29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:53 AM WIB

Kembangkan Program Eco Ranger di Bali, Ajak Bijak Tangani Sampah

TABANAN – Eco Ranger menjadi program andalan Agung Concern Group terhadap permasalahan sampah yang terjadi di Bali, khususnya Tabanan.

Karena itu, bekerjasama dengan Greeneration Foundation, Agung Concern menggelar workshop pengelolaan sampah, Minggu (24/11) lalu di aula Desa Mambang, Selemadeg Timur, Tabanan.

Untuk diketahui, Eco Ranger awalnya dibentuk Greeneration Foundation (GF) sebagai jawaban atas permasalahan sampah di berbagai daerah di Indonesia.

Program berjangka waktu 3 (tiga) bulan hingga Januari 2020 ini menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat lokal untuk mendukung Sustainable Consumption and Production (SCP) sebagai bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

“Program ini diharapkan bisa turut membantu pemerintah dalam penyusunan strategi pengelolaan persampahan dan infrastruktur yang akan mendukung perekonomian masyarakat

tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan,” ujar Chief Administration Officer PT Agung Concern Nurdjaya Andy didampingi  Corporate Communication Manager PT Agung Concern Livia Panjaitan.

Peserta workshop sendiri mendapat pelatihan mengelola sampah sesuai jenisnya dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

“Kami memiliki nilai Incredible yaitu integritas, respects, responsibility dan courage. Nah perwujudan nilai respect itu salah satunya adalah dengan peduli terhadap lingkungan tempat kita tinggal,” bebernya.

Nurdjaya Andy menambahkan, dipilihnya Desa Mambang sebagai lokasi workshop karena ada beberapa usulan-usulan yang masuk.

“Siapa sih yang punya manajemen pengolahan sampah. Minimal sudah ada dulu deh, yang sudah care dulu. Setelah disaring dari sekian proposal oleh konsultan kami ketemulah KSM Bantas Lestari.

Dia sudah mulai dan pernah jadi juara nasional. Makanya sekarang kita fokuskan di area lain di sampingnya yakni Desa Mambang ini dengan mencontoh yang sudah sukses,” tandasnya.

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Greeneration Foundation dan KSM Bantas Lestari sebagai pelaksana kegiatan ini, rata-rata setiap orang di Desa Mambang menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kilogram per harinya.

Jika dikalikan dengan jumlah penduduk, diperoleh total sekitar 2,7 ton sampah yang dihasilkan Desa Mambang per harinya.

Timbulan sampah tersebut terdiri dari komposisi utama sampah organik sisa aktivitas dapur dan aktivitas ibadah warga Hindu Bali.

Peringkat kedua terbesar adalah sampah plastik. Sebagian besar sampah-sampah tersebut dibakar yang akhirnya mencemari udara dan mengancam kesehatan masyarakat.

“Kami ingin memulai dari riset dan tidak asal-asalan dalam membuat program ini. Harapannya program akan lebih tepat sasaran dan memberi manfaat kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Regional Manager Agung Toyota Wilayah Timur Mahmud Fauzi mengungkapkan manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah masyarakat sadar akan kebersihan lingkungan dan program ini lebih ke arah pemberdayaan masyarakat.

“Kenapa kita pilih Desa Mambang karena memang sebelumnya di sekitar sini ada desa Bantas yang bisa jadi contoh, sehingga akan lebih cepat menerima perubahan-perubahan karena sudah ada contoh yang bagus,” ungkapnya.

TABANAN – Eco Ranger menjadi program andalan Agung Concern Group terhadap permasalahan sampah yang terjadi di Bali, khususnya Tabanan.

Karena itu, bekerjasama dengan Greeneration Foundation, Agung Concern menggelar workshop pengelolaan sampah, Minggu (24/11) lalu di aula Desa Mambang, Selemadeg Timur, Tabanan.

Untuk diketahui, Eco Ranger awalnya dibentuk Greeneration Foundation (GF) sebagai jawaban atas permasalahan sampah di berbagai daerah di Indonesia.

Program berjangka waktu 3 (tiga) bulan hingga Januari 2020 ini menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat lokal untuk mendukung Sustainable Consumption and Production (SCP) sebagai bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

“Program ini diharapkan bisa turut membantu pemerintah dalam penyusunan strategi pengelolaan persampahan dan infrastruktur yang akan mendukung perekonomian masyarakat

tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan,” ujar Chief Administration Officer PT Agung Concern Nurdjaya Andy didampingi  Corporate Communication Manager PT Agung Concern Livia Panjaitan.

Peserta workshop sendiri mendapat pelatihan mengelola sampah sesuai jenisnya dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

“Kami memiliki nilai Incredible yaitu integritas, respects, responsibility dan courage. Nah perwujudan nilai respect itu salah satunya adalah dengan peduli terhadap lingkungan tempat kita tinggal,” bebernya.

Nurdjaya Andy menambahkan, dipilihnya Desa Mambang sebagai lokasi workshop karena ada beberapa usulan-usulan yang masuk.

“Siapa sih yang punya manajemen pengolahan sampah. Minimal sudah ada dulu deh, yang sudah care dulu. Setelah disaring dari sekian proposal oleh konsultan kami ketemulah KSM Bantas Lestari.

Dia sudah mulai dan pernah jadi juara nasional. Makanya sekarang kita fokuskan di area lain di sampingnya yakni Desa Mambang ini dengan mencontoh yang sudah sukses,” tandasnya.

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Greeneration Foundation dan KSM Bantas Lestari sebagai pelaksana kegiatan ini, rata-rata setiap orang di Desa Mambang menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kilogram per harinya.

Jika dikalikan dengan jumlah penduduk, diperoleh total sekitar 2,7 ton sampah yang dihasilkan Desa Mambang per harinya.

Timbulan sampah tersebut terdiri dari komposisi utama sampah organik sisa aktivitas dapur dan aktivitas ibadah warga Hindu Bali.

Peringkat kedua terbesar adalah sampah plastik. Sebagian besar sampah-sampah tersebut dibakar yang akhirnya mencemari udara dan mengancam kesehatan masyarakat.

“Kami ingin memulai dari riset dan tidak asal-asalan dalam membuat program ini. Harapannya program akan lebih tepat sasaran dan memberi manfaat kepada masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Regional Manager Agung Toyota Wilayah Timur Mahmud Fauzi mengungkapkan manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah masyarakat sadar akan kebersihan lingkungan dan program ini lebih ke arah pemberdayaan masyarakat.

“Kenapa kita pilih Desa Mambang karena memang sebelumnya di sekitar sini ada desa Bantas yang bisa jadi contoh, sehingga akan lebih cepat menerima perubahan-perubahan karena sudah ada contoh yang bagus,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/