/