28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:18 AM WIB

Tekan Anggaran, Banjar Adat Darma Sila Gelar Metatah & Motonan Massal

AMLAPURA – Metatah  atau potong gigi dan motonan (pembersihan untuk anak seteleh usia 6 bulan, red) merupakan salah satu upacara wajib yang dilakukan umat Hindu di Bali.

Masalahnya, biaya yang dihabiskan untuk menggelar kedua upacara ini terbilang cukup besar. Kalau dilaksanakan di rumah bisa menelan anggaran sekitar Rp 50 juta.

Untuk itu berbagai pihak termasuk pemerintah dan banjar adat mendorong umat Hindu di Bali untuk menyelenggarakan metatah dan motonan atau upacara lainnya dilakukan dengan massal.

Karena cara ini sangat efektif untuk menekan biaya. Dan, ritual itulah yang dilakukan krama banjar  Adat Darma Sila, Dusun Geriana Kangin, Duda Utara, Selat, Karangasem.

Kemarin warga setempat menggelar puncak upacara Metatah dan Motonan Massal. Untuk metatah ada 18 orang yang mejadi peserta, lima di antaranya  wanita.

Sementara untuk Motonan diikuti 13 orang anak. Selaian itu juga dilakukan pewintenan masxal yang diikuti tiga orang krama.

Upacara ini dipuput Ide Pendanda Istri Taman dari Geria Taman Banjar Pegubungan, Duda, Selat, Karangasem.

Sementara untuk Mepandes atau Metatah sebagai sangging adalah IB Darma Wibawa dari Geria Taman dan IB Gede Yadnya dari Geria Duda.

Prosesi Metatah diawali sekitar pukul 02.00 wita dini hari (27/12) lalu. Metatah sendiri mengambil tempat di Balai Banjar Darma Sila.

Sementara persiapan upacara ini sudah dilakukan sekitar tiga minggu lalu. “Ya, ini merupakan salah satu program kami di Banjar Darma Sila,” ujar salah satu penglingsir Banjar Adat Darma Sila, I Ketut Mariasa alias Tongky.

Selain Metatah atau Mepandes dan Motonan massal, krama Banjar Adat Darma Sila juga pernah melakukan Ngaben Masal beberapa tahun lalu.

Untuk Metatah dan Motonan massal kali ini per orang dikenakan biaya Rp 500 ribu. Sementara sisa anggaran diupayakan oleh banjar dari kas banjar.

Karena untuk kegiatan ini Banjar Adat Darma Sila tidak mengajukan proposal ke pemerintah untuk meminta bantuan.

“Kali ini kami memang tidak mengajukan proposal bantuan dari pemerintah, kedepanya kita berharap bisa melakukan itu,” tambah Tongky.

Sementara untuk sarana dan prasarana upacara dilakukan secara gotong royong. Begitu juga kebutuhan lain seperti Kelapa dan Janur juga dibawa masing masing krama sebagai pepeson atau patus.

Usai Mepandes kemarin para peserta langsung melakukan ritual mandi ke Permandian Umun Desa Geriana Kangin.

Untuk mandi ke permandian umum biasanya dilakukan selama tiga hari setiap pagi.  Ini dilakukan ke permandian yang berbeda beda seperti Permandian Desa, juga Permandian Suci di Dusun Karangsari.

Sementara pada hari ketiga nantinya akan dilakukan prosesi lanjutan termasuk mendatangkan sangging kembali untuk dilakukan Metatah kembali hanya untuk memperbaiki. 

AMLAPURA – Metatah  atau potong gigi dan motonan (pembersihan untuk anak seteleh usia 6 bulan, red) merupakan salah satu upacara wajib yang dilakukan umat Hindu di Bali.

Masalahnya, biaya yang dihabiskan untuk menggelar kedua upacara ini terbilang cukup besar. Kalau dilaksanakan di rumah bisa menelan anggaran sekitar Rp 50 juta.

Untuk itu berbagai pihak termasuk pemerintah dan banjar adat mendorong umat Hindu di Bali untuk menyelenggarakan metatah dan motonan atau upacara lainnya dilakukan dengan massal.

Karena cara ini sangat efektif untuk menekan biaya. Dan, ritual itulah yang dilakukan krama banjar  Adat Darma Sila, Dusun Geriana Kangin, Duda Utara, Selat, Karangasem.

Kemarin warga setempat menggelar puncak upacara Metatah dan Motonan Massal. Untuk metatah ada 18 orang yang mejadi peserta, lima di antaranya  wanita.

Sementara untuk Motonan diikuti 13 orang anak. Selaian itu juga dilakukan pewintenan masxal yang diikuti tiga orang krama.

Upacara ini dipuput Ide Pendanda Istri Taman dari Geria Taman Banjar Pegubungan, Duda, Selat, Karangasem.

Sementara untuk Mepandes atau Metatah sebagai sangging adalah IB Darma Wibawa dari Geria Taman dan IB Gede Yadnya dari Geria Duda.

Prosesi Metatah diawali sekitar pukul 02.00 wita dini hari (27/12) lalu. Metatah sendiri mengambil tempat di Balai Banjar Darma Sila.

Sementara persiapan upacara ini sudah dilakukan sekitar tiga minggu lalu. “Ya, ini merupakan salah satu program kami di Banjar Darma Sila,” ujar salah satu penglingsir Banjar Adat Darma Sila, I Ketut Mariasa alias Tongky.

Selain Metatah atau Mepandes dan Motonan massal, krama Banjar Adat Darma Sila juga pernah melakukan Ngaben Masal beberapa tahun lalu.

Untuk Metatah dan Motonan massal kali ini per orang dikenakan biaya Rp 500 ribu. Sementara sisa anggaran diupayakan oleh banjar dari kas banjar.

Karena untuk kegiatan ini Banjar Adat Darma Sila tidak mengajukan proposal ke pemerintah untuk meminta bantuan.

“Kali ini kami memang tidak mengajukan proposal bantuan dari pemerintah, kedepanya kita berharap bisa melakukan itu,” tambah Tongky.

Sementara untuk sarana dan prasarana upacara dilakukan secara gotong royong. Begitu juga kebutuhan lain seperti Kelapa dan Janur juga dibawa masing masing krama sebagai pepeson atau patus.

Usai Mepandes kemarin para peserta langsung melakukan ritual mandi ke Permandian Umun Desa Geriana Kangin.

Untuk mandi ke permandian umum biasanya dilakukan selama tiga hari setiap pagi.  Ini dilakukan ke permandian yang berbeda beda seperti Permandian Desa, juga Permandian Suci di Dusun Karangsari.

Sementara pada hari ketiga nantinya akan dilakukan prosesi lanjutan termasuk mendatangkan sangging kembali untuk dilakukan Metatah kembali hanya untuk memperbaiki. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/