27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:51 AM WIB

Fenomena Gunung Es Itu Bernama Lansia (2-Bersambung)

Banyak Lansia yang Hidup Sebatang Kara

Lansia dengan  kondisi sudah lemah fisiknya tak jarang ditemui hidup sebatang kara. Ada yang hidup sendiri karena kemauan sendiri dan ada juga yang sengaja ditelantarkan keluarganya.

M. Basir/Candra Gupta

LANSIA dengan ekonomi rendah atau miskin kondisinya banyak yang memperihatinkan. Tinggal di rumah yang tidak layak huni dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari ukuran tangan dermawan. “Banyak juga lansia hidup sendiri yang kami temui, meski hidup sendiri dan memperihatinkan kerap menolak untuk ditawari untuk direkomendasi ke panti jompo,” kata Putu Witari, Koordinator Kegiatan Kemanusiaan Komunitas Relawan Jembrana (KRJ).

 

Menurutnya, lansia yang menolak untuk dibawa  ke panti jompo karena banyak alasan. Umumnya, mereka menolak karena takut nanti di panti jompo tidak bebas beraktivitas. Karena kebanyak lansia yang ditemui di Jembrana, meski sudah renta biasa beraktivitas seperti mencari kayu bakar, ataupun kegiatan lain untuk isi waktu. “Kalau dipanti jompo, takut tidak ada kegiatan hanya duduk, diam dan rutinitas di dalam panti saja,” terangnya.

 

Padahal menurutnya, dari hasil kunjungan kami ke panti jompo di Buleleng dan Tabanan pelayanan cukup bagus. Bahkan, di Buleleng lansia diberi kesempatan beraktivitas seperti mejejahitan dan kegiatan lainnya. “Memang perlu sosialisasi lebih lagi terkait panti jompo tidak seperti bayangan lansia,” ungkapnya.

 

Karena, jika lansia memang tidak ada yang merawat sejatinya mereka lebih aman dan nyaman di panti jompo. Perlu keikhlasan dan kepedulian dari pihak keluarga juga. Demikian juga pandangan panti jompo yang melayani dengan hati dan ketulusan perlu disosialisasikan lagi. “Tapi panti jompo adalah solusi terakhir yang harus dipilih, ketika lansia benar-benar terlantar dan tidak ada yang merawat dan mempedulikan,” ujar relawan yang jurnalis ini.

 

Panti jompo adalah solusi terkhir. Tetapi tempat terbaik bagi lansia adalah keluarga. Keluarga adalah tempat ternyaman bagi para lansia untuk mendapat perlindungan dan perawatan adalah yang utama. Namun karena permasalah sosial dan ekonomi dan internal keluarga yang membuat lansia kadang mengalami kondisi memprihatinkan.

 

Panti jompo di Jembrana sampai saat ini tidak ada, padahal panti jompo dibutuhkan oleh lansia yang sebatang kara karena ditelantarkan atau memang sengaja tidak ingin merepotkan keluarganya. Sehingga lansia di Jembrana dikirim ke beberapa panti jompo di luar Jembrana.

 

Witari menilai, perhatian pemerintah terhadap lansia sudah ada dan cukup besar. Karena sekarang sudah mulai ada rencana program rantang kasih untuk lansia. “Cuma memang dibutuhkan kepedulian lebih untuk mensurvey dan mendata kembali lansia-lansia yang benar-benar tidak mampu, hidup sendiri dan terlantar,” ungkapnya.

 

Sebagai relawan kemanusiaan yang sering membantu lansia jompo, biasanya mensurvei lebih dulu lansia-lansia yang tidak mampu. Informasi dari masyarakat mengenai keberadaan lansia yang kurang mampu, kemudian kami cek and ricek. Dikonfirmasi ke kelian banjar maupun perbekel.

 

Misalnya kenapa lansia A atau B tidak dapat bantuan dan alasannya tentu ada. Karena dari pemerintah tentu ada kriteria-kriteria sesuai aturan baku. “Kalau kami memandang dari sisi kemanusiaan. Karena fakta di lapangan ada sejumlah lansia yang kami temui meski ada keluarga namun tidak dipedulikan atau karena suatu masalah memilih hidup sendiri. Kami tidak masuk ke permasalahan internal kelurganya, namun sebagai relawan, kami hanya ingin memanusiakan manusia,” terangnya.

 

Witari mencontohkan, pernah ada lansia sakit tetapi tidak mendapat perawatan, sehingga kamarnya sangat kotor dan bau. Bahkan ada yang sampai belepotan kotorannya. Nah, lansia  seperti ini yang  dibantu membersihkan kamar lansia dan memandikannya. Sehingga lebih bersih dan terawat.

 

Selain bantuan tenaga juga menyalurkan bantuan sembako maupun sejumlah dana amanah dari donatur. “Kalau kami menemukan lansia yang kondisi memprihatinkan biasanya kami koordinasikan ke perbekel atau pihak terkait sehingga kita bisa sinergi menangani,” jelasnya.

 

Seperti membedah rumah seorang lansia yang rumah gubuknya nyaris roboh beberapa waktu lalu. Bedah rumah itu dilakukan secara spontanitas atas sinergi relawan KRJ, YRB dan Polsek Negara. “Inisiatif secara spontanitas itu lahir karena kepedulian dan rasa kemanusiaan,”imbuhnya.

 

Relawan yang selama ini bergabung dalam KRJ dan YRB di Jembrana, bukan bermaksud menyaingi peran pemerintah, tetapi bagaimana sebagai warga masyarakat juga berperan dan bermanfaat untuk sesama manusia. “Kalau di KRJ tidak ada anggota namun relawan yang ikut dalam kegiatan secara tulus iklas tanpa pamrih dan tanpa kepentingan politik dan lainnya. Bahkan di KRJ dan YRB dilarang untuk terlibat dalam politik,” tandasnya. (*)

 

 

 

Lansia dengan  kondisi sudah lemah fisiknya tak jarang ditemui hidup sebatang kara. Ada yang hidup sendiri karena kemauan sendiri dan ada juga yang sengaja ditelantarkan keluarganya.

M. Basir/Candra Gupta

LANSIA dengan ekonomi rendah atau miskin kondisinya banyak yang memperihatinkan. Tinggal di rumah yang tidak layak huni dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari ukuran tangan dermawan. “Banyak juga lansia hidup sendiri yang kami temui, meski hidup sendiri dan memperihatinkan kerap menolak untuk ditawari untuk direkomendasi ke panti jompo,” kata Putu Witari, Koordinator Kegiatan Kemanusiaan Komunitas Relawan Jembrana (KRJ).

 

Menurutnya, lansia yang menolak untuk dibawa  ke panti jompo karena banyak alasan. Umumnya, mereka menolak karena takut nanti di panti jompo tidak bebas beraktivitas. Karena kebanyak lansia yang ditemui di Jembrana, meski sudah renta biasa beraktivitas seperti mencari kayu bakar, ataupun kegiatan lain untuk isi waktu. “Kalau dipanti jompo, takut tidak ada kegiatan hanya duduk, diam dan rutinitas di dalam panti saja,” terangnya.

 

Padahal menurutnya, dari hasil kunjungan kami ke panti jompo di Buleleng dan Tabanan pelayanan cukup bagus. Bahkan, di Buleleng lansia diberi kesempatan beraktivitas seperti mejejahitan dan kegiatan lainnya. “Memang perlu sosialisasi lebih lagi terkait panti jompo tidak seperti bayangan lansia,” ungkapnya.

 

Karena, jika lansia memang tidak ada yang merawat sejatinya mereka lebih aman dan nyaman di panti jompo. Perlu keikhlasan dan kepedulian dari pihak keluarga juga. Demikian juga pandangan panti jompo yang melayani dengan hati dan ketulusan perlu disosialisasikan lagi. “Tapi panti jompo adalah solusi terakhir yang harus dipilih, ketika lansia benar-benar terlantar dan tidak ada yang merawat dan mempedulikan,” ujar relawan yang jurnalis ini.

 

Panti jompo adalah solusi terkhir. Tetapi tempat terbaik bagi lansia adalah keluarga. Keluarga adalah tempat ternyaman bagi para lansia untuk mendapat perlindungan dan perawatan adalah yang utama. Namun karena permasalah sosial dan ekonomi dan internal keluarga yang membuat lansia kadang mengalami kondisi memprihatinkan.

 

Panti jompo di Jembrana sampai saat ini tidak ada, padahal panti jompo dibutuhkan oleh lansia yang sebatang kara karena ditelantarkan atau memang sengaja tidak ingin merepotkan keluarganya. Sehingga lansia di Jembrana dikirim ke beberapa panti jompo di luar Jembrana.

 

Witari menilai, perhatian pemerintah terhadap lansia sudah ada dan cukup besar. Karena sekarang sudah mulai ada rencana program rantang kasih untuk lansia. “Cuma memang dibutuhkan kepedulian lebih untuk mensurvey dan mendata kembali lansia-lansia yang benar-benar tidak mampu, hidup sendiri dan terlantar,” ungkapnya.

 

Sebagai relawan kemanusiaan yang sering membantu lansia jompo, biasanya mensurvei lebih dulu lansia-lansia yang tidak mampu. Informasi dari masyarakat mengenai keberadaan lansia yang kurang mampu, kemudian kami cek and ricek. Dikonfirmasi ke kelian banjar maupun perbekel.

 

Misalnya kenapa lansia A atau B tidak dapat bantuan dan alasannya tentu ada. Karena dari pemerintah tentu ada kriteria-kriteria sesuai aturan baku. “Kalau kami memandang dari sisi kemanusiaan. Karena fakta di lapangan ada sejumlah lansia yang kami temui meski ada keluarga namun tidak dipedulikan atau karena suatu masalah memilih hidup sendiri. Kami tidak masuk ke permasalahan internal kelurganya, namun sebagai relawan, kami hanya ingin memanusiakan manusia,” terangnya.

 

Witari mencontohkan, pernah ada lansia sakit tetapi tidak mendapat perawatan, sehingga kamarnya sangat kotor dan bau. Bahkan ada yang sampai belepotan kotorannya. Nah, lansia  seperti ini yang  dibantu membersihkan kamar lansia dan memandikannya. Sehingga lebih bersih dan terawat.

 

Selain bantuan tenaga juga menyalurkan bantuan sembako maupun sejumlah dana amanah dari donatur. “Kalau kami menemukan lansia yang kondisi memprihatinkan biasanya kami koordinasikan ke perbekel atau pihak terkait sehingga kita bisa sinergi menangani,” jelasnya.

 

Seperti membedah rumah seorang lansia yang rumah gubuknya nyaris roboh beberapa waktu lalu. Bedah rumah itu dilakukan secara spontanitas atas sinergi relawan KRJ, YRB dan Polsek Negara. “Inisiatif secara spontanitas itu lahir karena kepedulian dan rasa kemanusiaan,”imbuhnya.

 

Relawan yang selama ini bergabung dalam KRJ dan YRB di Jembrana, bukan bermaksud menyaingi peran pemerintah, tetapi bagaimana sebagai warga masyarakat juga berperan dan bermanfaat untuk sesama manusia. “Kalau di KRJ tidak ada anggota namun relawan yang ikut dalam kegiatan secara tulus iklas tanpa pamrih dan tanpa kepentingan politik dan lainnya. Bahkan di KRJ dan YRB dilarang untuk terlibat dalam politik,” tandasnya. (*)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/